NovelToon NovelToon
SESAL YANG TERLAMBAT

SESAL YANG TERLAMBAT

Status: tamat
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Pelakor jahat / Tamat
Popularitas:396k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Virginia Fernandes mencintai Armando Mendoza dengan begitu tulus. Akan tetapi kesalah pahaman yang diciptakan Veronica, adik tirinya membuatnya justru dibenci oleh Armando.

Lima tahun pernikahan, Virginia selalu berusaha menjadi istri yang baik. Namum, semua tak terlihat oleh Armando. Armando selalu bersikap dingin dan memperlakukannya dengan buruk.

Satu insiden terjadi di hari ulang tahun pernikahan mereka yang kelima. Bukannya membawa Virginia ke rumah sakit, Armando justru membawa Vero yang pura-pura sakit.

Terlambat ditangani, Virginia kehilangan bayi yang tengah dikandungnya. Namun, Armando tetap tak peduli.

Cukup sudah. Kesabaran Virginia sudah berada di ambang batasnya. Ia memilih pergi, tak lagi ingin mengejar cinta Armando.

Armando baru merasa kehilangan setelah Virginia tak lagi berada di sisinya. Pria itu melakukan berbagai upaya agar Virginia kembali.

Apakah itu mungkin?
Apakah Virginia akan kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Upacara pemakaman

Rumah utama keluarga Mendoza 

Nyonya besar Mendoza sedang duduk diam di depan televisi. Matanya menatap layar tapi pikirannya entah kemana. Kepergian sang menantu yang tanpa kabar berita membuatnya tak lagi memiliki semangat hidup. 

“Permisi, Nyonya.” Seorang pelayan datang mendekat. 

“Ada apa, Charlotte?” tanya nyonya Mendoza tanpa menoleh.

“Di depan, ada dua orang polisi ingin menemui Anda.” Pelayan yang dipanggil dengan nama Charlotte itu melapor seraya menunduk hormat.

“Polisi?  Kenapa kediaman Mendoza didatangi polisi?" gumam wanita tua itu. Tetapi meskipun begitu ia menyuruh pelayan Untuk mempersilakan polisi masuk.

“Selamat siang, Nyonya besar,” sapa polisi. 

“Selamat siang, silakan duduk.” Nyonya Mendoza menyambut ramah kedatangan tamu tak diundang itu. “Apa yang membawa Anda berdua datang kemari?” tanyanya. 

“Mohon maaf sebelumnya karena telah mengganggu waktu Anda. Kami datang untuk meminta kesediaannya Anda untuk mengidentifikasi jenazah.”

“Apa?”  kaget nyonya besar. “Apa maksudnya jenazah? Jenazah siapa?” 

“Beberapa hari lalu, tim kami menemukan seorang wanita yang meninggal di pantai. Saat ini jenazah berada di kamar mayat di kepolisian kota. Wajahnya memang tak lagi bisa dikenali karena sudah membusuk dan rusak. Akan tetapi dari identifikasi dan hasil tes DNA, kami memastikan itu adalah nyonya Virginia Fernandez.”

“Ya Tuhan, menantuku.” Nyonya besar Mendoza seketika menangis tergugu mendengar penjelasan polisi. 

“Kami sudah menyampaikan berita ini pada Tuan Mendoza. Dan kemarin beliau memang datang ke sana, tapi beliau tidak mau melakukan identifikasi dan tidak mengakui jenazah tersebut.” Polisi melanjutkan penjelasannya.

“Ya Tuhan apakah itu benar-benar menantuku? Jadi dia benar-benar sudah meninggal? Jadi yang mereka beritakan itu benar-benar tentang menantuku?”  Nyonya besar Mendoza semakin tergugu.

“Kalau begitu kami permisi, Nyonya. Kami menunggu kedatangan salah satu keluarga Anda untuk melakukan identifikasi.” polisi membungkukkan badan sebelum kemudian undur diri.

Nyonya besar Mendoza hanya bisa mengangguk. 

“Nyonya, mohon tenangkan diri. Semoga itu bukan jenazah nyonya muda.” Seorang pelayan datang mencoba menenangkan. 

“Ambil ponselku,” titah nyonya Mendoza sambil mengusap air matanya. Wanita tua itu segera menghubungi Cecilia dan mengatakan apa yang baru saja disampaikan oleh Polisi.

“Tenanglah, Mama. Aku dan Sergio yang akan pergi ke kantor polisi.” ucap Cecilia di seberang sana

...****************...

Dan Cecilia benar-benar datang ke kantor polisi bersama dengan suaminya. 

“Silakan, Nyonya.” Polisi memimpin jalan menuju kamar mayat. 

Cecilia melangkah mendekat ke arah ranjang dengan badan gemetar. Tangannya yang terulur seakan tak mampu menyibak kafan. 

“Sayang, jika kamu tidak kuat, biar aku saja.” Sergio menggenggam tangan istrinya. 

Cecilia mengangguk. Mundur dengan tubuh penuh keringat. Wajahnya pun telah basah oleh air mata. 

Sergio maju, membuka kain kafan dengan pelan. 

“Hahh…!” Pria itu tersentak mundur dengan wajah pucat. Wajah jenazah yang ia lihat sangat mengerikan. 

“Ada apa? Itu bukan kakak ipar, kan?” tanya Cecilia penuh harap. 

Sergio menggelengkan kepala berkali-kali. “Aku tidak tahu.” Suaranya bergetar, menelan susah payah ludah yang terasa bagai tercekat di tenggorokan. 

Polisi membuka seluruh kain kafan, hingga mereka berdua melihat jelas. “Kakak ipar…” Cecilia menangis memeluk suaminya. Semua outfit yang melekat pada tubuh jenazah, ia mengenalinya. Itu milik Virginia.

“Jika Anda tidak mengenali karena wajahnya yang rusak, kami bisa membacakan hasil identifikasi.” 

Cecilia dan Sergio hanya bisa mengangguk. Dan polisi pun membaca semua penjelasan tentang jenazah. 

“Kakak ipar…?” Cecilia menangis meraung, membuat Sergio kesulitan menenangkannya.

...****************...

Ponsel di tangan Armando berdering, pria itu mengambil dan melihat latar. Ada nama kontak adiknya, dengan enggan pria itu mengangkat panggilan.

“Armando, besok adalah upacara pemakaman kakak ipar. Kesempatan terakhir kamu bisa melihat sebelum dia dikubur. Tapi terserah kamu. Kalau kamu mau datang silakan, kalau tidak itu urusanmu.”

“Tidak! Itu tidak mungkin. Apa yang kau…?”

Tut…

Panggilan ditutup sepihak oleh Cecilia. 

“Itu tidak mungkin. Pasti bukan Virginia.” Armando terus bergumam sambil memeluk kedua lututnya. “Itu bukan Virginia, bukan Virginia….!” 

...****************...

Keesokan harinya di taman makam khusus milik keluarga besar Mendoza. Karangan bunga berdiri berjajar. Seluruh keluarga besar dan ratusan kolega bisnis berkumpul mengucapkan turut berbela sungkawa. 

Cecilia memutuskan tetap memakamkan jenazah Virginia tanpa kehadiran Armando. Nyonya besar Mendoza pun tidak hadir di pemakaman karena kondisinya yang tiba-tiba drop. 

“Selamat jalan, Kakak ipar.” Cecilia menghapus air matanya. Matanya menatap lurus ke arah foto Virginia yang bersandar di atas batu nisan mewah. “Sekarang kau tidak akan merasakan sakit lagi.

“Lihat, itu tuan Armando datang!” celetuk seorang pelayan, membuat semua mata menoleh. Tampak Armando berjalan mendekat dengan lunglai.

Cecilia merentangkan tangan, menghadang langkah Armando.

“Sayang,,,!” Sergio menatap istrinya dan menggelengkan kepala. Ini bukan waktu yang tepat untuk bersitegang. 

“Apa kalian tidak berlebihan dalam berakting?” 

Nyatanya ucapan Armando sungguh membuat semua orang tercengang.

“Apa maksud kalian dengan mengadakan pemakaman ini? Virginia tidak meninggal! Kenapa kalian mengadakan pemakaman? Apa kalian ingin mengutuknya?!”

“Armando, kamu sudah melihat jenazah Virginia. Kenapa masih juga mau membohongi diri sendiri. Sampai kapan kamu terus begini? Terimalah kenyataan, kakak ipar sudah tiada!” Cecilia berteriak sambil menghapus air mata.

“Aku sudah lihat jenazah di kamar mayat, tapi itu bukan Virginia! Virginia tidak meninggal!” Armando bersikeras menolak.

“Tuan Armando, kami turut berduka. Kami tahu Anda sedih.” seorang yang hadir membuka suara diikuti sahutan yang lain dengan nada sama.

Armando tidak mau mendengar. Pria itu berjalan mendekat ke arah di mana foto Virginia

 “Armando.” Sergio mencekal tangannya “Sudah menurut lah. Kakak ipar dia benar-benar sudah meninggal, jangan keras kepala lagi.”

 Armando menepis tangan Sergio dan menangis pilu. Maju tertatih dan terhuyung, nyaris terjengkang dengan langkah terseok. 

Beruntung Cecilia dan Sergio yang berada di belakangnya dengan sigap menangkap. Tubuh pria itu sangat lemas, terbatuk bahkan memuntahkan darah segar. 

 "Kakak...?" Cecilia merasa cemas. Bagaimana pun itu adalah ikatan darah. Meskipun marah, jika saudara terlihat tidak baik-baik saja pasti akan sedih.

“Armando Apa yang terjadi padamu?” seru Sergio.

“Apa yang terjadi pada tuan Armando?” Suara bisik-bisik mulai riuh terdengar.

Armando tidak peduli, berlutut di depan foto Virginia. “Kenapa kalian mengadakan pemakaman? Dia tidak meninggal.” Armando tiba-tiba bangkit, membanting semua karangan bunga yang ada di dekat makam Virginia. Pria itu mengamuk bagaikan orang gila 

“Armando, tenanglah! Virginia sudah tiada.” Bentak Sergio.

Armando kembali berlutut memeluk foto Virginia. “Jangan pergi. Kembali lah! Kamu tidak bisa bersikap begini padaku.Jangan Pergi.” Armando menangis tersedu-sedu.

 “Kenapa? Kenapa setelah aku sadar banyak berbuat salah, kamu justru pergi begitu saja. Jika sudah begini, apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku bisa menebus semua kesalahanku? Dalam keadaanmu sekarang, bagaimana aku beritahu kalau aku sudah mencintaimu.” 

Armando kembali batuk darah, tubuhnya makin lunglai, lalu pingsan sambil memeluk foto Virginia.

“Armando…!”

“Tuan Armando…”

Semua orang berteriak panik. 

“Panggil ambulans!  Cepat panggil ambulans!”

1
ALRININGSIH ALRININGSIH
Veronika ternyata yg memanipulasi
murni l.toruan
Balasan yang sangat manis, ada yang marah🤬 ya itulah sebabnya jangan pernah menyakiti hati orang yang tulus mencintaimu
murni l.toruan
Mau ngapain lagi Armando, nasi sudah jadi bubur. Bukan hanya menyiksa tapi membunuh mental Virginia kamu pecundang
murni l.toruan
Tabok saja kepalanya Armando, biar gila bener
murni l.toruan
Kampret...nunggu 5 tahun..kelaut saja loh nanti ada yang nongol jin laut. Semoga Virginia masih hidup
ALRININGSIH ALRININGSIH
Veronika ternyata seperti serigala berbulu domba
ALRININGSIH ALRININGSIH
lanjutannya Thor
ALRININGSIH ALRININGSIH
Baru episode 1 udah mulai ada konflik
Khairul Azam
ini sebener nya cerita apa sih
Betty
Bagus
Jolie
bgs
Khansa Sutresno
persis bgt crita di dracin stlh q baca....
Nisa Nisa
Habiskan sisa hidupmu dlm penyesalan Armando. Kamu jahat sekali.
Nisa Nisa
Herannya ada jadilah tes DNA dari mana? siapa pembandingnya. Tdk ada yg bertanya tdk Armando tolol ataupun Cecilia. Sergio sepertinya tahu sesuatu dari Kai
Nisa Nisa
Hanya begitu sikapnya pd Veronica padahal dia sdh tahu kebenarannya, ttg kebohongan vero dan penyiksaan Virginia oleh vero dan ibunya dan begitu dia bilang dia cinta Virginia?? coba kalau dulu bgm sikapnya pada virgi dan vero. kalau ada yg bilang Armando mencintai Virginia dan hanya tertipu oleh vero fix yg bilang gagal paham apa itu cinta dan terlalu memuja Armando
Nisa Nisa
maksa mau mengakuisisi group Morantes, dasar serakah bertopeng demi bisa bertemu Virginia. Itu bukan cinta itu keserakahan
Nisa Nisa
mau menguasai harta morantes jg rupanya. Kurang apa perusahaan mu dibantu saat bangkrut dulu. Dasar manusia tanpa ahlak
Nisa Nisa
manusia sombongnya menyundul langit bahkan tak ada satu kata maaf terucap dari bibirmu. Maunya semua orang menyanjung dan menghormati tp dia sendiri berperilaku lebih rendah dari hewan yg bahkan mencintai anak keturunannya.
Nisa Nisa
Dasar otak rongsokan
Nisa Nisa
yg membaringkan ingatan masa kecil ttg Virginia, kenapa yg dicintai mati-matian adalah veronica. selama lamanya berpisah gk akan ketukar nama dan orang begitu Thor. ini cerita alurnya kacau
Nisa Nisa: maksudnya menbagongkan, bukan membaringkan.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!