NovelToon NovelToon
Sahabat Jadi Cinta, FWB

Sahabat Jadi Cinta, FWB

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Perjodohan / Diam-Diam Cinta / Romantis / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:328
Nilai: 5
Nama Author: Addryuli

《Terdapat ****** ******》
Harap bijak dalam membaca.....

William dan Nozela merupakan sahabat sejak mereka masih kecil. Karena suatu kejadian tak disengaja membuat keduanya menjalani kisah yang tak semsestinya. Seiring berjalannya waktu, mulai tumbuh benih-benih cinta antara keduanya.

William yang memang sudah memiliki kekasih terpaksa dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Akankah dia mempertahakan kekasihnya atau memilih Nozela??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 5

Clarissa melirik sekilas ke arah Nozela yang duduk di kursi belakang bersama anjingnya. Mereka berada di mobil William, kekasih Clarissa, untuk mengantarkan Smooky ke dokter hewan. Meski suasana mobil terasa biasa saja, ada perasaan tidak nyaman yang terus menghantui pikiran Clarissa. Dia menatap wajah Nozela yang santai, sibuk mengelus Smooky yang tampak lemas.

"Emang anjing lo sakit apa, Zel?" tanya Clarissa, berusaha memasang nada basa-basi.

"Mana gue tau. Orang baru mau dibawa ke dokter," jawab Nozela tanpa sedikit pun melirik ke arahnya.

Jawabannya yang asal-asalan membuat Clarissa kesal, padahal niatnya dia hanya mencari topik bicara agar suasana tak canggung. Sebenarnya, Clarissa memang tak nyaman berada dekat dengan Nozela, apalagi dia adalah sahabat William. Di belakang, dia bahkan terlalu akrab, hingga kadang Clarissa merasa tersisih dari hubungannya dengan kekasihnya.

"Dasar cewek gatel. Awas aja lo kalau sampai macam-macam sama William," batin Clarissa geram, sementara jemarinya terkepal erat untuk menahan rasa tidak suka yang mulai memuncak.

Nozela tiba-tiba berseru, suaranya terdengar lebih dominan. "Bisa cepetan nggak sih, Liam? Smooky udah lemes banget ini."

"Iya, sabar, Jel. Ini udah cepet lo," jawab William mencoba menenangkan.

"Tck, tapi kurang cepet," Nozela membalas dengan nada menyebalkan.

Melihat mereka bicara seperti itu, ada rasa tidak nyaman yang menjalari hati Clarissa. Dia tahu William mencoba menyesuaikan keadaan, tapi kenapa sih harus Nozela yang mendominasi percakapan? Dan itu menjengkelkan.

"Iya, nih gue tambah kecepatannya. Cerewet banget pacar orang," gumam William sambil tersenyum tipis.

"Biarin, wlekk," Nozela menjulurkan lidah, seolah sengaja memprovokasi.

Clarissa memperhatikan interaksi mereka dengan rasa yang sulit ia definisikan. Nada suara Liam terdengar begitu lembut saat berbicara dengan Nozela, seolah-olah tengah berbincang dengan kekasihnya. Hatinya mencelos, dan rasa kesal yang menjalar di dadanya semakin menjadi.

Clarissa berusaha menahan diri, mencoba mengatur emosi yang perlahan menggerogoti pikirannya. Dia memandang Nozela dengan perasaan campur aduk antara muak dan gelisah. Dalam diamnya, Clarissa hanya berharap perjalanan ini cepat selesai dan jauh dari percakapan menjengkelkan yang membuatku semakin terbakar.

Sesaat kemudian, mobil William berhenti di depan klinik dokter hewan. Clarissa hanya duduk diam memperhatikan bagaimana Nozela dengan cekatan mengangkat Smooky, anjing kecil itu, dan memasukannya ke dalam kandang sambil berkata lembut.

"Sabar ya, Smooky, bentar lagi kita ketemu dokter."

Matanya kembali menyipit saat Nozela menyerahkan kandang anjing itu pada Liam, yang dengan senang hati menerimanya.

"Sini, gue bawain," kata William sambil tersenyum kecil, seolah-olah sedang menjadi pahlawan bagi Nozela.

Rasa tidak nyaman yang sejak tadi menguasai Clarissa kini seperti bara api yang dikipasi. Kenapa dia harus begitu baik pada Nozela? Bukankah dia bisa membiarkannya mengurus anjing itu sendiri?

Clarissa meremas jemarinya, berusaha mengendalikan perasaannya yang bercampur aduk. Nozela kemudian masuk lebih dulu untuk mendaftar, meninggalkan Clarissa bersama Liam di luar. Sejenak, Clarissa merasa kehadirannya tidak lebih dari bayangan yang tak dianggap.

"Liam, kenapa sih yang bawa malah kamu? Bukannya biarin aja dia sendiri?" suaranya memecah kekakuan.

Liam menoleh dengan tenang, "Nggak papa, Cla. Yuk masuk," jawabnya ringan tanpa sedikit pun menyadari gejolak yang berkecamuk dalam hati Clarissa.

William langsung melangkah lebih dulu menuju pintu klinik tanpa menunggu respon. Clarissa mendengus pelan, bibirnya terkatup rapat menahan protes yang tersisa.

"Ishh, kenapa gue ditinggal sih? Nyebelin banget," gumamnya pelan, meski rasa kesalnya terus menggumpal. Dalam hatinya, ia bertanya, sampai kapan dia harus berdiri di samping tanpa pernah menjadi pilihan utama Liam?

Clarissa menghentak-hentakkan kakinya sebelum menyusul William masuk ke dalam klinik. Begitu langkahnya menapaki lantai dingin ruangan itu, pandangan matanya langsung tertuju pada pemandangan yang membuat darahnya mendidih—Nozela sedang duduk berdekatan dengan William sambil asyik mengelus anjingnya. Clarissa menahan helaan nafas panjang, sementara benaknya berteriak sarkastis.

"Sial, baru juga dua menit, dan mereka sudah terlihat seperti pasangan mesra." Batinnya.

Clarissa berdiri di tempat, menggenggam ujung tas dengan kuat, mencoba menenangkan detak jantungnya yang semakin cepat karena rasa kesal ini. Tarik nafas, hembuskan. Setelah merasa cukup siap, dia melangkah dengan dagu terangkat menuju mereka.

“Masih lama nggak?” tanyanya langsung menyisipkan tubuhnya di antara William dan Nozela.

Tentu saja, Clarissa tidak akan membiarkan dia terlalu lama duduk nyaman di dekat William. Nozela melirik Clarissa sambil memutar bola matanya, malas dan santai seperti biasa. Sebenarnya diatara mereka berdua, Clarissa lah yang paling tak menyukai Nozela.

“Lo nggak lihat antriannya?” balas Nozela datar, menyentak Clarissa dengan nada sok tahu yang membuat matanya hampir melompat.

Clarissa memaksa senyum, meskipun wajahnya pasti menjeritkan kepalsuan.

"Sabar ya, Cla," suara lembut William memecah ketegangan.

Tangannya mengelus punggung tangan Clarissa, mencoba menenangkan perasaannya. Sentuhannya hangat, tapi... rasanya itu belum cukup meredam gejolak dalam dadanya. Clarissa menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.

Dia mengangguk kecil. "Iya," jawabnya dengan lirih, sambil melirik Nozela dari sudut matanya. Tidak, dia tidak akan kalah. Tidak di depan Nozela.

Setelah menunggu sekitar dua puluh menit, akhirnya nama Smooky, anjing kesayangan Nozela dipanggil oleh perawat. Dia segera melangkah masuk ke ruang pemeriksaan dengan langkah cemas.

"Sore, Kak. Ada keluhan apa dengan anjingnya?" tanya dokter dengan suara ramah.

Nozela mencoba menenangkan dirinya sambil menjawab, "Kata Mama, dari tadi pagi dia nggak mau makan. Aku juga nggak tahu kenapa kelihatannya lemas."

Dokter hanya tersenyum kecil sebelum berbicara lagi, "Baik, saya periksa dulu ya."

Nozela mengangguk pelan, lalu menyerahkan Smooky kepada asisten dokter. Dalam hati dia berdoa agar semua baik-baik saja. Seiring waktu berlalu, dia mencoba menenangkan gejolak di dalam dada, tapi bayangan Smooky yang lemas terus menghantui pikirannya.

"Gimana, Dok? Anjing saya nggak papa, kan?" tanya Nozela dengan nada yang sedikit memaksa, tidak bisa menyembunyikan ketakutannya.

Dokter tersenyum tipis, menenangkan, lalu menjawab dengan suara lembut. "Tidak ada penyakit serius, anjingnya hanya mengalami influenza ringan. Nafsu makannya berkurang, dan itu yang membuatnya lemas."

Dia langsung menarik napas lega, merasa seperti baru saja terangkat dari lubang hitam penuh kecemasan. "Syukurlah, Smooky nggak apa-apa," ujarnya, kali ini dengan suara jauh lebih santai.

Namun, tak bisa kupungkiri rasa takut tadi masih membekas. Smooky adalah segalanya baginya. Jika ada yang buruk terjadi,dia akan sangat terpukul. Nozela memperhatikan setiap gerak-gerik dokter yang mulai menyiapkan suntikan antibiotik dan meresepkan obat untuk Smooky.

"Selain itu," lanjut dokter.

"Pastikan kandangnya selalu bersih dan berikan cairan yang cukup untuknya. Jangan biarkan dia berdekatan dengan hewan lain dulu agar tidak tertular virus yang sama."

Nozela mengangguk dengan sungguh-sungguh. "Baik, Dok," jawabnya pelan.

Dalam hati, dia bertekad untuk lebih menjaga Smooky, memastikan ia sehat dan bahagia. Nozela menatapnya yang kini tampak sedikit lebih tenang di pelukan asisten dokter. Seandainya smooky bisa bicara, dia pasti meminta maaf karena membiarkannya merasa lelah seperti tadi. Smooky bukan sekadar peliharaan baginya, dia adalah bagian dari keluarga.

Setelah memberikan penjelasan pada Nozela, dokter mulai menyuntik anjing itu. Nozela meringis sambil mengelus bokongnya. Smooky, anjingnya yang disuntik tapi entah kenapa dia yang merasa ngilu.

"Ini obatnya, cukup berikan dua kali sehari saja," ucap dokter.

Nozela mengangguk sambil mengambil obat itu. "Terima kasih, dok."

1
Kasandra Kasandra
lanjut
akunnyamshhidupcmjrngup
Alooo kakak, boleh follback aku enggak????
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!