NovelToon NovelToon
TRANSMIGRASI: SELIRKU BERUBAH CERDIK

TRANSMIGRASI: SELIRKU BERUBAH CERDIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Sistem / Time Travel / Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mur Diyanti

Athaya, seorang gadis mungil yang tinggal di pelosok desa. Berlari tunggang langgang kala ketahuan mencuri mangga tetangganya.

"Huuu dasar tua bangka pelit! Minta dikit aja gaboleh!" sungutnya sambil menatap jalanan yang ia tapaki tadi—menjauhi massa penduduk yang mengejarnya.

Athaya adalah gadis desa yang hidup sebatang kara di tengah masyarakat yang menganut budaya nepotisme.

Dimana, mereka lebih memikirkan kerabatnya, daripada orang susah yang ada di sekitarnya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Athaya untuk bertahan hidup.

Sampai akhirnya, ia mengalami hal di luar nalar saat masuk ke hutan. Ia masuk ke dalam portal misterius dan berakhir masuk ke dalam tubuh seorang selir yang sedang di siksa di tengah aula paviliun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mur Diyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hubungan semakin hangat

Setelah selesai melakukan rapat bersama dengan Raja Xiarong, Elise dan Elios pun memilih untuk menikmati udara segar di atas bukit.

Angin sepoi-sepoi malam menerpa wajah Elios dan Elise lembut di atas bukit. Dimana dibawahnya para tentara Kerajaan Xiarong sedang menyalakan api unggun di tengah tanah lapang.

Elise memejamkan matanya. Hawa dingin sedikit menyusup ke dalam tubuh, membuat tubuhnya sedikit menggigil dan terjingkit.

"Ngga nyangka yah, separuh masalah sudah kita selesaikan." Elise berucap dengan mata yang fokus ke bawah sana.

Elios yang mendengarnya pun menoleh perlahan. Bibirnya tertarik tipis kala melihat wajah teduh Elise yang berpangku di atas lutut itu. "itu berkat kamu."

Tangannya refleks terulur, menarik sehelai daun kering yang terselip diantara rambut Elise. Membuat gadis itu terjingkit dan menoleh ke arahnya.

"Kamu ngapain?!" tangannya terulur menyeka rambut yang tadi Elios pegang.

Elios menunjukkan daun kering itu di depan Elise. "Ada daun di rambutmu." ucapnya, sebelum akhirnya membuang daun kering itu ke samping.

Elise terdiam sesaat, sembari merapikan rambutnya lagi. Tak sengaja ia melihat wajah Elios yang tenang.

Elios terdiam dengan bibir yang tertarik tipis. Merasakan angin kecil yang menerpa wajahnya. "Udara di gunung emang yang paling seger."

Tak ada sahutan, ia perlahan membuka matanya, menoleh ke samping. Dimana Elise menatap wajahnya tanpa berkedip itu.

Tangan kekarnya refleks naik, menoel hidung Elise lembut. Membuat gadis itu refleks terkejut dan merunduk.

"Elios!"

"Kenapa hmm? Baru nyadar suamimu ini ganteng?"

Elise melirik kesal Elios dengan ekor matanya. Menghela nafas berat.

"Biasa aja." ketusnya—kembali meletakkan dagunya diatas lutut yang saling bertaut.

"Yakin?" kekehnya, membuat Elise kesal karena di jahili oleh Elios.

Ia menepis tangan Elios yang menekan-nekan pinggangnya. "Elios minggir, geli!"

Namun bukannya minggir, Elios justru semakin memperlancar aksinya dengan menggelitiki pinggang Elise hingga gadis itu terguling-guling di atas tanah.

Refleks tangan Elise menarik lengan Elios dari pinggangnya, yang justru membuat tubuh Elios maju dan mengungkung Elise di atasnya.

Tatapan mereka bertemu cukup lama. Saling menelan Saliva satu sama lain.

Sampai akhirnya Elios perlahan menurunkan punggungnya, lalu tangan satunya ia selipkan ke belakang leher Elise dan menariknya.

Ia memiringkan kepalanya ke samping lalu mengecup bibir Elise lembut, sangat lembut. Seolah Elise adalah berlian yang sangat langka.

"E-Elios!" Elise refleks menarik tubuhnya ke belakang, rada jauh dari Elios.

Dadanya naik turun tidak karuan. Membayangkan wajah tampan Elios berada di atasnya, itu benar-benar tidak aman untuk jantungnya.

Ia memegangi dadanya yang naik turun tidak karuan. Nafasnya memburu menahan sesak yang cukup memabukkan itu.

Sementara Elios kini kembali duduk seperti semula, dengan pandangan yang fokus menatap langit malam yang sedikit mendung.

"Tau ngga, dulu kamu itu nyebelin banget." lirihnya.

Elise menoleh, menatap Elios yang kini juga menatapnya. "Kamu dulu tuh cengeng, ngga seberani sekarang."

"Itu kan dulu." timpal Elise sedikit cemberut. "Sekarang kan aku udah beda, bukan Elise yang dulu."

"Iya, tapi ada satu sifat yang keknya aku kangen." ucapan Elios membuat Elise kembali menatapnya.

"Maksudnya?"

"Kamu dulu kalo deket sama aku selalu pake baju seksi, terbuka, dan sedikit tobru—"

"BRISIK!!" Elise langsung membungkam mulut Elios. Membuat lelaki itu terkekeh kecil.

"Lah emang iya! terus suka ngintip ke kamarku malem-malem, sukmmmhh!!"

"Brisikk!!! Ngomong sekali lagi ku gorok lehermuu!!"

Elise membungkam mulut Elios rapat-rapat. kata-kata yang keluar dari bibir Elios benar-benar membuatnya kesal.

"Itu bukan akuu! Tapi selir aslimu yang bodoh itu!" batinnya kesal.

Sementara Elios hanya bisa tertawa ngakak membayangkan betapa tobrutnya dulu Elise terhadapnya. Sementara Elise rasanya kupingnya semakin panas karena Elios terus saja mengatakan dirinya dulu seperti apa.

Tak terasa obrolan dan candaan ringan mereka sudah berlangsung selama satu jam. Dari yang Elise membungkam mulut Elios karena terus membuka aibnya dulu. Terus mereka kejar-kejaran di atas bukit. Sampai akhirnya jam menunjukkan pukul 11 malam, mereka kini kembali duduk saling bersender satu sama lain.

"Hoammm!!" Elise menepuk-nepuk bibirnya yang menguap karena ngantuk. Membuat Elios menoleh menatap wajah cantik yang sudah sangat kelelahan itu.

"Kamu ngantuk?"

Elise mendongak, bibirnya sedikit manyun dengan kepala yang mengangguk lemas. "Iya."

Elios tersenyum mendengarnya. Ia pun menarik tubuh Elise ke bawah, membuat gadis itu refleks menarik pantatnya menjauh, dan menyilangkan tangannya di depan dada.

"Kamu mau ngapain?!" pekiknya mendelik tajam.

Elios terkekeh, lalu kembali menarik tubuh Elise mendekat. "Aku cuma mau menidurkanmu di pangkuanku, katanya kamu ngantuk."

Wajah Elise seketika bersemu merah. "Sap-sapa yang mau tidur di pangkuanmu?! Aku bisa tidur di sana!" ketusnya sambil berjalan ke pinggir pohon, dan menyenderkan tubuhnya disana.

Ia pun memaksakan matanya untuk memejam dan tidur. "Mending tidur disini, daripada tidur di pangkuan dia!" ketusnya dalam hati.

Ia sedikit menggoyangkan tubuhnya untuk mendapatkan momen nyaman bersender di pohon. Sementara Elios sedari tadi terus memandanginya dengan kepala yang ia senderkan pada tangan yang mengepal, bertumpu pada paha.

"Yakin bisa tidur?" bibirnya tertarik tipis melihat tidur Elise yang terlalu dipaksakan itu.

"Bisalah!" ketusnya, dengan gengsi yang setinggi langit.

Elios mengedikkan bahunya sambil merebahkan tubuhnya di atas rumput. Menautkan tangannya di bawah kepala sebagai bantalan tidur.

"Yasudah."

Elise menatap malas Elios yang santai itu. "Nyebelin!" decaknya, sebelum kembali memejamkan matanya.

2 menit.

4 menit.

5 menit.

"HACHIII!!" Udara malam yang menusuk membuat tubuh Elise menggigil. Hidungnya tak sanggup menampung udara dingin yang menusuk itu.

Ia tidur sambil meringkuk. Kedua tangannya sibuk mengelus dua lengannya yang bergetar karena udara malam yang semakin kuat.

Ia memejam dengan dahi yang mengerut menahan udara yang begitu dingin. "Astaga...jangan dingin-dingin dong, aku gaada selimut." lirihnya di sela matanya yang memejam.

Namun tiba-tiba sebuah tangan kekar merengkuh tubuh mungilnya. Menyalurkan kehangatan yang sangat Elise butuhkan sedari tadi.

"Udah tau dingin jangan ngeyel."

Elise pun membuka matanya. Hal yang ia lihat pertama kali adalah dada bidang Elios yang menempel dengan pipinya. Ia refleks mendongak, dimana dagu Elios menempel di dahinya.

Elios pun ikut menundukkan kepalanya. Bibirnya tertarik tipis sebelum sepersekian detik berikutnya bibirnya mendarat mulus di dahi Elise. Membuat gadis itu mematung tanpa bisa berkedip.

"Tidur, aku peluk biar ngga kedinginan lagi."

Elise awalnya mencoba mendorong dada Elios dari dirinya. Namun dengan cepat Elios menarik tangannya dan mengalungkannya ke pinggangnya. "Jangan ngelawan kalo gamau demam."

"Tap-tapi Elios—!"

"Suttt, tidur kalo ngga mau aku apa-apain sekarang juga." suara berat itu seolah medan listrik yang menjalar ke setiap nadi Elise.

Gadis itu refleks terjingkit dan mematung. Mau tak mau ia pun menuruti perintah Elios, kalo tidak, nasibnya mungkin bisa sama seperti awal pertemuan mereka yang menyebalkan itu.

"Malam, pembuat onar."

CUP!

1
Ganteng Ahmad
Iklan dibawa, hanya sebuah novel, menceritakan tentang seorang ibu, dikhianati suaminya dan saudara, dalam kondisi hamil besar, banyaklah adegan kekerasan yang di alaminya, Ujung-ujungnya diceraikan juga, katanya nggak cinta lagi, eh... Buset aku bilang, kamu telah bikin dia hamil, masih bilang nggak cinta, singkat cerita empat saudara kembar, sudah menjadi sukses, begitu sayang pada ibunya, siapapun membully ibu kandungnya, dibikin menghilang, dari empat saudara ganteng itu. Adegan diulang terus, bikin gua menyesal bacanya 🤣
Dynhz: tentu boleh dong, author malah semakin semangat jika kalian komen. karyaku berasa dihargaii😍🙏
total 4 replies
Ganteng Ahmad
Keren banget, dimana anak kecil harus hidup keras layak orang dewasa, padahal tugas mereka cuma dua, belajar dan bermain. 🤣
Dewi Susanti
lanjut kak
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Dynhz: 😍🙏halloo
total 1 replies
Dewi Susanti
lanjut kak
+sakuran+
Coba deh baca ini, jamin deh puas banget sama ceritanya!
Dynhz: trimakasih😍🙏
total 1 replies
Gemma
Ngehubungin perasaan. 💔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!