NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Sebagai Putri Di Dunia Terkutuk

Reinkarnasi Sebagai Putri Di Dunia Terkutuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Iblis / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Romansa Fantasi
Popularitas:762
Nilai: 5
Nama Author: Azurius07

Berkisah tentang seorang wanita yang terbangun sebagai karakter game yang pernah ia mainkan, Putri Verxina. Seorang putri Kerajaan yang terpaksa menjadi pemimpin pasukan yang memerangi Raja Iblis dan pasukannya. Verxina memiliki dua rekan yang bersamanya sejak dia masih kecil, yaitu Lukasz dan Maria.
Verxina sering dijuluki sebagai Putri Gila karena berbeda dengan para bangsawan gadis seusianya, ia memilih jalan hidupnya sebagai seorang pejuang. Bahkan tanpa penyelidikan yang mendalam, ia menyanggupi menjadi pemimpin pasukan pertahanan dari Monster dan Iblis yang nantinya akan menjadi jalan hidupnya.
Setelah menyelesaikan pertempuran pertamanya yang membuat korban jiwa dalam jumlah besar, dia bertemu dengan Ivory yang menyatakan sebagai dewa dari dunia ini dan meminta untuk Verxina dapat mencapai babak akhir tersembunyi dari dunia ini tentunya dengan sebuah imbalan. Verxina menyanggupinya dan meneruskan perjuangannya dalam mempertahankan dunia ini dari serangan pasukan Raja Iblis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azurius07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Verxina

“Mama, kenapa tidak ada yang mau bermain denganku?” tanya seorang gadis kecil ke ibunya yang tengah menyisir rambut merah menyala anaknya.

“Siapa yang tidak mau bermain dengan anak mama yang cantik ini?” tanya ibunya, gerakan tangannya masih sama, namun sekarang dengan senyum yang lebih lebar.

“Mereka, mereka bilang, aku ini anak haram yang tidak diinginkan dunia,” anak itu kembali berkata, kini air mata mulai terbentuk di kedua matanya.

“Tidak ada anak yang tidak diinginkan, apalagi Xina tau kan Xina itu anugerah terindah mama. Ayo anak mama senyum dong utututu,” ucap ibunya yang kini menggelitiki Verxina kecil.

“aaaa… mama geli tau, ehehehe,” suara tawa Verxina kecil menggema diseluruh ruangan.

Ibu Verxina tiba-tiba menoleh, melihat kearah kanannya. Ia menghela nafas panjang dan menunjukkan wajah yang serius. Verxina kecil melihat ibunya dengan tatapan bingung.

“Mama, ada apa?” tanyanya ke ibunya.

“Tidak ada apa-apa sayang, hanya ada serangga disana,” ucap ibunya dengan lembut, namun ia masih tetap melirik arah sana.

“Serangga? Xina mau lihat, Xina mau lihat!” ucap Xina yang melompat berdiri, sebelum dia dapat lepas, ibunya menarik tangan Verxina terlebih dahulu.

“Xina sayang, coba tutup matamu dan hitung ke angka 10, nanti mama akan menangkapkan serangganya untuk Xina,” ucap ibu Verxina yang dengan hati-hati membuat sebuah sihir rapalan dan Bersiap dengan pisau di dekatnya.

“Tapi mama,” Verxina ingin protes, namun ibunya kembali berkata. “Kalau Xina nurut, nanti mama belikan boneka,” Verxina melompat-lompat, senang kalau ibunya akan membelikan sebuah boneka kembali.

“Hore-hore!” Verxina menutup matanya, sementara ibunya menggendongnya dengan tangan kanan.

“Satu.”

Dua buah belati terbang dari balik jendela, dengan cekatan ibunya mengambil pisau dan menepis kedua belati tersebut, sementara Verxina berhitung.

“Dua”

Ibunya ingin mendobrak pintu, namun pintunya disegel dari luar, sehingga tidak ada pilihan selain melawan. Ia menghela nafas panjang dan melontarkan dirinya ke musuhnya. Mereka terkejut ibu Verxina akan melakukannya dan hanya terdiam saat leher mereka tersobek oleh pisau.

“Tiga”

“Mama, hujan!” ucap Verxina saat merasakan adanya air yang menetes di kepalanya.

“Iya sayang, jangan berhenti menghitung ya,” ucapnya coba menenangkan anaknya yang masih menutup mata dan menghitung, sementara dia berlari dari kejaran para pengejarnya.

“Empat”

Ia bergerak zigzag menghindari segala pisau dan belati yang terbang menghampiri mereka berdua sambil sesekali mengayunkan pisaunya menghalau pisau yang tidak dapat dia hindari.

“Lima”

Pengejar mereka semakin banyak, ibu Verxina juga semakin kewalahan akan pengejaran ini.

“Enam”

Ibu Verxina melompat memasuki sebuah rumah kosong. Ia meletakkan Verxina di sebuah lemari tua dan mencium keningnya. Air mata menetes dari kedua matanya.

“Tujuh”

“Semoga kamu selamat ya anakku,” ucap Ibu Verxina sebelum menutup lemari dan menghadapi seluruh penyerangnya. Pisau di tangan kanannya, dan sebuah bongkahan es di tangan kirinya.

“Delapan”

Ia melesat maju, menghantam seluruh penyerang yang mencoba membunuhnya. Dia tahu dia tidak akan bisa menang melawan seluruh penyerangnya, namun dia akan mencoba membawa mereka semua ke alam lain bersamanya.

“Sembilan”

“Maaf sayang, tapi mintalah boneka ke ayahmu ya,” sebuah ledakan sihir tingkat tinggi terjadi, ledakan kuat yang membekukan seluruh rumah ini terkecuali lemari tempat Verxina disembunyikan.

“Sepuluh, mama?”

Verxina membuka kedua matanya, ia merasa banyak baju yang menutupinya, tetapi ia tidak melihat serangga ataupun ibunya yang tadi berada di sampingnya.

“Mama dimana?” ucapnya sambil mendorong pintu lemari. Ia melihat sekitarnya, hanya es biru yang dilihatnya. Dia mengambil beberapa baju disana dan melilitkannya di seluruh tubuhnya. Saat dia akan melihat ke arah sumber ledakan sihir tadi, tempat ibunya menghembuskan nafas terakhirnya, seseorang menggendongnya dari belakang dan menutupi wajahnya.

“Mmmm, kakak Aksa,” ucapnya saat melihat wajah kakak pertamanya, Pangeran Pertama Kerajaan Andalusia, Akhsat Riley Percha.

“Xina! Kakak mencarimu kemana-mana, ayo kita pulang,” ucapnya ke Verxina.

“Pulang? Mama, mama kemana? Mama bilang mau belikan Xina boneka!” ucap Verxina ke kakaknya.

“Mama sudah dirumah, mama sudah beli boneka buat Xina, ada boneka beruang kesukaan Xina juga,” ucapnya sembari berharap Verxina tidak melihat kebelakangnya.

“Sekarang Xina harus tutup mata dulu, kalau ngga, kakak ngga mau pulang bareng Xina,” ucap Akhsat sambil memalingkan wajahnya sedikit.

“Kakak gitu sih! Iya Xina tutup mata,” Verxina menutup kedua matanya dengan tangannya, Akshat langsung berjalan keluar dengan melihat tubuh ibu Verxina, ratu kedua yang tersenyum dalam peti mati esnya seolah berkata tolong jaga Verxina untukku.

(***)

“Kau itu bukanlah Verxina” ucap seorang wanita yang adalah Verxina asli kepada seorang wanita berkacamata yang berdiri

Seorang pemain yang sebelumnya dipanggil oleh Ivory kemari dengan nama pemain Silvana25 berdiri didepan Verxina yang menatapnya.

“Kau adalah Silvana25, atau siapa nama aslimu, aku tahu itu bukanlah namamu yang sebenarnya,” tanya Verxina ke wanita berkacamata tersebut.

“Apakah ini adalah dunia mimpi? Tapi kau bisa memanggilku Silva,” ucap Silva, wanita berkacamata didepannya.

“Aku tidak terdengar kasar kan, lagipula kau itu seorang keluarga kerajaan,” ucap Silva saat mengingat Verxina adalah seorang anggota keluarga Kerajaan.

“Untuk seorang putri terbuang sepertiku, aku tidak terlalu mempermasalahkan sebutan seperti itu. Mereka bahkan tidak pernah berpikir aku ini ada,” balas Verxina dengan tawanya.

“Ada sesuatu yang ingin ku sampaikan untukmu.”

“Beban yang kau pikul ini sangatlah berat, seluruh pertahanan dan penyerang ke Raja Iblis akan memakanmu hidup-hidup. Apakah kau mampu bertahan dari itu semua?” tanya Verxina ke Silva dengan nada yang serius.

“Mungkin akan berat, tapi kau dapat bertaruh aku akan memenangkan semuanya, bahkan aku akan mencapai babak tersembunyi itu dan mengungkapkan segalanya. Dengan ini aku bersumpah akan berhasil,” ucap Silva dengan memberikan acungan jempol ke Verxina yang tersenyum mendengarnya.

“Meskipun sebelumnya kau bahkan hampir tewas saat berhadapan dengan Orc Champions itu?” ucap Verxina yang mengagetkan Silva.

“Bagaimana kau tahu akan hal itu?” tanya Silva balik.

“Kan aku yang menggantikanmu. Dan juga zirah yang kau kenakan itu, berdampak buruk untuk jiwamu. Jangan gunakan zirah itu, kecuali kau mampu mengendalikan kekuatanmu,” ucap Verxina yang kemudian melihat ke langit. Langit berubah menjadi kemerahan, membuat Silva kaget dengan yang terjadi disini.

“Mereka sudah berada disini,” ucap Verxina sembari mengeluarkan pedangnya, sebuah pedang berwarna perak yang mengeluarkan sinar putih yang sangat terang, seperti sebuah bom sinar.

“Kita akan bertemu kembali, jaga dirimu dan Kota dari mereka kumohon,” ucapan terakhir Verxina sebelum Silva merasa tubuhnya terlempar.

“Tunggu! Verxina!”

“Apa yang terjadi disini?!” tanyanya dengan teriakan saat merasa terjatuh dalam keadaan buta sesaat.

“Kau akan mengerti...” ucap Verxina yang terdengar semakin menjauh dan diikuti oleh suara ledakan yang cukup keras.

(***)

Verxina terbangun dari tidurnya, ia melihat masa lalu tubuh ini. Sesuatu yang tidak dibahas dengan detail di game ini. Bagaimana kematian ibu Verxina di masa lalu, dan kenapa Verxina terlihat sering dimanjakan oleh kakak pertamanya meskipun tidak satu ibu.

Ia juga melihat sosok asli Verxina yang sebenarnya tidak ia tahu apakah itu asli Verxina atau hanya hayalannya saja setelah yang terjadi padanya.

“Kelam juga masa lalumu Verxina, tenanglah dan serahkan semuanya padaku,” ia melihat sekitarnya, kebingungan mengapa dia ada disini, bukannya di benteng pertahanan. Ia membuka selimutnya dan melihat tubuhnya baik-baik saja, namun kepalanya masih sakit.

Ia melihat sekitarnya, kamar yang selalu dia pakai terasa lain daripada biasanya. Ia mengecek perlengkapan yang dimilikinya dan ia tidak menemukan zirah maupun pedang yang sebelumnya ia miliki. Pedang Starfire dan Zirah Sunset Commander tidak dia temukan, kemungkinan dia menjatuhkannya sebelum pingsan.

Tapi dia tidak mengingat kenapa dia pingsan sebelumnya. Hal terakhir adalah tinju Orc Champion yang menerbangkannya dan sisanya tidak ada yang diingatnya.

“Mungkin aku harus bertanya ke orang-orang apa yang telah terjadi sebelumnya?” ucap Verxina sebelum ia tersandung karpet dan jatuh.

“Aduh!” suaranya terdengar keras, dari luar terdengar juga keributan dan masuk Ivory dan Maria secara terburu-buru.

“Yang Mulia!” teriak Maria yang langsung memeluk Verxina dengan erat. Verxina terkejut, tetapi memeluk balik Maria.

“Syukurlah anda telah tersadar Yang Mulia,” ucap Ivory yang membantu mereka berdua berdiri.

“Anda sebaiknya harus tetap beristirahat Yang Mulia, tubuh anda masih lemah setelah bangun, ditambah lagi anda sedang demam sekarang,” ucap Ivory yang mengompres dahi Verxina dengan kain dingin.

“Benar Yang Mulia, anda telah pingsan dari tadi pagi hingga sekarang,” ucap Maria yang membawakan buah-buahan.

“Sekarang jam berapa?” tanya Verxina yang melihat jendelanya, matahari telah hampir berada di ujung barat Terra yang menunjukkan bahwa sudah sore hari.

“Sudah jam 5 Yang Mulia, anda pingsan selama delapan jam,” ucap Maria yang menyuapi Verxina dengan bubur.

“Bagaimana keadaan para tentara Maria?” tanya Verxina ke Maria

“Jika itu, terdapat beberapa korban jiwa, tapi secara garis besar kita memiliki kemenangan besar. Tuan Lukasz memiliki seluruh catatannya Yang Mulia,” jawab Maria.

“Bagaimana dengan total perlengkapan pertahanan yang hancur? Dan juga keadaan tembok benteng?” tanya Verxina kembali.

“Elano telah melakukannya Yang Mulia, anda tidak perlu khawatir,” balas Maria kembali.

“Oke, tetapi bagaimana dengan administrasi kota, aku masih ingat ada banyak dokumen yang akan kuisi dan kusetujui.”

“Itu semua sudah kuurus Yang Mulia, anda bisa beristirahat hingga anda benar-benar pulih,” ucap Ivory menambahkan.

“Syukurlah, aku bisa bernafas lega.”

“Omong-omong bagaimana tadi? Aku tidak mengerti apapun yang telah terjadi, bagaimana kita memenangkan pertempuran tadi?”

Mereka berdua diam dan saling menatap selama beberapa saat sebelum Maria membuka mulutnya.

“Pertempuran terjadi dengan sangat cepat Yang Mulia, seluruh Orc Champion berhasil kita kalahkan bersama,” ucap Maria yang sebelumnya Lukasz berpesan untuk tidak membocorkan yang sebenarnya terjadi ke Verxina.

“Oh itu melegakan, btw apa kau melihat pedang dan zirahku?” tanya Verxina ke Maria.

“Pedang anda telah diselamatkan Yang Mulia, Tuan Lukasz yang menyimpannya untuk anda,” ucap Maria yang membuat Verxina merasa lega.

“Syukurlah, keduanya sangat mahal, aku bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi jika keduanya hancur,” ucap Verxina yang dibalas dengan tawa ringan Maria dan Ivory.

“Kenapa kalian tertawa seperti itu?” tanya Verxina dengan nada curiga.

“Tidak ada Yang Mulia, kami pamit terlebih dahulu,” ucap Ivory yang pergi meninggalkan Verxina dan diikuti Maria.

“Hei! Ada apa hei?!” teriak Verxina yang tak dibalas, dia hanya menghela nafas panjang dan merebahkan dirinya kembali di ranjangnya. Ia memiliki firasat sesuatu terjadi kepada dua perlengkapan favoritnya, namun ia tidak bisa menyimpulkan hal tersebut karena ketakutannya akan kehilangan dua barang terbaiknya.

1
ameliaha
luar biasa
Shinichi Kudo
Duh, hati rasanya meleleh.
Washi
🙏Tolonggg thor, update secepatnya!🙏
Azurius07: jam 12 siang kak updatenya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!