NovelToon NovelToon
Istri Muda Paman

Istri Muda Paman

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / CEO / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:40k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Kecelakaan yang menimpa kedua orang tua Mala, membuat gadis itu menjadi rebutan para saudara yang ingin menjadi orang tua asuhnya. Apa lagi yang mereka incar selain harta Pak Subagja? Salah satunya Erina, saudara dari ayahnya yang akhirnya berhasil menjadi orang tua asuh gadis itu. Dibalik sikap lembutnya, Erina tentu punya rencana jahat untuk menguasai seluruh harta peninggalan orang tua Mala. Namun keputusannya untuk membawa Mala bersamanya adalah kesalahan besar. Dan pada akhirnya, ia sendiri yang kehilangan harta paling berharga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GARDA TERDEPAN

Sore itu, langit Sukabumi mulai memerah, seolah menandai perpisahan yang penuh arti. Angin pantai berhembus pelan, membawa aroma asin laut yang akan selalu dikenang Kemala. Beberapa hari di tempat ini dan menghabiskan waktu bersama Tama, membuatnya sedikit tenang. Pantai ini membawa kenangan yang tak akan ia lupakan, dimana dua malam ia habiskan dengan memadu kasih penuh ga i rah bersama pasangan halalnya.

Ia berdiri di depan rumah panggung kecil yang menjadi tempat tinggal Ningsih, memeluk erat wanita yang kini tengah mengandung adiknya, darah daging Subagja.

"Terima kasih, Kemala. Sudah mau memaafkanku. Aku benar-benar menyesal," ucap Ningsih dengan suara bergetar.

Kemala mengusap punggungnya lembut. "Allah saja maha pemaaf, kenapa aku tidak bisa memaafkanmu? Meskipun ini sulit dan aku kecewa, tapi aku harus bertanggung jawab atas anak itu."

Kemala melepaskan pelukan dengan senyum tipis. "Jika kamu butuh apa-apa, tolong bilang. Mang Asep akan mengurus semuanya. Aku yang akan menanggung semua kebutuhanmu dan bayi kamu."

Ningsih tertegun sesaat, matanya berkaca-kaca. Ia mengangguk pelan. "Aa eh maksudnya juragan Subagja pasti bangga punya anak sebaik kamu."

Dari kejauhan, Tama sudah menunggu di dalam mobil. Ia melambaikan tangan pada Kemala. Senyumannya yang manis membuat wajah Ningsih merona. Tama benar-benar tampan dan mempesona.

"Kalau begitu aku pamit dulu ya. Jaga diri baik-baik!"

Ningsih mengangguk. "Kamu juga."

Setelah berpamitan, Kemala berjalan menghampiri Tama. Ningsih terus memperhatikan mereka, menatap dengan tatapan yang sulit diartikan saat Tama membukakan pintu mobil dan tersenyum pada Kemala.

"Om Tama..." bisiknya pelan seraya mengusap perutnya yang mulai membuncit itu.

Mobil melaju meninggalkan pantai dan rumah-rumah kecil yang jauh dari keramaian. Di dalam mobil, suasana terasa lebih ringan, seolah luka mereka tertinggal di balik ombak.

"Kamu udah siap pulang?" tanya Tama sambil melirik sekilas ke arah Kemala.

Kemala mengangguk. "Siap. Selama ada kamu."

Mereka saling tersenyum. Mobil terus melaju membelah jalanan yang mulai sepi. Hanya suara musik lembut yang mengiringi perjalanan mereka.

"Aku dapat kabar dari pengacara. Proses sidang untuk kasus Erina sebentar lagi diproses. Kita tinggal tunggu panggilan dari pengadilan," ujar Tama, memecah keheningan.

"Aku berharap surat panggilan sidang perceraian pun datang secepatnya. Surat cerai itu akan jadi kejutan untuk Erina. Aku ingin segera meresmikan pernikahan kita, Sayang."

Tama menghela napas kemudian tersenyum seraya menoleh pada Kemala. Ia tahu perjuangan mereka belum selesai. Banyak badai yang mungkin akan kembali menghantam. Tapi di titik ini, ia percaya mereka bisa menghadapi semuanya.

Namun raut wajah Kemala tiba-tiba berubah sendu.

"Apa aku jahat, Mas? Tante Erina sedang hamil. Dan mungkin itu anakmu..."

Tama menoleh, lalu menggeleng tegas. "Aku tidak yakin itu anakku. Dan sekalipun benar, kejahatan tetaplah kejahatan. Dia harus dihukum. Aku tidak akan cabut laporan. Tapi kalau benar anak itu dariku, aku akan bertanggung jawab."

Ia menatap mata istrinya, lembut tapi pasti. "Jika benar itu anakku, maka aku akan merawat anak itu. Tapi aku gak bisa sendirian, Mala. Kamu bersedia...?"

Kemala tersenyum samar, namun penuh ketulusan. "Ya, Mas. Aku gak masalah. Anak itu tidak salah. Aku akan tetap menyayanginya. Meskipun aku sangat membenci ibunya."

Tama menggenggam tangannya erat, lalu mengecup punggung tangannya lembut. "Kamu istri terbaikku. Terima kasih..."

Kemala menyandarkan kepala di bahunya. Hening yang menyusul adalah hening yang hangat. Mereka tak lagi membahas tentang Erina malam itu. Fokus mereka berpindah pada masa depan.

"Kuliahmu gimana, Sayang?" tanya Tama, membelai rambut Kemala.

"Mungkin break dulu. Rasanya otakku mau meledak."

Tama tertawa sambil mengacak rambut Kemala.

"Hahha... Dasar kamu ini. Alasan aja. Tapi gak lanjut pun, uangmu gak akan habis tujuh turunan. Kalau memang lelah, gak apa-apa istirahat dulu saja. Biarkan aa Tama ini yang berjuang, dan neng Kemala cukup duduk manis di rumah," goda Tama, membuat Kemala terkikik pelan.

Mereka sempat mampir di rest area menjelang malam.

Makan malam sederhana, tapi terasa seperti hidangan istimewa karena dinikmati berdua.

Tepat pukul sembilan lewat tiga puluh malam, mobil mereka berhenti di depan rumah. Lampu teras menyala redup, menyambut mereka pulang.

Kemala menatap rumah itu sebentar. Banyak kenangan di sana. Ada luka, ada air mata dan ada topeng kepalsuan yang selama ini dimainkan perannya begitu apik oleh Erina. Tapi kini, ia kembali dengan hati yang lebih kuat, bersama Kemala.

"Istirahat, ya Sayang. Aku buatkan susu hangat dulu," ujar Tama.

Kemala hanya mengangguk dengan senyum lelah. Tubuhnya masih terasa letih setelah perjalanan, tapi hatinya tenang. Ia tahu Tama benar-benar ada untuknya. Setelah semua yang terjadi, ini adalah satu-satunya tempat yang bisa disebut rumah.

Malam itu, mereka berbaring di ranjang. Kemala meringkuk dalam pelukan Tama. Rasanya seperti kembali

Ke pelabuhan setelah badai.

"Aku sayang kamu," bisik Tama di telinganya.

"Aku lebih..." jawab Kemala dengan mata yang sudah hampir terpejam.

Tama tersenyum. Ia mengecup kening istrinya lalu menutup matanya.

Keduanya terlelap, namun ketenangan itu tak bertahan lama.

Tok... tok... tok...

Terdengar ketukan di pintu utama. Suaranya jelas.

Tiga kali ketukan, pelan tapi tegas.

Tama membuka mata dan melirik jam dinding. 12.30 malam.

Alisnya bertaut.

"Siapa yang datang malam-malam begini?"

gumamnya lirih sambil menguap.

Ia menoleh ke Kemala yang masih terlelap, lalu bangkit perlahan agar tidak membangunkannya.

Langkahnya pelan menuruni anak tangga. Setiap bunyi lantai kayu terdengar jelas di tengah keheningan rumah.

Ketika ia sampai di depan pintu, ketukan itu terdengar lagi.

Tok. Tok. Tok.

Jantung Tama mulai berdetak lebih cepat. Ia membuka kunci pintu dengan hati-hati, kemudian menarik daun pintu.

Dan saat pintu terbuka...

Alisnya berkerut, matanya menatap tajam. "Siaap kamu?"

Tama terlihat waspada. Sosok yang berdiri di ambang pintu itu hampir tak dikenali. Wajahnya lebam, darah mengering di sudut bibir dan alis kirinya tampak sobek. Kemejanya robek di beberapa bagian, dan ia nyaris tidak bisa berdiri tegak.

Pria itu terdiam, membeku di tempat. Tama makin curiga. Namun belum sempat ia kembali bertanya, tiba-tiba suara Kemala terdengar dari belakangnya. Ternyata Kemala bangun dan mendengar keributan di lantai bawah.

"Vino...!" Kemala terlihat sangat terkejut. Meskipun wajah pria itu lebam, namun Kemala masih mengenalinya.

"Vino? Si-siapa dia, Dek?"

Belum sempat Kemala menjawab, tubuh Vino terhuyung. Tama yang berdiri di hadapannya langsung menyambarnya sebelum tubuh pemuda itu ambruk ke lantai. Nafas Vino terengah, matanya hanya sempat menatap singkat sebelum akhirnya terpejam tanpa sempat mengucap sepatah kata pun.

"Vino! Hei, Vino!" panggil Kemala panik. "Bawa dia ke kamar tamu, Mas! Dia teman kampusku!"

Cahaya matahari pagi menembus tirai kamar. Suara burung terdengar dari luar, menandai awal hari yang baru -hari yang ternyata dimulai dengan tanya dan kekhawatiran.

Di ranjang tamu, Vino perlahan membuka mata. Pandangannya buram, ia tidak bisa mengenali atap asing di atas kepalanya. Kepalanya terasa berat, tubuhnya pegal dan nyeri di beberapa bagian. Saat ia mencoba bangkit, terdengar suara langkah kaki masuk ke dalam kamar.

"Jangan banyak gerak dulu," ucap seseorang.

Vino menoleh. Sosok itu adalah Kemala-wanita yang selama ini hanya bisa ia lindungi dari kejauhan. Wanita yang ia cintai dalam diam sejak pandangan pertama.

(Spoiler Vino)

Ya, Vino menyukai Kemala saat Yudha sering membawanya ke puncak untuk mengawasi keluarga Subagja dan membantu Erina untuk melancarkan aksinya.

Beberapa bulan yang lalu dari kejauhan, Vino melihat seorang gadis sederhana, cantik dan memiliki senyum yang manis. Dia sangat dihormati sebagai anak dari juragan Subagja dan Indira yang merupakan target kejahatan kakaknya.

"Bantu aku untuk memata-matai mereka. Sabotase mobil yang akan dipakai Indira. Dengan begitu, Erina bisa mendapatkan apa yang dia mau!" titah Yudha saat itu.

"Tapi, Bang... Kenapa harus sampai membunuh? Bukankah Nona Angel meminta Abang untuk mendekati Erina dan membalaskan dendamnya. Kenapa sekarang Abang malah membantu Erina?" tanya Vino yang saat itu ragu, ia tak mau membantu kakaknya meskipun dibayar dengan uang banyak.

"Ini bagian dari sandiwara. Dengan membantu Erina, itu bisa membuat Erina percaya padaku. Setidaknya buat

Dia senang dulu sebelum dia aku hancurkan seperti perintah Angel," ujarnya saat itu.

Vino terdiam. Ia sudah memata-matai rumah juragan itu selama beberapa bulan. Dan melihat seorang gadis cantik yang merupakan anak juragan Subagja dari kejauhan, membuatnya ragu untuk membantu kakaknya.

"Kenapa diam saja? Ingat, kita butuh uang banyak! Ibu masih terbaring di rumah sakit. Dari mana kita bisa mendapat uang untuk operasi ibu jika kamu tidak mau membantuku. Kamu juga harus bayar kuliah, kan?"

"Ta-tapi, Bang..."

"AARGGHH, sudahlah! Kalau kamu nggak mau bantu, nggak apa-apa. Kamu diam saja di mobil. Biar aku yang bergerak. Kamu awasi, jangan sampai ada yang melihat dan mencurigaiku," ucap Yudha pada sang adik.

Vino tak bisa berbuat apa-apa. Sudah hampir dua tahun kakaknya yaitu Yudha bekerja pada Angel. Kakaknya bisa mendapatkan uang yang banyak untuk memenuhi kebutuhan mereka dan juga biaya operasi ibunya. Vino bahkan tahu jika kakaknya terlibat dalam bisnis gelap milik Angel yaitu barang haram.

Namun ia bisa apa? Dirinya hanya laki-laki tidak berguna yang masih menggantungkan hidup dan butuh biaya dari sang kakak.

Hari itu, dimana Yudha melancarkan aksinya.

Mensabotase mobil yang akan dipakai oleh juragan. Semua dia lakukan dengan totalitas, semata-mata untuk membuat Erina percaya bahwa Yudha memang sangat mencintainya. Itu hanya bagian dari rencana karena pada

Akhirnya, Yudha sendiri lah yang akan menghancurkan Erina seperti perintah Angel.

"Nona Angel benar-benar psikopat! Dia tidak hanya ingin menyingkirkan Erina, tapi juga suruh keluarga Erina. Malang sekali, orang-orang yang tidak tahu apa-apa dan tidak bersalah, harus terkena imbasnya! Erina juga, dia sangat licik dan jahat. Meskipun tidak terlibat langsung, tapi tetap saja dia picik," gumam Vino saat itu, memperhatikan apa yang dilakukan oleh kakaknya di dalam mobil.

Entah mengapa, tangannya tergerak untuk memotret apa yang dilakukan oleh Yudha. Ia bahkan memotret Erina dan Mang Jaka kemarin sore saat Erina meminta supir pribadi juragan itu untuk membantunya.

Dan pada akhirnya, foto-foto itu berguna. Cintanya pada Kemala makin besar, apalagi saat gadis itu pindah ke kampus tempatnya kuliah.

Diam-diam Vino sering memperhatikan Kemala, Yola dan teman-temannya. Ia tersenyum setiap kali melihat wajah cantik natural dan sikap Kemala yang baik itu.

Hingga niatan Yudha dan Erina yang juga ingin menyingkirkan Kemala terdengar ke kupingnya. Ia tak akan membiarkan itu terjadi. Dia bocorkan semuanya, bukan hanya kejahatan Erina dan Yudha, namun juga bisnis gelap Angel.

Tidak peduli jika dirinya mati di tangan kakaknya sendiri karena ia berkhianat, yang penting untuknya, Kemala selamat meskipun ia tahu, sampai kapanpun Kemala tidak akan pernah menyukainya. Apalagi jika Kemala tahu siapa dia sebenarnya?

"Sudah bangun?" Kemala duduk di sisi ranjang dengan semangkuk bubur di tangan. Wajahnya tenang, meski ada garis kekhawatiran di sana.

Vino mengangguk pelan. Ia menelan ludah, matanya tertuju pada tangan Kemala yang memegang sendok.

"Aku gak tahu kenapa tiba-tiba kamu datang kemari," lanjut Kemala lembut. "Dan dari mana kamu tahu alamat rumah ini? Tapi sepertinya kondisimu mengkhawatirkan. Makanlah dulu... lalu katakan apa yang terjadi. Ada apa kamu datang?"

Vino menatap mata Kemala, matanya yang sembab seolah menyimpan banyak rahasia. Ia menerima mangkuk dari tangan Kemala, tapi tangannya sedikit gemetar saat menggenggam sendok.

Kemala membantunya mengaduk perlahan. "Kamu teman kampusku. Kita memang gak dekat, tapi aku tahu kamu orang baik. Aku tahu kamu sering memperhatikanku. Itu sebabnya aku kaget kamu bisa datang dalam keadaan seperti ini. Sebenarnya ada apa?

Apa yang membawamu kemari?"

Vino mengangguk pelan. "Aku minta maaf... a-aku..."

Kemala terdiam. Ia menunggu Vino melanjutkan.

Vino menarik napas panjang. "Aku adalah adik Yudha, laki-laki yang selama ini membantu tante kamu, Mala."

DEGH.

Kemala terbelalak. "A-apa?"

"Yudha."

Jantung Kemala berdegup lebih kencang. Mendengar nama laki-laki yang kini menjadi buronan polisi itu, membuatnya tersentak. Dan yang lebih mengejutkan, Vino-pria yang kelihatan cupu itu ternyata adalah adik dari seorang penjahat bernama Yudha.

Kemala masih terlihat syok. Hingga akhirnya, Vino kembali bersuara. "Aku juga yang mengirim pesan misterius itu pada kamu dan membocorkan semua rahasia Yudha dan Erina. Maafkan aku... Mala. Aku mengetahui rencana jahat kakakku, aku juga memata-matai kamu sudah lama. Tapi percayalah, aku ingin melindungi kamu. Aku ingin jadi garda terdepan. Tidak peduli jika aku berkhianat dan mati di tangan kakakku, tapi aku ingin melindungi kamu," ucap Vino dengan sungguh-sungguh.

Vino menceritakan semuanya. Awal mula dia menjadi mata-mata keluarga Kemala hingga membantu kakaknya dan pada akhirnya berkhianat.

Kemala mematung, masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Ternyata selama ini, Vino-teman sekelasnya yang tidak pernah neko-neko dan kelihatan seperti anak baik-baik itu mengetahui sebuah rahasia besar.

Tama yang berdiri di ambang pintu kamar tamu itu refleks mengepalkan tangannya. Wajahnya merah padam. Meskipun Vino jujur tentang siapa dirinya dan mengatakan bahwa dialah pengirim pesan misterius itu, namun tidak serta-merta membuat Tama percaya.

"Kemala tidak perlu pelindung sepertimu. Aku adalah garda terdepan nya. Kau laki-laki pecundang. Jika kau jujur lebih awal dan mengatakan tentang kejahatan

Kakakmu, mungkin Kemala tidak akan kehilangan kedua orang tuanya!" teriak Tama penuh amarah.

Vino menunduk, bahunya bergetar. "Maafkan aku.

Maafkan aku, Kemala..."

1
Nunung Sutiah
Aku nangis baca bab ini. Yola dan Rendra. 😭😭😭
Hasri Ani: 😁😁😁 kuat bund
total 1 replies
Rika Anggraini
karma itu nyata
aku
jahat gk sih aq ngetawain ningsih 🤣🤣🤣
Herta Siahaan
Erina memang sangat salah dan jahat.. tapi kemala dan tama jg lebih jahat. dan hasil dari keserakahan Erina dan dendam Kemala dan tama adalah anak dalam kandungan jd korban tdk jelas status nya dan kalau sdh lahir akan kena bully jd anak haram. nah Vino sebagai adik Yuda jg g sadar telah ikut terlantar kan keturunan Abang nya. intinya sianak yg jd korban
Happy Kids
ya kan.. silau harta emang. ujung2nya duit
Happy Kids
emang yaa ga bsa dibaikin dikit. bsa jd subagya dijebak atau digoda
Towa_sama
Wah, cerita ini seru banget, bikin ketagihan!
✨HUEVITOSDEITACHI✨🍳
Ngakak banget!
im_soHaPpy
Datang ke platform ini cuma buat satu cerita, tapi ternyata ketemu harta karun!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!