Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab16
Pagi harinya Abizar sudah siap untuk kembali ke kota bersama Avica. Karena ada pekerjaan yang tidak bisa ia tinggal sebab akan ada meeting penting yang harus ia hadiri.
"Ayah, bunda Avica pamit dulu ya. Jaga kesehatan ayah sama bunda." Ucap Avica berpamitan kepada kedua orang tua nya kemudian mencium kedua tangan mereka satu persatu lalu memeluknya.
"Iya nak, kamu juga jaga dirimu baik-baik ya. Jangan nyusahin suamimu, turuti semua perintah suamimu. Dan lakukanlah tugasmu sebagai istri dengan baik." Ucap bu Linda menasehati sang putri.
"Baik, bunda."
Kini tinggal Abizar yang akan berpamitan pada kedua mertuanya. Ia juga mencium tangan kedua mertuanya. "Abi juga pamit dulu, ayah, bunda."
"Nak Abi, ayah titip putri ayah satu-satunya ini padamu. Jangan pernah membuatnya menangis jika dia salah tegurlah, dan bimbinglah dia menjadi istri yang baik. Jika nak Abi sudah tidak menginginkan dirinya kembalikan pada kami dengan baik-baik. Jangan pernah memukulnya." Pesan pak Agil pada menantunya.
"Baik ayah. Abi akan menjaganya dan melindungi nya. Karena sekarang Ica adalah tanggung jawab saya." Jawab Abizar sungguh-sungguh. "Kalau begitu kami pergi dulu." Ucapnya lagi.
"Ayah, bunda Caca pergi dulu." Sudah dari tadi Avica menahan air matanya agar tidak jatuh. Setelah mendengar penuturan sang ayah dengan suaminya hatinya semakin terharu.
Kini mereka telah berada didalam mobil dengan Abizar yang mengemudikan mobilnya. Ia sengaja membawa mobil sendiri supaya tidak merepotkan sopirnya jika harus bolak balik tanpa istirahat. Karena sopir orang tuanya itu sudah tua. Jadi Abizar tidak ingin membuatnya kelelahan.
Selama diperjalanan sepasang suami istri baru itu hanya diam tanpa ada yang mengeluarkan suara. Mungkin masih terasa canggung karena belum terbiasa dengan status barunya. Hal itu membuat Avica merasa sangat mengantuk, ia tidak enak jika harus tidur didalam mobil. Avica berusaha menahan matanya agar tidak terpejam.
"Jika mengantuk tidurlah, perjalanan kita masih lama." Ucap Abizar yang dari tadi memperhatikan Avica dari kaca depan.
"Tidak mas. Saya masih bisa menahannya." Jawab Avica pada suaminya. Abizar pun hanya mengedikkan bahunya.
Mulutnya memang berkata tidak tapi ternyata mata Avica tidak bisa diajak kompromi. Buktinya matanya itu sudah terpejam entah sejak kapan Abizar pun baru menyadarinya. Lalu ia kembali fokus mengemudi mobilnya.
Tiga jam sudah terlewati dan Avica pun baru membuka matanya.
"Aku dimana?" Tanyanya pada diri sendiri. Karena ia merasa asing dengan kamar yang ia tempati sekarang ini. Dia juga baru sadar jika dirinya bukan lagi didalam mobil.
"Oh, ya ampun. Pasti aku ketiduran lagi." Rutuknya.
Kemudian pintu kamar seperti dibuka seseorang dari luar dan munculah Abizar dari balik pintu.
"Kamu baru bangun?" Tanya Abizar pada Avica. Avica pun hanya mengangguk.
"Siapa yang membawaku kesini? Lalu ini kamar siapa?" Tanya Avica balik.
"Saya yang membawa mu kesini. Dan ini kamar saya sekarang kamar kita." Jawab Abizar. Mendengar jawaban Abizar hatinya sedikit senang.
Lalu Avica beranjak dari tempat tidur ia ingin keluar dari kamar suaminya tujuannya adalah kedapur karena perutnya merasa sangat lapar. Sampai didapur tidak ada siapa-siapa Avica pun mencari makanan atau bahan untuk ia masak supaya bisa mengisi perutnya.
Avica hanya mengambil telur. Ia akan memasak telur dadar yang diberi kecap saja. Karena itu untuk menyingkat waktu. Perutnya sudah sangat keroncongan. Tanpa tunggu lama setelah telur yang ia masak telah matang ia langsung mengambil nasi lalu memakannya.
Abizar yang mencium bau masakan pun juga ikut merasa lapar. Lalu ia menuju dapur, disana masih ada Avica yang terlihat sangat lahap ketika makan.
"Kamu masak apa?" Tanya Abizar pada istri barunya itu.
"Uhhukk..uhhuukk.." Avica yang kaget mendengar suara Abizar pun tersedak. Abizar pun langsung sigap mengambilkan minuman untuk Avica lalu memberikannya.
Avica pun langsung menerima dan meminumnya. "Saya hanya masak telur dadar dikasih kecap, mas. Mas Abi mau?" Tanya Avica balik
"Boleh. Saya juga lapar." Jawab Abizar lalu duduk disamping Avica.
Sedangkan Avica ia langsung sigap mengambilkan makanan untuk Abizar. "Ini mas, dimakan dulu."
Abizar menerimanya lalu memakannya. "Padahal hanya memasak telur saja. Tapi rasanya enak dan pas di lidah." Puji Abizar dalam hati. Ia belum berani memujinya langsung karena gengsinya itu masih tinggi.
Selesai makan Avica langsung membereskan sisa makanannya dan mencuci piring bekas makan Abizar dan dirinya.