The Royals

SANDIWARA SEMATA

Kalindi meletakkan piringnya, bersendawa kecil dan tersenyum ramah menatap ke Kaira yang hanya memakan dua suapan buah potong.

“Baiklah! Kita bisa mengobrol sekarang! Kau yakin tidak ingin membuat perutmu kenyang?!”

“Tidak... Ini sudah cukup. Anda ingin mengobrol apa?” tanya Kaira.

Kalindi menumpuk telapak tangan kanannya ke punggung tangan kirinya yang di atas meja. “Mari kita.... Berteman!” ucap Kalindi dengan wajah tegang sehingga senyumannya nampak aneh.

“Maaf, aku tidak begitu faham.”

“Kaira! Sejak kau datang kemari, aku selalu buruk Dimata mu bukan. sekarang... Ada baiknya jika kita memperbaiki hubungan ini dan menjalin kekeluargaan dengan erat dan damai. Sehingga kita bisa menutupi satu sama lain keburukan-keburukan di sini dan membangun kebaikan-kebaikan untuk Archipelago Attar! Bagaimana?!” jelas Kalindi menatap lekat Kaira seraya tersenyum lebar hingga terlihat gigi rancaknya, serta kedua tangannya yang menyatu tulus.

Kaira menunduk sembari tersenyum kecil, lalu kembali menatap Kalindi. “Jadi hubungan erat keluarga ini, hanya untuk saling menutupi keburukan termasuk kejahatan yang ada di sini?”

Senyum Kalindi langsung hilang dan berganti wajah bingung. “Ma-maksudku... Tidak hanya itu saja, itu hanya contoh tapi di sini tidak ada kejahatan apapun— ”

“Jika tidak ada kejahatan apapun, bagaimana mungkin pelayan itu memilih bunuh diri setelah dia memberikan jamu kepadaku untuk ibu Kusuma? Kenapa harus saat kerusuhan itu terjadi?” tegas Kaira yang memancing emosi Kalindi.

Kini wanita berkebaya putih itu berpaling malas dengan wajah sombong dan pasrah. “Ya. Karena begitulah tugas pelayan. Mereka rela dan harus siap melakukannya dengan gaji yang setimpal.”

Kaira terdiam dan tersenyum miris. “Terima kasih obrolannya. Aku permisi.”

Kaira segera beranjak pergi dari sana, dia bahkan mengabaikan panggilan Kalindi sampai wanita itu menggebrak kesal meja dan mendengus kesal. “Ssssshit!!!” umpatnya kesal dan mencoba tenang.

Kaira yang berjalan hendak menuju ke kamarnya lagi, tiba-tiba Lela memanggilnya dan menghampirinya seraya tersenyum lebar.

“Ini, pakaian untuk malam ini. Temanku akan datang dan ingin bertemu denganmu! Jika keberatan— ”

“Tidak. Aku sudah mengatakannya sejak awal, aku mengisi pertanyaan mu, itu artinya aku setuju!” kata Kaira tersenyum, sehingga Lela ikut tersenyum ramah.

“Kau sangat baik. Aku pastikan teman-teman ku akan menjaga sikap nya terhadap mu!” ucap Lela yang segera pergi karena dia sibuk.

Sementara Kaira hanya tersenyum tipis dan menatap ke pakaian dengan warna hitam, sebuah dress cantik.

.

.

.

Menjelang malam, ketika Kaira mengenakan pakaian yang di berikan oleh Lela, ia berpapasan dengan Kairo yang baru saja pulang dari kantor. Sejenak, pria itu menatapnya dan berjalan melengos.

“Kau akan menemui Lela dan teman-temannya?” tanya Kairo membuat langkah Kaira terhenti dan berbalik menatapnya.

“Iya.”

Pria itu menatap dirinya di pantulan cermin seraya melepas arlojinya dan kemeja putihnya, sehingga ia bertelanjang dada dan membuat Kaira berpaling meski tubuh suaminya itu sangat menggoda, sixpack dan kekar.

“Tunggu di sini, kita akan pergi bersama. Mereka ingin melihat kita.” Ucap Kairo yang berbalik menatap istrinya yang masih berpaling darinya.

“Ya.” Jawab singkat Kaira, sehingga Kairo langsung pergi ke kamar mandi.

Sementara di ruangan lain, Caesar tengah bersantai bersama Raziq sambil menatap keluasan mansion Archipelago Attar yang sungguh megah dengan gemerlap lampu emas yang membuat tempat itu mewah bak istana di malam hari.

“Aku tidak sabar menunggu semua ini!” ucap Caesar tersenyum miring seraya menikmati wine.

“Untuk mendapat sesuatu sebesar ini, maka diperlukan kesabaran yang besar.” Ucap Raziq yang hanya membuat Caesar menyeringai kecil.

Sampai kudanya melihat kehadiran Kairo dan Kaira yang bergandengan tangan menemui teman-teman Lela yang sudah menunggu di gazebo halaman mansion.

“Sepertinya satu parasit sangat membandel untuk disingkirkan.” Ujar Caesar meneguk lagi minumannya.

Raziq juga berpikir hal yang sama. Ketenangan Kairo tak bisa diremehkan, pria itu diam-diam akan mengancurkan semuanya jika mereka lengah.

Melihat pengantin baru Archipelago Attar, membuat teman-teman Lela ikut senang serta iri, terutama para gadis-gadis itu yang sangat menyukai ketampanan Kairo sejak lama.

“Mereka akan sadar jika kau tidak tersenyum.” Ucap Kaira dengan sindiran halus.

“Aku bisa mengelabui mu, kenapa tidak dengan mereka?” balas Kairo yang kini mereka berdua saling menatap serius sampai suara Lela membaut mereka sama-sama berpaling dan fokus ke depan.

Sungguh, jika mengingat itu, Kaira merasa marah dan kesal sendiri. Namun kini dia harus menutupi dengan senyumannya serta tangan kiri yang masih merangkul lengan Kairo bak sepasang kekasih yang jatuh cinta bersama.

“Sudah kubilang, mereka sangat serasi bukan!” ucap Lela kepada teman-temannya yang akan memulai membuat konten mereka seperti sebuah podcast.

Melihat warna pakaian yang sama membuat mata memandang iri. Ketampanan dan kecantikan Kairo serta Kaira benar-benar sangat serasi, apalagi Kaira yang hanya gadis sederhana.

“Kalian sangat terlihat cocok!” ucap salah satu teman Lela yang merupakan penggemar Kairo.

Tentu, mereka memulai tanya jawabanya saat itu juga. Jawaban yang Kairo berikan benar-benar seperti nyata, namun tidak bagi Kaira. Karena dia tahu kalau semuanya hanyalah sandiwara saja.

“Bagaimana Anda? Bagaimana menurutmu sikap dari tuan Kairo?! Jika tuan Kairo saja tahu tentang dirimu, apakah kamu juga tahu tentang nya?” tanya teman Lela yang kini membuat Kaira terdiam.

“Ya. Tapi dia sulit ditebak!” balas Kaira sehingga mereka yang mendengarnya diam, termasuk Kairo. Namun pria itu tak terlihat marah, hanya diam mendengarkan perkataan istrinya.

Sementara di arah teras mansion yang mewah, Kalindi berniat berjalan-jalan bersama Raka. Namun langkahnya terhenti saat dia melihat keberadaan Kairo dan Kaira di gazebo bersama Lela dan temannya.

“Cih, pasangan yang serasi, itu sebabnya mereka diwawancarai oleh Lela, daripada mewawancarai ku.” Gerutu Kalindi tak terima dan menatap sinis namun juga penasaran.

“Ah, mereka sesasi hanya di luar saja Nyonya. Aku sering melihat tuan Kairo berpindah kamar setiap malam, tidak satu kali dua kali.” Kata Raka dengan mulut lemesnya.

Mendengar itu, Kalindi langsung menoleh ke arahnya. “Apa kau yakin? Kenapa Kairo pindah kamar?”

“Saya tidak tahu, tapi yang pasti... Aku rasa tuan Kairo tidak benar-benar mencintai wanita itu.” Jelas Raka semakin membuat Kalindi bertanya-tanya hingga menyeringai kecil.

“Ayo!” ajaknya yang mulai menghampiri gazebo.

“Bisa satu pertanyaan lagi jika kalian tidak keberatan?!” kata Erika teman dekat Lela yang benar-benar masih tidak puas menanyai sepasang suami-istri itu.

Baik Kaira maupun Kairo, keduanya setuju.

“Bagaimana romantisnya malam pertama kalinya? Tidak perlu tentang keintiman, hanya ceritakan momen romantis nya saja menurut kalian!”

“Itu pertanyaan yang sulit untuk mereka berdua jawab jika keduanya pisah kamar kan!!” jawab Kalindi yang datang tak diundang bak jalangkung.

Lela yang melihat ibunya saja muak sendiri, namun dia tahu kalau dia tak bisa menghentikan ibunya itu.

Tentu, hal itu membuat teman-teman Lela saling memandang penuh tanya dan heran. Sementara Kalindi masih tersenyum lebar tak berdosa.

“Hubungan dan keromantisan tidak dilihat dari apakah sepasang kekasih itu tidur di satu kamar.” Balas Kairo dengan nada santai hingga pria itu mencium bibir Kaira dengan singkat dan saat itu juga. Namun ciumannya sangat dalam dan terasa jelas.

“Apa itu bukan disebut romantis?!” ucap Kairo.

pemandangan tadi membuat teman Lela senyum-senyum sendiri, namun membuat Kalindi melotot kaget saat melihat ciuman tadi. Saking terkejutnya dia.