NovelToon NovelToon
A Night With Mr. Ex-Husband

A Night With Mr. Ex-Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / One Night Stand / Single Mom / Selingkuh
Popularitas:12.7k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Eleanor tak pernah membayangkan akan bertemu Nicholas lagi, mantan suami yang bercerai darinya tujuh belas tahun silam. Semua berawal dari pesta rekan kerja yang ia datangi demi menemani sahabat kecilnya, William. Malam yang mestinya biasa berubah kacau saat tatapannya bertemu dengan Nicholas, lelaki yang dulu pernah ia cintai habis-habisan sekaligus orang yang paling ia hindari saat ini. Pagi hari setelah pesta, Eleanor menemukan dirinya terbangun tanpa pakaian di samping Nicholas. Pertemuan malam itu membawa hubungan baru dalam hidup keduanya. Apalagi setelah Nicholas dikejutkan dengan keberadaan remaja berusia enam belas tahun di rumah Eleanor.
Bagaimana takdir akan membawa hubungan mantan suami istri itu kembali? Atau justru Eleanor akan menemukan cinta yang baru dari seorang berondong yang sudah lama mengejar cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka Itu Masih Ada

Eleanor membeku.

“Nic…ah.”

Di atas ranjang di bawah lampu remang, ia melihat satu-satunya pria tempatnya bernaung selama ini sedang bersama seorang wanita dengan tubuh telanjang. Tangan Eleanor bergetar hebat, lidahnya kelu, ia ingin berteriak tapi suaranya habis ditelan desahan samar. Ia hanya berdiri di ambang pintu dengan tubuh terpaku, seakan bumi terhenti berputar.

Nicholas menoleh padanya dengan wajahnya penuh keterkejutan. Tanpa kata, Eleanor berbalik. Kakinya menapak lorong dengan langkah terhuyung. Jarak menuju luar klub terasa panjang, hampir tak berujung. Musik berdentum lagi, cahaya neon menyilaukan matanya tapi Eleanor hanya berjalan seperti orang mati.

Udara malam menyerang ketika ia akhirnya keluar. Angin dingin menampar wajahnya, namun tak cukup untuk menyadarkan pikirannya yang kabur. Ia berjalan tanpa arah menelusuri trotoar gelap dengan langkah kosong. Tumit sepatunya patah, telapak kakinya terluka oleh aspal kasar, tapi rasa sakit itu tidak ada artinya dibandingkan luka di dadanya. Ia menoleh ke belakang …tidak ada, Nicholas tidak berlari untuk mengejarnya.

Kenapa… kenapa kau melakukan ini padaku?

Apa yang kurang dari diriku hingga kau mengkhianati pernikahan ini? Apa salahku? Apa yang salah dari diriku hingga kau setega ini, Nic?

Air mata membanjir begitu saja. Eleanor menengadah ke langit, lalu menunduk ke sungai hitam yang bergemuruh di bawah jembatan. Tidak ada lagi yang tersisa dari dalam dirinya. Sendirian, tidak punya siapa-siapa, tidak punya kedudukan dan tidak punya karir. Ia hanya punya Nicholas di dunia ini.

Dengan gemetar ia mengangkat kakinya ke pagar jembatan. Dunianya terasa terlalu berat dan terlalu hancur.

“Apa gunanya lagi aku hidup? Tidak ada yang benar-benar tersisa dari diriku.” bisiknya parau. Eleanor memejamkan mata, desahan samar tadi kembali merecoki pikirannya. Untuk sejenak pikirannya terasa kosong. Aku membencimu, Nicholas.

“Hey! Hei ! kau mau apa?”

Suara itu membuatnya tersentak. Seorang pemuda berlari ke arahnya, menarik lengannya tepat saat ia hampir kehilangan keseimbangan. Tubuh Eleanor jatuh ke dada lelaki itu lalu terisak tanpa henti.

“Lepaskan… lepaskan aku…” ia meronta lemah.

“Tidak! Kau gila, ya?” suara pemuda itu tegas, tapi penuh kepanikan. “Apa kau mau mati sia-sia hah?!”

Eleanor terisak, menutupi wajah dengan kedua tangannya. “Untuk apa aku hidup? Aku sudah tidak punya siapa-siapa… aku sendirian” suaranya pecah.

Pemuda itu diam sejenak, lalu menatapnya lembut. “Kalau begitu… anggap saja malam ini kau punya aku.”

Eleanor menoleh samar, ia melihat wajahnya untuk pertama kali mata yang menatapnya dengan tulus. Ia tidak mengenalnya tapi… genggaman tangannya hangat.

Gelapnya kamar tak memberi Eleanor ketenangan. Air kembali mengalir hingga membuat napasnya terputus-putus. Setiap kali ia memejamkan mata, bayangan malam kehancuran tujuh belas tahun muncul kembali. Tubuhnya, suaranya, desahannya tak pernah berhenti menggaung di kepalanya.

“Kenapa… kenapa aku begitu bodoh,” gumamnya parau, kata-kata itu tercekat sebelum hilang ditelan tangis.

Ia memeluk dirinya sendiri hingga akhirnya matanya terpejam, tenggelam dalam mimpi yang mungkin membuatnya sejenak lupa dari luka dan kesakitan.

Pagi datang dengan cepat. Eleanor terbangun dengan kepala berat dan tubuh lelah seakan ia baru saja bertarung semalaman. Ia duduk perlahan di tepi ranjang dan menatap lantai tanpa arah. Tapi ia harus bergerak, ia harus berdiri, ia harus melanjutkan hidup, meski setiap langkah terasa seperti berjalan di atas pecahan kaca.

Eleanor menyeret tubuhnya ke dapur lalu membuka kulkas, mengeluarkan telur dan dua slice roti lalu menyalakan kompor. Tangan kanannya memecahkan telur, tapi kuningnya pecah. Ia memandangi wajan itu lama, tak bergerak, sampai aroma gosong membuatnya sadar. Dengan cepat ia membuangnya ke tempat sampah, lalu menarik napas panjang.

“Fokus, Ele,” gumamnya pada diri sendiri.

Ia mencoba lagi. Kali ini berhasil, meski ia bahkan tak benar-benar lapar. Ia hanya butuh rutinitas, sesuatu untuk menutupi kehancuran di dalam. Eleanor memasukkan rotinya ke toaster, setelah itu ia menyeduh kopi hitam.

Piring telur, roti, dan secangkir kopi terhidang rapi di atas meja makan. Eleanor menopang dagu dengan tangan menatap kosong ke arah jendela. Dari celah tirai, langit yang pucat terlihat. Indah, tapi jauh… terlalu jauh.

Suara notifikasi laptop dari ruang tamu memaksanya bangkit. Ia membuka email, membaca puluhan pesan dari kolega, proyek dan jadwal presentasi. Ia membalas beberapa dengan singkat lalu matanya menyipit menahan pusing.

Eleanor bangkit melangkahkan kakinya ke kamar mandi lalu menyalakan shower. Ketika air dingin menyapu tubuhnya membuatnya sedikit sadar. Perlahan, sosok profesional Eleanor kembali muncul. Wanita elegan dengan rambut tersisir rapi, blazer terpasang sempurna dan aroma parfum lembut yang menutupi kelelahannya.

Dengan langkah mantap ia meninggalkan kamar.

Hari itu kantor terasa lebih bising dari biasanya. Denting keyboard, bunyi telepon, dan suara rekan kerja bercampur jadi satu. Eleanor duduk di balik mejanya, menatap layar penuh huruf laporan kerjasama yang sudah terlaksana dengan beberapa klien. Ia membacanya ulang, menemukan titik kelemahan sebagai bahan evaluasi yang akan ia bahas bersama dengan timnya.

Pintu diketuk pelan. William muncul, mengenakan kemeja kasual dengan dasi longgar dan senyum yang selalu ramah.

“Lunch?” tanyanya singkat, mengangkat kotak kertas berisi sandwich dan salad.

Eleanor sempat ragu. “Aku… masih ada beberapa dokumen.”

William masuk tanpa menunggu izin, meletakkan makanannya di meja Eleanor. “Dokumen itu tidak akan kabur. Kau bisa makan sambil kerja, tapi jangan biarkan perutmu kosong.”

Eleanor mendesah lalu menutup laptopnya. “Kau ini terlalu cerewet.”

“Tentu saja,” William duduk di kursi depan meja. “Kalau aku tidak cerewet, siapa yang akan menjagamu, hmm?”

Mereka makan bersama. Percakapan ringan mengalir, tentang cuaca Paris yang akan memasuki musim dingin, tentang klien yang rewel bahkan tentang film yang sedang ramai dibicarakan. Eleanor sesekali tertawa kecil, tapi William memperhatikan lebih dekat.

Ada lingkar gelap di bawah mata Eleanor. Senyumnya tipis tapi matanya mengandung banyak arti, ia terlihat rapuh.

William meletakkan sandwichnya. “Eleanor,” suaranya lembut, seperti teguran seorang kakak. “Kau harus jaga diri. Jangan terlalu memaksakan.”

Eleanor menegakkan punggungnya, tersenyum tipis. “Aku baik-baik saja, Will.”

William menggeleng pelan. “Kau selalu bilang baik-baik saja. Tapi aku tahu bedanya senyum asli dan senyum pura-pura.”

Eleanor menunduk sebentar, lalu mengalihkan topik dengan cepat. “Kamu memang terlalu banyak observasi untuk seorang konsultan teknologi.”

William tertawa kecil, lalu mengangkat tangannya menyerah. “Oke oke, aku berhenti. Tapi janji satu hal… jangan buat aku harus merawatmu di rumah sakit, oke?”

Eleanor menatapnya sejenak, lalu akhirnya tersenyum lebih tulus. “Janji.”

Mereka melanjutkan makan dengan tenang. Tidak ada teman yang lebih baik dari William dalam hidup Eleanor.

1
Henik Astutik
Ditunggu POV Nicholas tor.. sepertinya ada 'sesuatu' terjadi di masa lalu dan masih jadi misteri yang belum terungkap kebenarannya. Semangat tor. selalu ditunggu up nya. 👍💪
Grace Putri: aku malah mikirnya nich sakit hati krna mgkn pas ketauan di club sama cewek lain, trs ele mau bunuh diri, ele lgsng menghilang tp tbtb ada surat cerainya, kya dibantu hilang sama temennya.
total 2 replies
Grace Putri
lanjutttt thor
Grace Putri
lanjut thorrrrrr, aaaa makin seru makin bnyk yg bacaa jugaaa
Grace Putri
wahhh dar der dor sih hbs ini pasti, sad bgtttt ele
Grace Putri
up lg thorrrr
Ais
nicholas ini emang manipulatif dan NPD ya apa dia ngak sadar atas kesalahannya yg tertangkap basah lagi naikin LC di club malam duh nicholas apa perlu kepala kamu dipukul pake palu biar sadar apa yg sdh kamu perbuat sm ele justru kamu yg sdh melukai harga diri ele dan kehormatan ele sbg istri yg mencintai kamu dgn tulus😤😤😤😤capek banget ktm manusia macam nicholas ini
Grace Putri
ga ngerti sama nich, tp aku berharap author bikin banyak kejutan kedepannya, aku siap menunggu dar der dor nich ele wkwkw
Vivian
𝚜𝚎𝚖𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚔𝚊𝚔..
𝚋𝚒𝚊𝚛 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚝𝚊𝚖𝚋𝚊𝚑 𝚞𝚙𝚍𝚊𝚝𝚎 𝚡.. 🤭
𝚊𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚗𝚐𝚐𝚞 𝙺𝚎𝚕𝚊𝚗𝚓𝚞𝚝𝚊𝚗 𝚡.. 💪
Elmira
ceritanya bagus 😘😘😘
Grace Putri
tambah lg thorrr 🫣
Grace Putri
oh, apa william ya yg nolong ele pas mau bundir 17 tahun lalu ?
Ais
bnr jng mau ngalah dan kalah lagi dr nicholas bantai aja laki bastard ini ele dgn cara sikap kamu yg anggun dan elegan dan kita lihat siapa yg akan mengakui kekalahan serta meminta maaf emang jenis pecundang sejati nicholas ini😤😤😤😤
Grace Putri
3 bab lagi thorrr wkwwkwk
Grace Putri
nungguinnn thorr
Ais
muak sm laki"pecundang macam nicholas ini buat ele kuat thor biarkam dia resign dan biar nicholas tambah uring"an dan menyesali smua perbuatan buruknya sm ele aneh aja kok bs 17 tahun nicholas ini ktm ele bersikap smakin sombong dan arogan bukannya minta maaf sm smua kesalaham yg dia perbuat 😤😤😤
tia
lanjut thor
Grace Putri
aku ga terima bgttt sbnrnya kalo sama nich lg, mslhnya 17 tahun kemana aja, trsss pas msh suami istri dia tuh knpppp coba
minsy
please thor eleanor ngga boleh sama nicolas lagi biar aja mereka hidup masing2 atau apa kek,,pokoknya BIG NO kalau sama nicolas lagi apapun kesalapahaman mereka dulu masa baru sekarang mau balik lagi sama ele gila apa
Grace Putri
mau nabung bab, tp ihhh penasaran bgttttt.
Ais
bagus ele jng buat dirimu bagai boneka dihadapan nicholas mau dia seorang milyader sekalipun kamu hrs tegas dgn pekerjaan dan masalah pribadimu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!