NovelToon NovelToon
MAS BERONDONG, I LOVE YOU

MAS BERONDONG, I LOVE YOU

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Berondong / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Enemy to Lovers
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nanadoongies

Orang bilang Abel yang jatuh cinta duluan dengan gombalan-gombalan itu, tapi Abi juga tahu kalau yang rela melakukan apa saja demi membuat Abel senang itu Laksa.
.
Berawal dari gombalan-gombalan asbun yang dilontarkan Abel, Laksa jadi sedikit tertarik kepadanya. Tapi anehnya, giliran dikejar balik kok Abel malah kabur-kaburan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanadoongies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20

Dito itu memang biang kerok. Bermula dari tidak ada kerjaan-siang terlalu terik- Abel jadi iseng-iseng cari hiburan dengan menjelajah di akun instagram milik Laksa. Dengan bio bendera Indonesia x Korea saja sudah membuatnya takjub setengah mampus, apalagi dengan deretan highlight cerita perjalanan yang memunculkan berbagai macam bendera negara-negara lain itu? Mustahil kalau dia tidak kagum sampai setengah gila.

"Ternyata dia mirip ayahnya, ya?"

"Siapa tuuuuuh?" Dito mengintip dari balik bahu, begitu menyadari ada foto Laksa di sana, dia kontan berteriak, "HAH, LU STALKING AKUNNYA LAKSA, BEL?!"

"Si anying!"

Anjani yang hampir tertidur jadi melek semelek-meleknya. Ada bahan gosip begini, siapa juga yang tidak semangat? Berbekal wajah julid-setengah menggoda- dia datang dan jadi satu kubu dengan spesiesnya. Iya, spesies orang gila.

"Oh, ternyata rumor kalau Abel takobel-kobel naksir berondong tuh bukan kabar burung doang, ya?"

"Plis deh nggak usah ngomong yang iya-iya." Abel meletakkan pipinya ke atas meja lagi, hampir menggulirkan laman lain tapi ponselnya keburu direbut oleh Dito.

"Aduh, aduh, aduh, beneran stalking akunnya dedek Laksa. Ganteng, ya, makanya dilihatin sambil senyam-senyum?"

"BALIKIN HAPE GUE NGGAK?!"

"Cieee~ ada yang cinlok setelah MPLS nihhh. Kalau dibikin FTV, judul yang cocok kira-kira apa, ya?"

"Dari MPLS, Ku Menemukan Kamu," sambung Dito. Dia masih menaikkan hape Abel tinggi-tinggi, sekarang malah sengaja pencet-pencet sampai muncul tanda suka.

"Waduh, jempol gue nakal banget nih! Maap, ye, Bel, nggak sengaja ke pencet suka nih. Kali-kali aja habis disukai postingannya, yang punya akun bisa suka balik juga."

"Heh, bisa-bisanya?!"

Alhasil ketiganya berlari mengitari kelas. Saling berkejaran dengan niat menghabisi-ini bagian Abel- sampai membuat setengah isi kelas ramai-ramai memperhatikan mereka.

"Balikin hape gue elah."

"Apa?! Minta di-follow-in?" Dito pura-pura salah dengar.

"Sekalian nyalain notifikasi postingannya, To. Biar temen lo makin kecintaan kalau Laksa posting story cover lagu itu."

"Emang Laksa suka cover lagu?"

"Tuh, 'kaaaaaan." Anjani semakin melebarkan senyumannya. "Kata gue juga lo harusnya berterima kasih sama gue dan Dito karena udah membantu kebucinan lo itu. Iya, nggak, To?"

"Yoi."

"Ya udah sini balikin hapenya. Gue mau nge-chat Laksa buat minta followback."

"Aih, langsung berubah haluan secepat ini, nih? Katanya demen sama Bian, giliran Laksa udah dateng Bian-nya langsung dibuang."

"Eh, mulut lo beneran pengen gue cabein, ya? Gue ngga ada bilang kalau suka sama Bian tuh! Jangan ngomong yang aneh-aneh deh, kalau kedengeran anak-anak dikiranya gue beneran suka sama Bian."

Setelah berhasil merebut ponsel, Abel duduk dengan wajah kalem. Pura-pura ingin mengirim pesan pada Laksa, ujungnya malah berhenti mengikuti.

"TAPI BO'ONG! Kata siapa gue mau nge-chat Laksa? Unfollow lah. Wleee~"

"Heh, berani-beraninya lo ngibulin gue sama Dito?!"

Abel semakin gencar mengejek dengan menjulurkan lidah. Alhasil jadi lari-larian sepanjang koridor seperti anak-anak balita. Dito melempar sepatu hingga mengenai punggung, Abel gantian melemparkannya ke tengah lapangan. Begitu terus sampai sepatu mungil milik Abel tergantung tinggi di atas pohon.

"Nah, loh. Ambil dah tuh kalau bisa."

"DITOOOOOOO, BALIKIN SEPATU GUE NGGAK?!"

Gantian Dito yang menjulurkan lidahnya dengan ekspresi mengejek.

"To, gue tadi, 'kan, cuma lempar sepatu lo ke tengah lapangan, kenapa punya gue malah lo taliin di atas sih? Nggak apple to apple banget. Curang lo!"

"Kalau bentukannya kayak lo mah bukan apple to apple, tapi apple to biji selasih." Dito menggeolkan pantat, lagi-lagi mencibir dengan penuh kemenangan. "Makanya kalau udah dibantu tuh minimal bilang makasih, bukan malah songong kaya gini. Mamam tuh pohon!"

"Emang kampret!" Abel berusaha menendang, sayangnya Dito lebih dulu melarikan diri.

"ABEEEL, KATANYA MAU DIBANTUIN LAKSA NIHH!"

"Mending gue manjat sendiri. Yang ada malah diejekin sama si Dito kampret kalau Laksa deket-deket gue lagi," ujarnya pelan.

Abel sempat mendongak. Dengan ukuran pohon setinggi itu, mustahil badannya tidak gemetaran saat mencapai atas. Belum lagi kalau digigiti semut atau digerayangi hewan kecil lain, tapi ... masa iya Abel harus merelakan sepatu-yang belum lama dibeli- demi kekalahan ini?

Tentu saja, tidak!

Abel Kalula pantang menjadi seorang pecundang.

Alhasil ia benar-benar memanjat, tapi belum sempat menambah pijakan, seseorang tiba-tiba saja menginterupsi.

"Ngapain?"

"TUH!"

Bian ikut mengangkat kepala. "Mau ambil sepatu?"

"Iya. Dito emang monyet tuh, bisa-bisanya malah gantungin sepatu gue di sana."

"Turun aja biar gue yang ambilin."

"SERIUS?"

Bian memanjat dengan cepat. Tak kurang dari dua menit, sepatu Abel berhasil dikembalikan.

"Nih! Lain kali nggak perlu manjat-manjat kayak gitu. Lo tuh cewek, takutnya malah kepleset terus jatuh. Kan, sakit."

"Makasih, Bian. Lo emang yang terbaik deh!"

"HUUUU~ PENONTON KECEWA!" teriak Dito dari sudut lapangan. "Bubar! Bubar! Targetnya malah diem doang."

"Dito ngomongin apa?"

"Nggak usah didengerin, emang dasarnya kurang waras aja."

Bian tertawa, membawa telapak tangannya kembali mengusap kepala. Abel memang terbiasa dengan sentuhan itu, setidaknya Bian memang sering melakukannya, tapi entah kenapa sekarang justru terasa lain. Seperti ... emm ... tengah berselingkuh, mungkin?

"Kenapa mundur?"

"Nggak enak dilihatin orang-orang."

Keduanya lantas duduk. Semilir angin yang bertiup di bawah pohon terasa lebih segar dan menenangkan. Abel sempat bersandar ke batang pohon sebelum Bian bergeser hingga mereka duduk berdekatan. Tindakan itu tak luput dari perhatian semua orang-tak terkecuali Laksa- tapi, alih-alih bereaksi lebih, Laksa justru diam saja. Dia nikmati sisa gorengan dengan kalem sekalipun Abi dan kawan-kawan mulai menggodanya.

"Bel, jangan php-in temen gue dong!" teriakan Abi seketika membuat mereka bersorak. "Jadi galau nih soalnya lo nggak jadi mengikuti akun dia."

"Uhuyyy!" Dipa malah ikut-ikutan menggoda, padahal tahu detail kisah mereka juga tidak. Yang terpenting seru-seruan saja. "Mau pilih yang mana nih, Bel? Yang seangkatan emang mempesona, tapi berondong bernama Laksa ini kelihatan jauh lebih menggoda."

"Yang berondong-berondong aja soalnya nyalinya lebih gede," teriak Bintang.

"Sekalipun kaku, tapi rasa sayang boleh diadu."

"Berondong semakin di depan, Bel. Yang seangkatan mah, diminggirin aja dulu."

"Lo nge-follow akunnya Laksa?" Bian menoleh, pandangannya terlihat tidak suka.

"Mana ada? Dito tuh yang cari gara-gara. Gue udah anteng main hape malah direbut sama dia terus ngasal pencet follow tanpa izin ke gue dulu. Kalau dia nggak teriak-teriak kayak orang gila, anak-anak juga nggak akan ikut heboh juga. Emang dasarnya biang kerok."

Bian kembali tertawa.

"Nanti waktu rapat, duduknya di samping gue aja."

"Kenapa emangnya?"

"Biar nggak digangguin sama mereka."

"Ohh, bener juga." Abel tiba-tiba menelengkan kepala. "Kalau gue follow akunnya Laksa, emang lo keberatan?"

Hujan kembali turun tak lama setelah itu. Benar-benar deras seolah tengah balas dendam karena hampir dibuat sakit kepala. Kegiatan belajar-mengajar jadi sedikit syahdu, iyalah, dengan tampias hujan yang mengenai jendela, hati siapa yang tidak nelangsa tiba-tiba?

Abi mulai merem-melek. Sesekali menepuk pipi agar bisa bertahan lebih lama. Laksa cukup anteng mendengarkan meskipun pikirannya terbang ke mana-mana. Memikirkan Abel? Mungkin. Tapi bagian mana yang membuatnya gelisah, rasanya juga tidak jelas.

"Lak, Laksa. Minta permen." Dipa pura-pura meminjam tipe-x. "Mata gue beneran lengket nih. Nyender dikit kayaknya bisa molor."

"Permen susu."

"Yang kopi ada nggak?"

Dwiki kontan menoyor dengan decakan kesal. "Udah dikasih tau adanya permen susu malah minta kopi."

"Oh, dia tuh lagi ngasih tau? Gue kira lagi nawarin njir. Ya maap kalau gue jadi salah tangkap, nada bicara lo sama semua sih."

"Naladhipa, kenapa malah mengobrol sendiri? Mau menggantikan saya mengajar di depan?" tanya Bu Wahyu. Nada bicaranya kelewat santai, tapi semua orang juga tahu kalau itu pertanda mara bahaya.

"Terima kasih banyak atas tawarannya, Bu. Kebetulan saya cuma mau pinjem tipe-x aja nih, belum berminat buat alih profesi jadi guru sejarah kayak Ibu Wahyu yang cantik jelita ini."

"UHUYYYY!"

"PIW PIW PIW."

"Sudah, sudah, bukannya belajar dengan baik malah menggoda saya."

"Bukan menggoda, Bu, tapi memuji. Bu Wahyu, 'kan, emang cantik. Iya, nggak, temen-temen?"

"Piuwittt!"

Seketika tawa seluruh orang jadi pecah gara-gara ucapan Dipa. Tidak usah heran, sebagian besar penghuni Dream Catcher memang bocah kematian.

Hujan masih turun rintik-rintik ketika seluruh kegiatan pembelajaran mencapai akhir. Sebagai seorang bokem berdedikasi, Abel menari-nari di bawahnya seolah hari esok tak pernah ada. Diikuti Dito dan Anjani, dengan tarian aneh yang hanya dimengerti oleh mereka saja.

"Bocah!"

Laksa diam-diam memaki, mana tahu kalau kegilaan Abel akan sampai tahap ini?

"Ikut aja daripada cemburu di sini."

"Kumat."

Abi terkekeh. Di tengah cuaca dingin begini, dia malah menyedot sisa es cekek yang diam-diam ia simpan dalam laci.

"Young, wild and free."

"Apanya?" Laksa mendengus. "Mereka itu gila."

"Gila apa takut Abel bakal masuk angin karena hujan-hujanan sama mereka?"

"Lo mulai nggak rasional."

"Ahahah."

Bagi Laksa, mungkin hal-hal seperti ini terlalu kekanakan, tapi bagi Abel sendiri, inilah cara yang tepat untuk menikmati hidup. Katanya, hidup itu penuh cobaan, maka satu-satunya cara bertahan hanya dengan menggila bersama cobaan itu. Sederhananya, kalau ada cobaan, ya, dicobain aja.

"LAKSAA?"

1
ren_iren
kok aneh, padahal laksa liat Abel diikat sm tutup matanya masih aja dimarahin...
ren_iren: nanti bucin mampus sampe keurat2 nadi kapok lo sa.... 🤭
total 2 replies
Nanadoongies
kritik dan saran sangat amat dianjurkan, ya. jadi jangan sungkan buat ngoceh di kolom komentar.
Nanadoongies
Jangan lupa tinggalkan jejak, teman-teman
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!