NovelToon NovelToon
Iblis Penyerap Darah S2

Iblis Penyerap Darah S2

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Misteri / Balas Dendam / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Agen one

Lanjutan dari novel Iblis penyerap darah, untuk baca season 2 gak wajib baca season 1,tapi kalau mau baca itu lebih bagus.

​Kaisar Mo Tian adalah tirani hidup. Dikenal sebagai Iblis Darah Abadi, ia memimpin Kekaisaran dengan tangan besi dan kegilaan yang disengaja. Bagi Mo Tian, kesetiaan adalah segalanya; pengkhianatan dibalas dengan pembantaian brutal—seperti yang dialami para pemberontak Sekte Tinju Api, yang dihancurkan tanpa sisa olehnya dan Liu Bai, sang Tangan Kanan yang setia namun penuh kepedulian.

​Di mata rakyatnya, Mo Tian adalah monster yang mendamaikan dunia melalui terror. Namun, di balik dominasinya yang kejam, bersembunyi luka lama dan kilasan ingatan misterius tentang seseorang Seorang wanita cantik misterius yang mampu memicu kegelisahan tak terkendali.

​Siapakah dia? Apakah dia adalah kunci untuk menenangkan Iblis Darah, atau justru pedang bermata dua yang akan menghancurkan Takhta Abadi yang telah ia bangun?


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6: Pergi bersama

​Keesokan paginya, suasana di dalam bangunan penjara kumuh itu terasa berat dan lengket dengan bau darah yang sudah mengering. Kaisar Mo Tian, Liu Bai, dan Bao berhenti menyiksa Elder Han Wu. Tatapan mata mereka tampak tenang dan damai yang menakutkan, dihiasi oleh senyum gila yang tersisa di sudut bibir mereka, seperti hiasan.

​"Hahaha! Lihat wajahmu, Bao! K-kau seperti babi yang baru saja mandi lumpur dan darah." Liu Bai menunjuk Bao, tertawa geli, suaranya sedikit serak karena tertawa semalaman. Bao mengerutkan kening, ia bingung.

​"Apa maksudmu, Liu Bai?" Bao menggerutu, suaranya berat dan mengantuk "Memangnya ada apa di wajahku?" Bao yang penasaran menggosokkan wajahnya ke arah dinding yang kotor dan berlumut.

​Darah kering yang menempel di wajahnya sebagian menempel di dinding tersebut "Ternyata wajahku kotor." Bao kembali menggosokkan wajahnya ke dinding, ia berharap setidaknya dapat menghilangkan bercak darah yang menempel. Harimau Putih raksasa itu tampak seperti balita yang mencoba membersihkan diri.

​"Kalian sedang apa?" Kaisar tiba-tiba nimbrung, dengan keadaan sekujur tubuh penuh akan darah, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aura qi darah pekat menyelimutinya, membuatnya terlihat seperti patung iblis yang baru saja keluar dari lautan darah.

​Melihat itu, Liu Bai dan Bao sontak tertawa cekikikan "Hahaha! W-wajahmu... wajahmu kenapa, Bos? Hahaha!" Liu Bai memukul-mukul betisnya akibat tertawa berlebihan, ia hampir jatuh, pipinya memerah karena menahan tawa.

​Sedangkan Bao berguling-guling di lantai dengan brutal, menggoyangkan lapisan lemaknya "Hahaha! K-kau mandi darah kah? Hahaha! Kau bahkan lebih parah daripada aku!"

​Kaisar yang ditertawakan itu menaikkan alisnya, ia heran dan bingung dengan reaksi berlebihan mereka "Kalian ini kenapa? Apa yang salah dengan mandi darah?!" Ucapan Kaisar terdengar absurd dan gila, penuh narsisme yang polos.

​Walaupun dia sadar sekujur tubuhnya penuh akan darah, Kaisar justru merasa itu adalah hal yang sangat normal dan menyegarkan, seolah darah adalah air kolam spiritual.

​Liu Bai dan Bao yang mendengar itu langsung terdiam. Wajah mereka berdua membeku, mata melotot, dan tidak percaya bahwa tingkat kegilaan dan narsisme Iblis antara mereka dan Kaisar sangat jauh berbeda.

​"K-kau memang gila, Bos! M-mungkin aku akan mandi terlebih dahulu." Dengan tatapan kosong dan sedikit ngeri, Liu Bai keluar meninggalkan Bao dan Kaisar di dalam. Dia buru-buru mencari sumber air terdekat.

​Bao menatap kepergian Liu Bai dan melirik sejenak ke arah Kaisar yang tersenyum tanpa dosa ke arahnya "A-aku... aku juga sepertinya harus membersihkan diri." Bao dengan cepat bangkit lalu berlari menyusul Liu Bai. "Tunggu aku, Liu Bai! Aku butuh bantuanmu untuk membersihkan wajahku!"

​Kaisar yang awalnya bersikap aneh perlahan memasang ekspresi serius dan datar, seperti topeng baja yang dingin. Dia berbalik dan menatap Elder Han Wu yang sekarat, tergeletak tak berdaya di antara puing-puing.

​"Elder-Elder! Sekarang hanya ada kita berdua. Aku hanya merasa sangat penasaran apakah kau ingin hidup atau mati?" Kaisar berjalan mendekati Elder Han Wu. Dia kemudian berjongkok di hadapan Elder Han Wu yang babak belur.

​Melihat Kaisar darah yang kini lebih fokus, Elder Han Wu merasa sekujur tubuhnya bergetar hebat, seperti daun kering, tapi sayangnya ia tidak dapat menutup matanya, kelopak matanya terasa dilas oleh kekuatan tak terlihat.

​"Jangan takut, Elder! Aku hanya butuh kepastian antara kau ingin hidup atau mati? Aku akan menghormati keputusanmu, setelah kau menjawab pertanyaanku." Tatapan mata mereka bertemu.

​Elder Han Wu yang saat itu benar-benar melihat secara langsung mata Kaisar berubah menjadi sangat merah, seolah api iblis membakar di dalamnya. Warna merah itu menjalar ke arah pupil Kaisar dan menyatu.

​Pupil mata yang awalnya besar dengan cepat mengecil menjadi titik tajam, seperti jarum beracun, sehingga menciptakan ekspresi yang sangat mengerikan, penuh kekejaman murni. Elder Han Wu sangat ingin memejamkan matanya, tapi ia tidak bisa seakan tubuhnya memang sudah di kontrol oleh Kaisar.

​"Ku tanya sekali lagi! Kau ingin hidup... atau mati?!" Pertanyaan singkat namun dapat membuat siapa saja yang ditanyai terdiam membatu dan kehilangan akal sehat.

​Kaisar mendekatkan wajahnya seolah-olah ingin secepatnya mendengar jawaban dari Elder Han Wu "Apa jawabanmu, Elder?!" Seringai iblisnya perlahan terlukis dalam wajahnya, membelah ketenangan yang dingin.

​Aura mengerikan dan mengintimidasi muncul dengan tekanan luar biasa, seperti gunung berapi yang meletus, seolah-olah sedang mencekik Elder Han Wu. Napasnya terasa sesak dan tertahan di tenggorokan.

​"Kau tidak dapat berbicara, ya? Menyedihkan sekali kau ini! Kalau begitu, Aku akan memberimu dua pilihan dengan perumpamaan energi." Kaisar sedikit menjauhkan wajahnya dari wajah Elder yang menyedihkan.

​Dia mengangkat kedua tangannya lalu mengumpulkan energi qi di kedua telapak tangannya. Energi qi merah pekat itu bergolak liar, perlahan membentuk semacam pusaran cakram tajam yang berbeda bentuk dan tujuan.

​"Cara untuk kau memilih sangat mudah, Elder. Kau hanya perlu menatap cakram mana yang ingin kau pilih. Cakram kanan adalah hidup, dan cakram kiri berarti mati." Kaisar menjelaskan perbedaan.

​"Mudah, kan? Jadi ayo kita mulai permainannya." Kaisar menyodorkan kedua tangannya ke depan, dan menyuruh Elder Han Wu untuk segera memilih.

​Elder Han Wu perlahan menangis dan kencing di celana karena ketakutan yang melumpuhkan. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Mo Tian setelah ia memilihnya. Pilihan mana pun terasa seperti jebakan kematian.

​Ketika lima detik Kaisar menunggu, Urat di kepalanya mulai menonjol, tatapannya tajam, dan aura membunuhnya sangat pekat dan seolah mampu menusuk udara.

"Cepat pilih!" Kaisar menendang Tubuh Elder Han Wu sampai dinding di belakangnya hancur berkeping-keping, membuat lubang besar.

​Suara gemuruh dan berisik itu sontak mengganggu para warga yang sedang melakukan aktivitas masing-masing.

​Mereka yang penasaran langsung berlarian ke arah sumber suara berisik tersebut. Asap tebal dan debu menghalangi pandangan mereka.

​"Ada apa ini?"

​"Kenapa penjara dapat hancur?"

​"Apa jangan-jangan Elder melarikan diri!"

​Bisik-bisik terdengar dari kerumunan warga. Mereka sangat bingung sekaligus penasaran sebenarnya ada apa di depan sana.

​Ketika asap tebal itu sudah menghilang, Para warga melihat Elder Han Wu tergeletak di tanah dengan kondisi tubuh yang sangat mengenaskan dan tak berbentuk, seperti boneka kain yang robek.

​"Sudah ku bilang cepat pilih, sialan!" Kaisar berjalan keluar dari ruangan penjara, bayangan darah menyelimuti dirinya. Melihat sang Kaisar, Para warga merasakan hawa mengerikan perlahan menyerbu kulit mereka seperti sengatan listrik dingin.

​"K-Kaisar! S-sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Kaisar bisa semarah ini?" Kebingungan dan ketakutan melanda para warga desa Xian. Mereka hanya bisa diam sambil memerhatikan tanpa ada yang ingin ikut campur.

​Elder Han Wu yang tergeletak di tanah mengeluarkan busa dan darah dari mulutnya. Mo Tian mendekat dan membungkukkan badan. Ia mencengkram kerah baju Elder Han Wu dengan erat.

​"Hei, Elder! Bangun!" Kaisar menggoyang-goyangkan tubuh Elder Han Wu dengan sangat brutal dan kuat. Tatapan matanya sangat tajam dan tidak ada senyum sama sekali, hanya amarah murni yang membakar.

​Kaisar yang sangat merasa marah karena Elder tidak kunjung sadarkan diri, Kaisar memukul-mukul kepalanya dengan satu tangannya, sedangkan tangan satunya lagi memegang kerah pakaian Elder Han Wu.

​BUGH! (Suara tulang retak yang mengerikan)

​BUGH! (Suara darah menyembur, membasahi tanah)

​Suara tulang retak, darah berceceran, dan suara pukulan dari tangan Kaisar seperti instrumen kematian yang mengerikan di tengah desa damai itu.

​Para warga yang melihat kejadian mengerikan itu menutup mata mereka erat-erat dan bahkan beberapa di antara mereka sampai ada yang muntah saking brutalnya Kaisar.

​Kaisar tidak berhenti memukuli Elder Han Wu yang sudah hampir mati "Ku bilang jawab, Wu Cheng!" Ucapannya aneh dan tidak sinkron, ia menyebut nama yang tidak dikenal.

​"Dasar bajingan Wu Cheng! Ku bilang pilih!" Kaisar darah kembali menegaskan pertanyaannya. Tapi sayangnya Elder Han Wu tidak dapat menjawab karena kesadarannya perlahan memudar, menuju kegelapan abadi.

​Ketika amarah sampai puncaknya, Kaisar mengumpulkan dan memusatkan energi qi yang sangat besar dan mengerikan di pergelangan tangannya. Kaisar seperti kehilangan kendali akan dirinya dan ia tidak memperdulikan efek kekuatannya.

​Energi qi yang memancar keluar liar itu membuat para warga tidak dapat bernapas dan mereka langsung pingsan massal. Jika ini terus terjadi, ada kemungkinan mereka akan tewas karena tekanan qi Iblis.

​"Aku membencimu, bajingan!" Ketika Kaisar sudah berniat melesatkan pukulan gilanya yang dapat menghancurkan gunung, Sebuah tangan lain, yaitu tangan Liu Bai, berani menahannya "Hentikan, Bos! Apa yang kau lakukan?!"

​Pertanyaan singkat dari Liu Bai membuat mata Kaisar kembali memudar, warna merahnya perlahan surut dan kembali normal berwarna merah biasa "Apa yang sedang ku lakukan? Aku sedang bermain dengan Elder." Dengan senyum tanpa dosa yang dingin, Kaisar menunjuk ke arah Elder Han Wu yang sudah sangat sekarat.

​"Terus siapa Wu Cheng? Kenapa kau memanggil nama orang itu? Siapa dia sebenarnya?" Liu Bai sedikit meninggikan suaranya, khawatir dan menuntut penjelasan, tidak peduli walaupun ia sedang menahan Kaisar.

​Sedangkan di sisi lain, Bao, yang sudah bersih, berusaha melindungi para warga dari aura mengerikan yang dilancarkan oleh Kaisar dengan mengeluarkan qi spiritualnya yang hangat dan protektif membentuk pelindung.

​"Wu Cheng? Entahlah, aku hanya merasa membenci nama orang itu dan melampiaskannya kepada Elder dan menyebut dia sebagai Wu Cheng." Kaisar bahkan tampak ragu akan jawabannya. Entah apa yang ia lihat sampai-sampai sikapnya berubah drastis seperti itu.

​Seandainya Liu Bai tidak menahan Kaisar untuk menyerang, dapat dipastikan Desa Xian dan sekitarnya akan musnah beserta isinya tanpa sisa.

​Kaisar menarik kembali kekuatannya sehingga suasana di sekitar kembali kondusif. Namun para warga yang pingsan membutuhkan waktu untuk kembali sadar.

​"Sebenarnya kau ini kenapa, Bos? Apa kau mendapatkan kilasan aneh lagi? Jangan kau pendam sendirian, Bos. Kau punya orang-orang yang sangat setia kepadamu sepertiku." Liu Bai merasa khawatir dengan kondisi Kaisar yang sangat aneh.

​Kaisar memang lebih sering bersikap manusiawi akhir-akhir ini. Tapi setelah melihat kejadian hari ini, Liu Bai memahami bahwa Kaisar juga dapat menjadi lebih mengerikan daripada biasanya.

​"Kau ini berkata apa, Liu Bai? Sudah ku bilang aku hanya bermain-main dengan dia! Jangan terlalu berlebihan. Aku baik-baik saja!" Suara Kaisar dipertegas, tapi dari sorot matanya, sepertinya dia sedang mencerna apa yang terjadi.

​"Aneh sekali! Siapa itu Wu Cheng? Kenapa tiba-tiba aku mengingat nama itu dan merasa sangat marah? Bahkan aku tidak tahu kapan aku pernah bertemu dengan orang bernama Wu Cheng." Pikir Kaisar, ia sangat bingung dengan apa yang ia alami.

​Pada akhirnya Kaisar lebih memilih tidak terlalu memikirkannya dan mengajak Liu Bai dan Bao untuk ikut dengannya. Sedangkan para warga yang pingsan dibiarkan dan dihilangkan ingatan tentang kejadian ini.

​"Ayo ikut aku! Kita harus membasmi para pemberontak itu. Tapi sebelum itu aku ingin membersihkan diri dulu." Mereka berdua mengikuti Kaisar dengan patuh tanpa banyak bicara.

​Tapi dari sorot mata Liu Bai, terpancar rasa khawatir mendalam terhadap Kaisar. "Aku harap kau bisa bercerita kepadaku, Bos." Pikir Liu Bai.

​Setelah berjalan santai, akhirnya Kaisar dan yang lainnya sampai di sebuah sungai berwana bening, saking beningnya, mereka dapat melihat dasar sungai.

​"Kalian tunggu saja di sini, aku akan segera kembali." Kaisar menyuruh bawahannya untuk diam menunggu saja, sedangkan ia akan pergi ke sungai untuk membersihkan diri.

​Kaisar melepaskan bajunya dan membersihkan wajahnya yang penuh akan darah. Setelah tubuhnya bersih, Kaisar maju lebih dalam ke depan sungai.

​Otot-otot bidangnya terlihat sangat elegan dan terpahat. Dia kemudian mulai membersihkan bagian badan yang masih kotor.

​Aliran sungai itu sangat tenang. Ketika Kaisar sedang asyik membersihkan tubuhnya, Sepasang mata tajam dan buas mengawasinya dan perlahan mendekat dari dalam air.

​Kaisar tetap santai tanpa merasa takut akan bahaya. Gelembung-gelembung buih bermunculan di permukaan dan sebuah aliran cepat mengarah mendekat ke arah Kaisar.

​Makhluk besar dan mengerikan itu melompat ke atas dan bersiap menerkam mangsanya. Gigi-gigi tajamnya sudah siap mengoyak apapun yang masuk ke dalam mulutnya dan tatapan mata makhluk buas berbentuk buaya raksasa tersebut tajam.

​Ketika Buaya tersebut akan melahap Kaisar, Dengan sangat santai, tanpa berbalik ke belakang, Kaisar memukul Kepala buaya super besar hanya dengan tangan kanannya. Gigi-gigi tajam buaya hancur berkeping-keping dan dia terlempar sampai ke darat dengan keadaan menabrak batu besar sehingga menimbulkan retakan besar.

​Buaya tersebut pada akhirnya mati dengan tragis tanpa perlawanan, kepalanya hancur total.

​Liu Bai dan Bao yang mendengar suara benturan kencang langsung bergegas memeriksa keadaan.

​"Apa kau baik-baik saja, Bos?" Liu Bai bertanya dengan panik. Ketika dilihat oleh mereka berdua, Kaisar ternyata sedang santai mengucek celananya yang penuh akan darah kering.

​"Aku hanya menangkap makanan." Kaisar melirik Ke arah Liu Bai dan berkata santai "Sepertinya daging hewan itu sangat enak."

​Bao yang melihat langsung berlari dengan sangat girang dan mengigit tubuh si buaya "Aku akan membawanya." Dia menyeret tubuh buaya ke belakang.

"Ayo nyalakan apinya, Liu Bai!" Liu Bai menghembuskan napas lega karena tidak ada sesuatu yang aneh.

​Liu Bai bukan takut Kaisar bertemu dengan musuh. Ia hanya takut Kaisar melakukan tindakan gila yang dapat membahayakan manusia fana.

​Liu Bai mengikuti Bao dan dengan mudahnya ia menyalakan api lalu membakar daging buaya tersebut. Bao yang melihat daging buaya yang perlahan matang mengeluarkan air liur, tatapan matanya berbinar tidak sabar, seperti anak anjing kelaparan.

​"Sudah matang belum, Liu Bai? Lama sekali." Ucap Bao dengan sangat gembira.

​Liu Bai membalikkan tubuh Buaya agar bagian lainnya terbakar "Belum, sabar saja, Bao." Liu Bai kembali duduk dan menunggu Kaisar kembali.

​Setelah Beberapa menit akhirnya Kaisar kembali dengan keadaan tubuh yang bersih dan aura seorang Kaisarnya menjadi lebih terasa.

​Kaisar kemudian berjalan dan duduk di sebelah mereka sambil mengeringkan bajunya. Dia melihat daging buaya hampir matang "Sebentar lagi matang. Mungkin tambahkan beberapa tanaman penyedap."

​Kaisar melihat ke arah tanaman di dekatnya dan mengambilnya. Tanaman itu ia gosokkan dengan tangannya ke seluruh tubuh buaya.

​Bao mulai mencium bau luar biasa "Bau ini! Wangi sekali, aku tidak sabar ingin memakannya." Bao mengeluarkan air liur yang sangat banyak layaknya hewan yang sudah tidak mendapatkan mangsa selama beberapa hari.

​"Kau menambahkan apa, Bos?" Liu Bai yang penasaran bertanya. Kaisar berbalik dan menatap Liu Bai "Tanaman racun!"

​Liu Bai menganga tidak percaya dengan apa yang diucapkan Kaisar "K-kau bercanda kan, Bos? Walaupun racun lemah seperti ini tidak dapat membunuh kita, setidaknya rasa makanannya tidak akan enak."

​"Tidak enak bagaimana? Justru racun ini akan sedikit meningkatkan indra perasa kita sehingga rasa dagingnya akan terasa lebih enak." Kaisar menjelaskan dengan santai.

​Tanaman beracun ini memang memiliki beberapa keunikan seperti berbau harum dan meningkatkan indra perasa bagi yang memakannya. Jika manusia fana atau kultivator lemah yang mengonsumsinya, mereka dipastikan akan mati.

​🐊 BONUS CERITA (Sudut Pandang Buaya)

​"Hahaha! Ada manusia bodoh di sana! Aku sudah lapar sekali, akan ku makan kau, manusia." Buaya yang berada di dalam air melihat sosok pria berkulit putih dan bersih sedang membersihkan tubuhnya.

​Buaya tersebut perlahan maju dengan kecepatan cepat "Rasakan ini, manusia! Terima kasih atas makanannya!" Dia melompat dan membuka mulutnya lebar-lebar bersiap menerkam sang mangsa.

​PLAK! (Suara pukulan mematikan)

BOOM! (Suara benturan keras)

​Dengan sangat cepat tubuh si buaya melesat dan menabrak batu dengan sangat kuat. Yang dirasakan saat itu oleh buaya seperti arwahnya dikeluarkan secara paksa dari tubuhnya.

​"D-dimana aku?" Buaya ini tersadar. Dia kemudian melihat di sekitarnya ada beberapa hewan juga yang sedang menatapnya dengan tatapan prihatin.

​"Sungguh tragis nasibmu, anak muda." Seekor anak ayam berkata dengan nada lembut. Buaya yang melihat itu menjadi bingung dan murka"Anak muda? Berani sekali kau memanggilku dengan sebutan remeh seperti itu! Ku makan kau!"

​Buaya merangkak sangat cepat dan berniat memakan sang ayam.

​PLAK! (Suara tamparan ayam)

​Dengan sangat mudah si ayam berhasil mengalahkan buaya tersebut "Kau bersikap Sangat berlebihan, anak muda! Umurku bahkan sudah mencapai dua ratus tahun."

​"Aku tahu kau marah, tapi kau sudah salah target! Yang kau incar bukanlah mangsa, tapi dia adalah pemangsa!" Jelas sang ayam dengan sangat bijak.

​Buaya pun menangis tersedu-sedu dan berusaha menerima takdirnya sebagai hewan yang sudah mati. Hewan-hewan lainnya yang berada di sana memeluk si buaya "Jangan menangis, kawan! Setidaknya kita bisa hidup damai di sini."

1
Jack
Ummm, mengerikan😱
Si Hibernasi: /Toasted/
total 1 replies
Pembaca Setia
Semangat teruzzzz💪
Si Hibernasi: /Drowsy/
total 1 replies
Kala Kala
Hmmm/Doubt/
Hana cantik
💣/Toasted/
Kalo Balo
Bunga meluncur Thor👍
Si Hibernasi: bunga matahari
total 1 replies
Bahlil
👍
Roy Roy: 🗣️🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕
total 4 replies
Slime Hijau
💪💪💪💪💪
Slime Hijau
Jozzzzz/Determined/
Budi arie
semangat Thor💪
Si Hibernasi: Zzzzz
total 1 replies
Maul Ana
/Skull/
Nauli Rahman
/NosePick/
Nauli Rahman
/Determined/
Nauli Rahman
Menyesal kemudian/Facepalm/
Kala Kala: /Applaud//Applaud//Applaud//Whimper//Scowl/
total 2 replies
Kereta
Oke siap Thor/Sly/
Si Hibernasi: 👍👍👍👍👍👍
total 2 replies
Kereta
/NosePick/
Kereta
/Hunger/
Kereta
/Applaud/
Kereta
🤨
Si Hibernasi: /Tongue/
total 1 replies
Si Hibernasi
damai dulu
Si Hibernasi
Naik jabatan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!