NovelToon NovelToon
My Husband, The Mysterious Casanova

My Husband, The Mysterious Casanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Cintamanis
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Myra Eldane

Lovy Crisela Luwiys—gadis ceplas-ceplos yang dijuluki Cegil—dipaksa menikah dengan Adrian Kaelith Evander, pewaris dingin sekaligus Casanova kelas kakap.

Bagi Lovy, ini bencana. Wasiat Neneknya jelas: menikah atau kehilangan segalanya. Bagi Kael, hanya kewajiban keluarga. Namun di balik tatapan dinginnya, tersimpan rahasia masa lalu yang bisa menghancurkan siapa saja.

Niat Lovy membuat Kael ilfil justru berbalik arah. Sedikit demi sedikit, ia malah jatuh pada pesona pria yang katanya punya dua puluh lima mantan. Casanova sejati—atau sekadar topeng?

Di tengah intrik keluarga Evander, Lovy harus memilih: bertahan dengan keanehannya, atau tenggelam di dunia Kael yang berbahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myra Eldane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengumuman Mengejutkan

Suara musik klasik masih mengalun di aula besar, tetapi atmosfer mendadak berubah saat suara pelan pelayan terdengar di mikrofon, "Tamu kehormatan… telah tiba."

Bisik-bisik langsung beredar di seluruh ruangan. Semua mata beralih ke pintu utama aula. Lovy, yang tadi sibuk memandangi chandelier untuk menenangkan diri, refleks menurunkan pandangannya.

Pintu ganda setinggi tiga meter itu dibuka pelan oleh dua pelayan bersarung tangan putih.

Dan dari sanalah mereka muncul.

Damian Evander dan Isabelle Evander.

Damian Evander—pria tinggi dengan rambut perak yang disisir rapi ke belakang, jas hitam berpotongan sempurna, langkah mantap seperti raja yang tidak pernah meragukan tahtanya. Tatapannya tajam, tapi tidak meledak-ledak. Dingin, tapi memikat.

Di sampingnya, Isabelle Evander—wanita elegan dengan gaun satin biru tua yang jatuh anggun, sepasang anting safir menggantung di telinganya. Senyumnya tipis, tapi mengandung wibawa seorang wanita yang terbiasa memimpin pesta sekelas kerajaan.

Para tamu langsung menegakkan punggung. Beberapa bahkan memberi hormat kecil.

Lovy menelan ludah. "Oh… my… God…" bisiknya pelan, hampir tidak terdengar. "Itu bukan orang tua, itu walking Vogue cover."

Kael, yang berdiri di sampingnya, hanya melirik. "Jangan bicara macam-macam, Lovy."

Tapi tentu saja Lovy tidak bisa berhenti berbisik, "Beneran, ya ampun, itu mama kamu kan? Mama kamu kayak… kaya banget. Aku sampai takut kalau dia lihat aku dan langsung bilang, 'Balikin anakku. Nggak cocok.'"

Samuel di belakang Lovy nyaris tertawa tapi menutupinya dengan batuk pura-pura.

Damian dan Isabelle berjalan mendekat, diiringi sekelompok pelayan dan beberapa tamu yang ikut bergerak memberi salam. Begitu sampai di depan Kael, ayahnya hanya menepuk bahu putranya sekali—ringkas, penuh makna.

"Kael."

"Papa."

Tidak ada pelukan berlebihan, hanya tatapan singkat yang berbicara banyak—hubungan mereka jelas lebih ke arah formal daripada hangat.

Isabelle lebih ekspresif. Ia menyentuh lengan Kael, memberi senyum yang sedikit lebih lembut. "Kael, kamu terlihat tampan malam ini."

Kael mengangguk sopan. "Thanks, Ma."

Lalu mata Isabelle beralih… kepada Lovy.

Lovy tiba-tiba merasa seperti murid dipanggil ke ruang kepala sekolah. Ia langsung menegakkan punggung, menarik senyum "calon menantu baik" yang ia latih di depan cermin tadi pagi.

"Halo… Mrs. Evander." Suaranya agak tinggi karena gugup. "Saya Lovy… Lovy Crisela Luwiys."

Isabelle menatapnya dari atas sampai bawah. Bukan tatapan merendahkan, tapi tatapan mengukur. Senyumnya tetap tipis. "Jadi, ini gadisnya?"

Damian juga menatap Lovy. Tatapannya lebih berat, lebih sulit ditebak. "Cucu Margaratha?"

Lovy menelan ludah dan mengangguk cepat. "Iya, Tuan. Saya cucunya… dan calon—eh, maksud saya—" ia mendadak gugup. "Hmm… calon menantu?"

Samuel di belakang nyaris memalingkan muka supaya tidak tertawa.

Isabelle mengulurkan tangan, jemarinya ramping dan rapi dengan kuku berwarna nude. "Senang bertemu denganmu, Lovy."

Lovy buru-buru menyambut tangan itu—dan langsung sadar kalau telapak tangannya dingin berkeringat. "Senang bertemu dengan Anda juga… eh, Madam? Lady? Atau… Mrs. aja?"

Kael pelan-pelan menutup mata. "Lovy…"

Isabelle tersenyum kecil. "Panggil Mama dan Papa saja. Sama seperti Kael memanggil kami."

Lovy yang mendengar itu tersenyum manis. "Tentu, Ma."

Damian hanya mengangguk singkat. "Baik. Nanti kita bicara setelah acara."

Kalimat singkat itu entah kenapa bikin Lovy merinding.

Beberapa menit kemudian, pelayan mulai menyiapkan panggung utama di tengah aula. Mikrofon, podium, lampu sorot—semuanya bergerak cepat, terlatih.

Bisik-bisik tamu semakin riuh.

"Sepertinya pengumuman besar…"

"Apakah Kael akan—"

"Ini pasti soal wasiat Tuan Evander Senior…"

Lovy melirik Kael dengan mata membesar. "Ehh… Kael, apa yang mereka bisik-bisikan benar?"

Kael hanya menatapnya datar. "Jangan khawatir."

"‘Jangan khawatir’ versimu biasanya artinya aku harus khawatir," bisik Lovy.

Kael tidak menanggapi, hanya menggenggam tangannya sedikit lebih erat.

Lampu aula meredup sedikit. Lampu sorot diarahkan ke panggung. Musik berhenti, diganti suara pelayan yang bicara di mikrofon.

"Para tamu, mohon perhatian Anda. Keluarga Evander akan memberikan pengumuman penting."

Semua suara hening. Semua mata beralih ke panggung.

Damian dan Isabelle naik ke panggung, disambut tepuk tangan sopan. Damian berdiri tegak di podium, Isabelle di sampingnya. Aura mereka seperti raja dan ratu yang akan mengumumkan keputusan kerajaan.

Damian mulai bicara. Suaranya tenang, berat, memantul di seluruh aula.

"Terima kasih kepada semua tamu yang hadir malam ini. Seperti yang Anda semua tahu, malam ini bukan hanya sekadar pesta tahunan keluarga Evander. Ada sesuatu yang lebih besar yang perlu kami umumkan."

Bisik-bisik kecil terdengar lagi, tapi langsung diam ketika tatapan Damian menyapu aula.

"Ini adalah wasiat dari ayah saya, pendiri keluarga Evander—Alexander Evander." Suaranya sedikit melunak, nada menghormati. "Dalam wasiatnya, beliau menulis satu keinginan terakhir. Keinginan untuk menyatukan dua keluarga yang telah lama bersahabat."

Lovy spontan melirik Kael. "Dua keluarga bersahabat… maksudnya kita?" bisiknya. Kael tidak menjawab, matanya lurus ke panggung.

Damian melanjutkan, "Beliau menginginkan cucunya, Damian Kaelith Evander, untuk menikahi cucu dari sahabat terdekatnya, Margaratha Luwiys."

Bisik-bisik langsung berubah jadi desahan terkejut. Lovy membeku di tempat. Samuel hanya berkomentar pelan, "Wah, ini dia…"

Isabelle maju sedikit, senyumnya manis tapi terukur. "Dan kami dengan senang hati mengumumkan bahwa wasiat itu akan dipenuhi. Putra kami, Kael… akan menikahi Lovy Crisela Luwiys."

Lampu sorot otomatis mencari Lovy dan Kael di antara tamu. Semua mata beralih. Beberapa kamera tamu sudah mengangkat ponsel untuk mengabadikan momen.

Lovy spontan tersenyum kaku. Dalam kepalanya hanya ada satu kata: HELP.

Damian menambahkan, "Pernikahan ini akan diadakan… lima hari dari sekarang."

Aula meledak dengan bisik-bisik dan komentar kaget.

"Lima hari?!"

"Cepat sekali…"

"Mereka sudah merencanakannya?"

Lovy merasa lututnya goyah. Ia berteriak spontan pada Kael, "LIMA hari? Maksudnya bukan lima bulan? Atau lima bulan mendekati enam bulan gitu?"

Kael menoleh singkat, datar. "Lima. Hari."

Lovy menutup wajahnya dengan satu tangan. "Aku bahkan belum tahu lagu apa buat wedding dance…" ucapnya random. Padahal dalam hatinya berkata lain. "Bukannya di surat wasiat nenek, waktu menuju pernikahan itu enam bulan? Kenapa justru mereka mempercepatnya menjadi lima hari! Bagaimana ini!" jerit batinnya.

Isabelle melanjutkan, "Kami berharap semua tamu dapat hadir pada hari itu. Ini bukan hanya pernikahan—ini penyatuan dua keluarga yang sudah lama memiliki ikatan."

Tepuk tangan terdengar. Tapi Lovy bisa merasakan—di balik tepuk tangan itu ada rasa ingin tahu, gosip, bahkan sedikit intrik.

Beberapa tamu mendekat setelah pengumuman. Ada yang mengucapkan selamat, ada yang jelas ingin tahu lebih banyak.

Lord Harrington mendekat duluan. "Ah, jadi kalian akan menikah dalam lima hari. Luar biasa… cepat."

Madame Renée tersenyum lebar. "Oh, mon dieu… gadis ini akan menjadi Madame Evander dalam seminggu. C’est magnifique!"

Lovy hanya bisa tersenyum dan mengucapkan terima kasih, walau di kepalanya: aku bahkan belum siap belajar tanda tangan baru pakai nama belakang Evander.

Samuel mendekat, menepuk bahu Lovy. "Selamat, sepupu. Kamu baru saja jadi bahan gosip internasional."

Lovy menoleh, sarkastis, "Terima kasih, Samuel. Aku selalu bermimpi jadi headline tabloid."

Sementara Lovy sibuk menanggapi ucapan selamat, di sudut aula Damian berbicara singkat dengan Kael. Suaranya rendah, tapi wajahnya serius.

"Kael, kita akan bicara soal detail warisan setelah pesta. Jangan di depan tamu."

Kael mengangguk, rahangnya mengeras. "Aku mengerti."

Isabelle ikut menambahkan dengan suara lembut tapi tegas. "Dan jangan biarkan Lovy tahu dulu. Setidaknya… belum saatnya."

Kael hanya mengangguk lagi. Tapi dari sorot matanya jelas: ini bukan rahasia kecil. Apalagi ia punya rencana sendiri tentang wasiat itu yang di ketahui dan disetujui orang tuanya.

****

Lovy berdiri di tengah aula, dikelilingi tamu, senyumnya masih terpasang meski wajahnya mulai terasa pegal. Kael berdiri di sampingnya setelah tadi meninggalkannya untuk berbicara dengan damian. Wajahnya terlihat tenang tapi tegang.

Lovy menoleh pada Kael, berbisik, "Kael…"

"Hm?"

"Aku bahkan belum punya gaun nikah…" suaranya lirih.

Kael menatapnya. "Itu hal kecil, Lovy."

Lovy menghela napas panjang, setengah panik setengah pasrah. "Hal kecil? Buatku itu hal BESAR."

Kael hanya menatapnya tenang. Tapi di balik ketenangan itu, Lovy merasakan sesuatu.

Bahwa malam ini baru awal.

Bahwa pesta ini hanyalah prolog untuk badai yang akan datang.

Dan Lovy, entah siap atau tidak… sudah terjebak di tengahnya. Batinnya mulai berisik, "Padahal aku sudah berusaha bersikap kayak cewek kampungan saat melihat kemewahan Evender biar bikin Kael ilfil. Tapi kenapa pria ini sepertinya tidak ada tanda tanda mau membatalkan pernikahan? Bahkan tetap tenang saat pengumuman pernikahan yang akan di lakukan 5 hari lagi."

Ia menghela nafas lelah. Sebenernya bukan gaun yang membuatnya khawatir, tapi keyakinannya yang makin minus untuk bergabung dengan keluarga Evender. Apalagi saat melihat banyak rahasia dan intrik di keluarga ini. Tapi ia gak bisa bohong, kalau mulai menyukai Kael yang wajahnya sangat tampan.

Hanya saja pikiran Lovy mungkin mereka masih bisa pdkt dulu. Ia bisa pamer ke William kalau punya tunangan setampan Kael. Bisa memanfatkan waktu lima bulan kedepan dengan sebaiknya. Toh, wasiat Neneknya memberinya waktu enam bulan untuk menikah dengan Kael kan? Sejujurnya ia masih sedikit trauma dengan penghianatan William padanya. Apalagi Kael yang seorang "Casanova dingin".

Tapi Lovy tidak tahu… di sudut aula, ada tatapan lain yang mengawasinya sejak tadi. Tatapan yang membawa badai yang tak bisa ia hindari.

 .

.

.

...****************...

[Catatan Penulis]

Halo pembaca! Di bab ini ada istilah "Mon dieu" berasal dari bahasa Prancis artinya secara harfiah: Ya Tuhan! "C’est magnifique" artinya luar biasa.

1
Rihana
buset kaya bener 🤣🤣🤣
Rihana
seret bang muel adek mu itu 🤣
Rihana
kenapa yah yang baca kurang, padahal tulisannya bagus, rapi, sesuai peubi, typonya gak banyak, pokoknya bagus lah. dan updatenya juga rutin. aku suka banget, smoga makin banyak yang baca yah kak 🩷
Rihana
ini karakter lovy, cegil bucin 😭😭😭
Rihana
gak berasa udah sampai sini wkwk... penasaran. aku lanjut duluu. alurnya menarik
Rihana
awal yang menarik
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
aku udah kirim satu kopi yah, biar gak ngantuk thor
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
Si lovy gak nyangka sekeren ini tapi si kael kenapa yah perginya. aduhhh kasian banget di tinggal di hari pernikahan😭
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
up kak
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
Satpam😭 GGS INI MAH (ganteng ganteng satpam)/Drool/
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
nemu sampah di mana sih lovy 😭 kok bisa pacaran 8 tahun woy kayak kredit rumah
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
akhirnya putus, lagian kok sanggup sih pacaran 8 tahun?
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
syukur deh samuel. seret aja tuh lovy, dari pada makin akut bucinnya
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
bucin akut wehhh😭
Saidil M🍇
gilas banget bisa ngasi hadiah segitunya si donovan. berartu dia udah mempelajari kesukaan lovy aka targetnya? keren sih, suka banget kakak penulisnya creazy up terus.... jadi maraton bacanyaaa enak bangettt 😍😍😍 lanjut kak
Saidil M🍇
meskipun terlambat, kuucapkan selamat atas pernikahanmu lovy dan kael 😍 sekarang aku maratoon bacanya
Saidil M🍇
terharu gueee makk😭
Saidil M🍇
syegi ini jadi sahabat asik banget. bisa nyairin suasana woy.... mau sahabat kayak dia😭
Saidil M🍇
hahahaha mau ciuman gak jadi 🤣🤣🤣
Saidil M🍇
barang bawaan syegi astaga😭 inj orang gue kira kalem di awal. ternyata kalem kalem sama aja kayak lovy, pantesan sahabatan 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!