Di sebuah kampung yang sejuk dan dingin terdapat pemandangan yang indah, ada danau dan kebun teh yang menyejukkan mata jika kita memandangnya. Menikmati pemandangan ini akan membuat diri tenang dan bisa menghilangkan stres, ada angin sepoi dan suasana yang dingin. Disini bukan saja bercerita tentang pemandangan sebuah kampung, tapi menceritakan tentang kisah seorang gadis yang ingin mencapai cita-citanya.
Hai namaku Senja, aku anak bungsu, aku punya satu saudara laki-laki. Orangtuaku hanya petani kecil dan kerja serabutan. Rumahku hanya kayu sederhana. Aku pengen jadi orang sukses agar bisa bantu keluargaku, terutama orangtuaku. Tapi kendalaku adalah keuangan keluarga yang tak mencukupi.
Apakah aku bisa mewujudkan mimpiku?
yok baca ceritanya😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yulia weni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
"Kamu itu sudah pucat, lo, Nov," ucap Senja khawatir. "Aku tidak apa-apa, nanti juga..." Novi langsung pingsan. Semua panik dan teriak.
"Ya Allah, Nov," tangis Senja dan Ibu. "Ibu, Senja, awas! Biar Ayah angkat Novi pindahkan ke kamar Senja dulu," ucap Ayah.
Ibu menangis. "Sen, cepat panggil ibunya Novi." "Ya, Bu," balas Senja. Senja mengambil kerudungnya dan langsung berlari ke rumah Novi.
"Assalamualaikum, Bu," ucap Senja ngos-ngosan karena berlari cepat. "Waalaikumussalam, iya, Sen. Kamu kenapa? Mata merah kayak habis nangis gitu," tanya Bu Novi yang sedang menyapu rumah.
"Bu, Novi pingsan di rumah Senja, Bu," ucap Senja sambil menangis. Ibu Novi langsung menangis kencang dan berlari ke rumah Senja.
"Ya Allah, Novi," ucap Ibu Novi dari pintu menuju kamar Senja. Semua tetangga keluar dan datang ke rumah Senja karena mendengar tangisan Ibu Novi.
"Novi, bangun, nak. Kamu kenapa?" "Hmm, tadi Novi mimisan, dan mimisan banyak. Setelah dia mimisan, wajahnya pucat dan langsung pingsan," jawab Ibu Senja sedih.
"Ya, Bu. Kata Novi, dia sudah sering mimisan. Tapi dia tidak mau cerita sama Ibu. Senja tidak tahu apa alasannya. Katanya ini sudah biasa, nanti juga hilang sendiri," ucap Senja sedih.
"Coba bangunkan Novi dulu, kasih minyak kayu putih," ucap Tetangga 1. "Iya, kasih ke hidungnya, telapak kakinya juga," ucap Tetangga 2.
Ibu Novi masih menangis. "Novi, bangun, nak. Jangan buat Ibu cemas." Tidak lama kemudian, Ayah Novi datang dan langsung berlari ke kamar Senja.
"Mana anakku?" ucap Ayah Novi sambil menangis. "Novi, kamu kenapa, nak? Anakku masih hidupkan?" tanya Ayah yang histeris.
Novi hanya pingsan. "Ayok, kita bawa Saja ke Puskesmas, agar cepat dapat bantuan medis," ucap Ayah Senja. "Iya, pakai mobil kami saja," ucap Tetangga 3.
Ayah Novi dan Ayah Senja membawa Novi ke dalam mobil.
"Ibu Novi, Ibu Senja, dan Senja tak hentinya menangis. Seseorang dari tetangga dan warga sekitar ikut ke Puskesmas untuk memberikan dukungan."
****************
"Baiklah, saya akan membantu Anda memperbaiki teks tersebut dengan memperbaiki penulisan dan layouting yang benar. Berikut adalah contoh teks yang telah diperbaiki:
Di Puskesmas, Novi langsung dibawa ke IGD untuk pemeriksaan. "Ini mimisannya sudah berapa lama, Pak?" tanya perawat kepada Ayah Novi.
"Saya tidak tahu, Bu. Anak saya tidak ada bilang pada saya kalau dia mimisan," jawab Ayah Novi.
"Maaf, Yah. Kata Novi, dia mulai mimisan sudah 3 bulan-an," potong Senja.
"Jika seseorang mengalami mimisan yang berlangsung lama atau berulang, ada beberapa kemungkinan penyebabnya," ucap perawat.
"Mungkin kondisi Novi terkait dengan mimisan yang berlangsung lebih dari beberapa hari atau minggu. Banyak kemungkinan yang terjadi, seperti:
Epistaksis kronis, yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti udara kering, polip hidung, atau alergi.
Tekanan darah tinggi, yang menyebabkan pembuluh darah di hidung menjadi rapuh dan mudah berdarah.
Gangguan pembekuan darah, seperti hemofilia atau penggunaan obat pengencer darah yang bisa menyebabkan mimisan yang sulit berhenti.
Polip atau tumor hidung, yang bisa menyebabkan mimisan berulang.
Infeksi atau radang, seperti sinusitis kronis atau infeksi hidung lainnya yang bisa menyebabkan mimisan."
Jika Novi mengalami mimisan selama 3 bulan, sebaiknya dia berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui penyebabnya dan mendapatkan penanganan yang tepat. Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik, tes darah, atau pencitraan untuk menentukan penyebabnya.
"Namun, sekarang dokter umumnya sedang berhalangan hadir. Nanti langsung saja bawa ke klinik dokter umum yang pak. Konsultasikan dulu apa penyebabnya," ucap perawat. "Ibu dokter itu juga bekerja di Puskesmas ini, mungkin malam beliau ada di kliniknya."
10 menit kemudian, Novi sudah sadar. "Alhamdulillah, kamu sudah bangun," ucap perawat lembut. "Alhamdulillah," ucap yang lain.
"Kalau begitu, boleh yang lain keluar dulu. Cukup satu atau dua orang saja yang di dalam, agar pasiennya tidak kepanasan," kata perawat. Senja, Ibu, Ayah, dan tetangga keluar, meninggalkan Ibu dan Ayah Novi di dalam.
"Kamu kenapa, nak?" ucap Ayah sendu pada Novi. "Novi tidak apa-apa, Yah," jawab Novi lemas. "Kalau terjadi apa-apa, tolong bicara sama Ibu dan Ayah, nak," ucap Ibu sambil menangis. "Ya, Bu. Maaf."
"Tensi Novi agak rendah, ya. Usahakan makan yang sehat, ya. Makan buah dan sayur," ucap perawat setelah memeriksa Novi. "Nanti malam, coba langsung bawa ke dokter umum, ya, Pak. Boleh kita tahu apa penyebabnya," ucap perawat lagi. "Baik, Bu," jawab Ayah.
"Untuk sementara, kami kasih obat dulu. Banyak istirahat, ya, Novi." Perawat pergi mengambilkan obat untuk Novi.
"Ini, Pak. Obatnya sudah sesuai anjuran dokter, ya, Pak. Tadi kami sudah telpon dokternya. Dan kata beliau, nanti malam ada di kliniknya. Bawa saja ke sana, ya, Pak, untuk konsultasi." "Baik, Bu. Ini berapa, Bu?" "Novi ada BPJS, Pak?" tanya perawat.
"Ada, Bu. Tapi kami lupa bawa kartunya. Untuk sekarang, umum saja dulu, Bu," jawab Bapak. "Kalau begitu, bayarnya di administrasi saja, ya, Pak," ucap perawat.
Bapak dan perawat keluar dari ruangan Novi. "Berapa biayanya, Bu?" tanya Bapak. "25 ribu saja, Pak," jawab perawat. "Ini, Bu," ucap Ayah Novi yang langsung mengeluarkan uangnya. "Baik, Pak. Terima kasih," ucap perawat.
15 menit kemudian, perawat datang ke ruangan Novi. "Novi, tetap jaga kesehatan, ya. Sekarang Novi sudah boleh dibawa pulang, ya. Banyak minum air putih, ya, Nov. Istirahat juga banyak. Jangan banyak beban pikiran," ucap perawat lembut. "Ya, Kak. Terima kasih," jawab Novi lambat.
Senja dan yang lain masuk ke ruangan Novi. "Kamu sudah membaik, kan, Nov?" tanya Senja sendu. "Alhamdulillah, aku sudah membaik. Dan sekarang bisa melihat matamu merah," hehe, ucap Novi dengan wajah yang pucat tapi masih menghibur semua orang.
Novi dan Senja terkenal sebagai anak yang humoris, bisa nyambung bercerita dengan siapa saja, baik orang tua, adik, teman, dan lain-lain. "Hmmm, dalam kondisi ini saja, kamu masih bisa bercanda," ucap Senja sendu.
"Tak usah sedih kayak itu, Sen. Aku tidak apa-apa," balas Novi. "Ya sudah, Novi sudah boleh pulang. Kita langsung saja pulang lagi. Nanti malam baru kita ke dokter umumnya," ucap Ayah Novi.
Semua keluar dari ruang IGD, menuju mobil Tetangga 3 tadi. Untung tetangganya belum pulang. Salah satu kebaikan orang-orang kampung adalah ketika seseorang dapat musibah, langsung semuanya terjun, tanpa memandang orangnya kaya atau miskin. Kecuali ketika ada hajatan seperti pernikahan dan syukuran, jika tidak diundang, mereka tidak akan datang.
Sampai rumah Novi... Semua tetangga yang tidak sempat ke Puskesmas langsung menuju ke rumah Novi untuk melihat keadaan Novi. Namun, Ayah, Ibu, dan Senja izin pulang dulu ke rumah karena belum sholat zuhur.
"Jangan pernah tinggalkan sholat dengan alasan apa pun, baik sakit atau dalam perjalanan. Sholat tetap laksanakan karena kita tidak tahu, ajal datang kapan saja," ucap Ayah dalam perjalanan menuju rumah mereka.