NovelToon NovelToon
The Killer

The Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Pembaca Pikiran / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Wei Lin Hua, seorang assassin mematikan di dunia modern, mendapati dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya ke Dinasti Zhou yang penuh intrik dan peperangan. Ironisnya, ia bereinkarnasi sebagai seorang bayi perempuan yang baru lahir, terbaring lemah di tengah keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Kehidupan barunya jauh dari kemewahan dan teknologi canggih yang dulu ia nikmati. Keluarga barunya berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan yang mencekik, diperparah dengan keserakahan pemimpin wilayah yang tak peduli pada penderitaan rakyatnya. Keterbelakangan ekonomi dan kurangnya sumber daya membuat setiap hari menjadi perjuangan untuk sekadar mengisi perut. Lahir di keluarga yang kekurangan gizi dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, Wei Lin Hua yang baru (meski ingatannya masih utuh) justru menemukan kehangatan dan kasih sayang yang tulus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

Kaisar Han Ruo Xun menajamkan pandangannya pada Pangeran Han Yuan, sorot matanya penuh pertanyaan seolah menuntut penjelasan lebih lanjut atas laporan Kasim Zhen Fu yang baru saja diterima. Pangeran Han Yuan hanya membalasnya dengan anggukan singkat, sebuah gestur yang terlalu tenang, seolah laporan itu tak lebih dari kabar sehari-hari yang tak perlu dikhawatirkan.

Tak berselang lama, Lin Hua merasakan gelombang aura asing yang begitu pekat, menyusup ke dalam aula Phoenix. Pandangannya segera tertuju ke ambang pintu masuk, di mana beberapa pria berpostur tegap dan berparas menawan telah berdiri. Ciri khas berupa tanda unik yang terukir samar di dahi mereka adalah penanda tak terbantahkan, mereka adalah bagian dari bangsa iblis.

Wei Lin Hua menoleh dengan tatapan yang dingin dan hambar, seolah kehadiran mereka tak sedikit pun mengusik ketenangannya. Namun, Kaisar Han Ruo Xun justru bangkit dari singgasananya, menyambut para tamu tak terduga itu dengan ekspresi terkejut yang samar.

"Tetap awasi mereka. Jangan biarkan siapa pun memanfaatkan situasi ini untuk menciptakan kekacauan," bisik Lin Hua pelan pada Shen Jian, suaranya nyaris tak terdengar namun penuh penekanan.

"Baik, Nona," jawab Shen Jian sigap, segera memberi isyarat kepada rekan-rekan lainnya untuk mengambil posisi berjaga di dekat Kaisar, membentuk perisai tak terlihat.

Meskipun Lin Hua tidak merasakan ancaman langsung dari aura bangsa iblis yang baru tiba ini, nalurinya tetap menyerukan kewaspadaan penuh. "Apakah kau merasakan perbedaan aura mereka dengan iblis yang pernah kita temui dua tahun lalu?" bisik Lin Hua lagi, kali ini dengan nada menyelidik, kepada Shen Jian yang setia berdiri di sisinya.

"Sepertinya memang berbeda, Nona. Mereka tidak memiliki tanda khusus yang begitu kentara di dahi seperti iblis-iblis sebelumnya," balas Shen Jian, pandangannya tak lepas dari para iblis yang kini telah berhadapan langsung dengan Kaisar Han Ruo Xun dan Pangeran Han Yuan.

Lin Hua hanya berdiri diam, mematung, mengamati setiap gerak-gerik dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Sementara itu, salah satu pria bangsa iblis yang tampak paling menonjol dan berwibawa, melangkah maju dan memberikan hormat yang anggun kepada Kaisar Han Ruo Xun. "Salam, Kaisar. Semoga Paduka selalu dilimpahi kesehatan dan kemuliaan," ucapnya dengan suara yang dalam dan berwibawa.

"Tidak perlu sungkan, Xiao Jin Yi. Senang sekali bisa bertemu denganmu kembali," ujar Kaisar Han Ruo Xun, menyunggingkan senyum ramah yang tulus.

Xiao Jin Yi membalas dengan senyuman tipis, namun matanya tak memancarkan kehangatan yang sama. Tatapan tajamnya kemudian beralih, menembus keramaian, dan berhenti pada sosok Lin Hua yang berdiri tegap dalam kewaspadaan. "Apakah dia wanita itu, Pangeran?" tanyanya, suaranya rendah, ditujukan kepada pangeran kedua yang berdiri di samping Kaisar.

Pangeran kedua mengangguk pelan, "Benar, Paman," jawabnya singkat, tanpa sedikit pun menoleh ke arah Lin Hua.

"Antarkan aku untuk menyapa calon menantuku," ujar Xiao Jin Yi dengan nada memerintah kepada Pangeran kedua, tatapannya tak lepas dari sosok Lin Hua.

Pangeran kedua mengangguk patuh, lalu berbalik dan memimpin jalan, membawa Xiao Jin Yi bersamanya untuk mendekati Lin Hua. Langkah mereka mantap, membelah kerumunan hingga akhirnya berhenti tepat di hadapan wanita yang menjadi pusat perhatian itu. Lin Hua, dengan sopan santun yang terpancar alami, segera memberikan salam hormat, meskipun ia tak mengenali pria yang berdiri di hadapannya ini.

"Senang bertemu denganmu, Nona Wei," ucap Xiao Jin Yi, senyum tipis menghiasi wajahnya, namun sorot matanya menyimpan misteri yang dalam. Ucapan itu sontak membuat alis Lin Hua sedikit berkerut, tanda kebingungan yang tak bisa disembunyikan.

"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Lin Hua berterus terang, nada suaranya tenang namun penuh kewaspadaan.

Senyum dingin yang tadinya menghiasi wajah Xiao Jin Yi perlahan berubah, menampilkan sedikit ketulusan yang langka. "Kita memang belum pernah bertemu secara langsung, tapi aku mengenalmu lebih dari yang kau kira," jawabnya dengan nada ambigu, meninggalkan tanda tanya besar yang menggantung di udara.

Lin Hua menatap Xiao Jin Yi dengan saksama, mencoba mencari petunjuk dalam ekspresi wajahnya yang sulit dibaca. "Maafkan kelancangan saya, Tuan. Tapi saya benar-benar tidak mengerti maksud Anda," balas Lin Hua, berusaha menjaga nada bicaranya tetap sopan namun tegas.

Xiao Jin Yi terkekeh pelan, seolah geli dengan kebingungan Lin Hua. "Kau akan mengerti pada waktunya, Nona Wei. Percayalah, takdir memiliki cara unik untuk mempertemukan kita," ujarnya misterius, tatapannya seolah menembus jauh ke dalam jiwa Lin Hua.

Pangeran kedua hanya berdiri diam di samping Xiao Jin Yi, memasang ekspresi datar tanpa minat. Ia seolah tidak peduli dengan percakapan yang sedang berlangsung, namun Lin Hua bisa merasakan aura ketidaksabaran yang terpancar darinya.

"Saya merasa terhormat atas perhatian Anda, Tuan. Tapi saya rasa, saya harus tetap fokus pada tugas saya saat ini," jawab Lin Hua, mengisyaratkan bahwa ia tidak tertarik untuk melanjutkan percakapan yang tidak jelas ini.

Xiao Jin Yi mengangguk pelan, seolah mengerti dengan penolakan halus Lin Hua. "Tentu saja, Nona Wei. Saya tidak ingin mengganggu Anda lebih lama lagi. Sampai jumpa di lain waktu," ucapnya, lalu berbalik dan berjalan kembali ke arah Kaisar Han Ruo Xun, meninggalkan Lin Hua dengan segudang pertanyaan yang berkecamuk di benaknya.

Setelah kepergian Xiao Jin Yi, Lin Hua menghela napas pelan dan kembali fokus pada sekelilingnya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan kedatangan bangsa iblis ini, dan ia tidak bisa mengabaikan firasat buruk yang terus menghantuinya. "Shen Jian, tingkatkan kewaspadaan. Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres," bisik Lin Hua pada rekannya, matanya menyapu seluruh penjuru aula Phoenix dengan tajam.

Shen Jian mengangguk patuh, lalu memberikan isyarat kepada rekan-rekan lainnya untuk memperketat penjagaan. Suasana di aula Phoenix terasa semakin tegang, seolah badai akan segera datang menerjang.

Tiba-tiba, keheningan sesaat dipecahkan oleh kepakan sayap. Seekor burung merpati putih terbang rendah ke arah Lin Hua, paruhnya menggenggam erat sepucuk surat rahasia yang terlipat rapi. Dengan gerakan cepat, Lin Hua meraih surat itu dan membuka segelnya. Matanya menyapu barisan kata yang tertulis di atas kertas, dan seketika raut wajahnya berubah drastis. Tangannya mengepal erat, meremas kertas itu hingga kusut tak berbentuk.

"Panggil mereka semua. Kita tinggalkan istana ini sekarang juga," perintah Lin Hua tegas pada Shen Jian, suaranya berbisik namun sarat akan urgensi.

Shen Jian mengangguk tanpa bertanya, langsung berbalik dan bergegas pergi untuk memanggil rekan-rekannya yang lain. Sementara itu, Lin Hua mencuri pandang ke arah Kaisar Han Ruo Xun. Tatapan mereka bertemu, dan Lin Hua memberikan anggukan kecil yang nyaris tak terlihat sebagai tanda pamit. Kemudian, dengan langkah cepat namun tenang, ia berbalik dan meninggalkan aula pesta bunga, nyaris tanpa disadari oleh siapa pun kecuali Kaisar Han Ruo Xun, Pangeran kedua, dan Xiao Jin Yi yang sedari tadi memperhatikannya dengan seksama.

"Sialan! Ternyata firasat burukku bukan tentang apa yang terjadi di dalam istana," umpat Lin Hua kesal, suaranya tertahan. Informasi yang baru saja diterimanya dari anak buahnya bagaikan sambaran petir di siang bolong, Jenderal Chen, dalam perjalanan menuju ibukota, disergap oleh sekelompok penyerang tak dikenal.

Tanpa membuang waktu, Lin Hua berlari menyusuri lorong-lorong istana yang sepi, tujuannya hanya satu, kandang kuda. Ia harus segera mendapatkan kudanya dan memacu secepat mungkin menuju lokasi penyerangan Jenderal Chen. Setiap detik sangat berharga, dan ia tahu bahwa nyawa seorang jenderal besar tengah berada di ujung tanduk.

1
Murni Dewita
lanjut
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
hai kak aku mampir
Murni Dewita
tetap senangat
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
💪💪💪💪
Murni Dewita
menarik
Murni Dewita
next
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
👣
Andira Rahmawati
kerennn
Andira Rahmawati
lanjutt..crasy up dong thorrr💪💪💪
SamdalRi: Gak bisa crazy up, 3 bab aja ya/Smile/
total 1 replies
Gedang Raja
bagus 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!