NovelToon NovelToon
Bu Guru, I Love You

Bu Guru, I Love You

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dede Dewi

Menjadi seorang Guru adalah panggilan hati. Dengan gaji yang tak banyak, tetapi banyak amanah. Itulah pilihan seorang gadis bernama Diajeng Rahayu. Putri dari seorang pedagang batik di pasar Klewer, dan lahir dari rahim seorang ibu yang kala itu berprofesi sebagai sinden, di sebuah komunitas karawitan.
Dari perjalanannya menjadi seorang guru bahasa Jawa, Diajeng dipertemukan dengan seorang murid yang cukup berkesan baginya. Hingga di suatu ketika, Diajeng dipertemukan kembali dengan muridnya, dengan penampilan yang berbeda, dengan suasana hati yang berbeda pula, di acara pernikahan mantan kekasih Diajeng.
Bagaimana perjalanan cinta Diajeng? Mari kita ikuti cerita karya Dede Dewi kali ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dede Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tragedi Tengah Malam

"Pak Adnan... ini saya. Ajeng." Diajeng membisikkan kata itu di telinga Adnan, dan beberapa kali lafadz doa dan alfatihah untuk Adnan. Dan cukup tiga kali bisikan, Adnan sudah tampak sadar dari pingsannya. Kedua matanya mulai terbuka, mencari sosok pemilik suara tadi, namun ketika pandangan sudah mulai jelas, Diajeng sudah keluar dari ruangan untuk menghubungi dokter.

"Mas, ini aku Mika, istrimu. Syukurlah, kamu sudah sadar." kata Mika yang langsung duduk berdiri di samping Adnan dengan mencondongkan wajahnya mendekat Adnan.

"Ajeng?" lirih Adnan, membuat Mika semakin berkobar emosinya. Mika hampir melontarkan amarahnya kepada Adnan, tetapi bu Indri memegang pundak Mika, mencoba menenangkan.

Tak menunggu waktu lama, perawat dan dokter telah tiba di ruangan Adnan. Diajeng hanya mengikuti sampai depan pintu, tanpa turut serta masuk. Saat dokter dan perawat masuk untuk mengecek kondisi Adnan, keluarga diharapkan untuk keluar dahulu.

"Pak Adnan sudah sadar, saya pamit." kata Diajeng dingin.

"Ya, bagus lah kamu mengerti." jawab Mika dengan sinis.

"Assalamu'alaikum." ucap Diajeng sambil melangkah pergi meninggalkan bangsal.

Diajeng memasuki lift, memencet tombok G. untuk menuju baseman. Setelah sampai di baseman, Diajeng segera memasuki mobilnya dan melajukannya perlahan meninggalkan Rumah sakit.

Diajeng tak sadar telah melewati jalur sepi, jalur yang tak seharusnya dia ambil ketika jam malam seperti ini, karena sedari tadi Diajeng memikirkan tentang Adnan, hingga tak disadarinya ada segerombolan preman sudah menahan jalannya. Diajeng melihat dari balik kaca mobilnya, itu preman yang biasa membegal orang. Tampak dari dalam, mereka berwajah sangar, dengan membawa benda di tangan. Diajeng dengan panik, segera mengambil ponselnya dan mencoba untuk mencari pertolongan.

"Mas Bayu." gumam Diajeng.

Tuuut... Tampak Bayu sepertinya tidak stay HP, masih dalam kepanikan, Diajeng mencoba memanggil orang lain, Adnan, lalu dia beristighfar, karena nama Adnan masih di kontak atas. Kemudian Diajeng teringat dengan Muridnya yang terkenal sering Begadang, Hari. Dan panggilan langsung terambung.

"Halo, Hari."

'Ya bu, Ada apa?'

"Saya butuh pertolonganmu Hari. Ini saya di hadang sekelompok preman. Tolong bantu saya Hari." pinta Diajeng dengan wajah panik.

'Share lok ya bu!' pinta Hari dari seberang.

Di tengah kepanikannya karena kaca jendela di gedor-gedor, dan Mulai mengeluarkan alat tajam, Diajeng langsung menshare lokasinya kepada Hari.

Diajeng berusaha tetap bertahan di dalam, apapun resikonya, dia tidak perduli mobilnya dilukai oleh mereka, yang jelas, dirinya tidak tersentuh oleh mereka.

Saat benda tajam menghantam mobil dan memecahkan kaca jendela pintu mobilnya, Diajeng memejamkan matanya, lalu seketika itu juga terdengar sayub-sayub suara seseorang menghajar preman-preman itu.

Bugh bugh bugh

Baku hantam terdengar oleh Diajeng, dia merasakan mobilnya tidak bergoyang seperti tadi lagi, karena ulah para preman. Diajeng membuka matanya, dan tampak di hadapannya pertunjukan silat di sana. Eh, bukan silat, lebih ke ajang bela diri. Seseorang tampak melawan beberapa orang di sana. Diajeng yang merasa ketakutan, hanya bisa melihat dari dalam mobil tanpa berani keluar dari mobil milik bapaknya.

Diajeng mengira, bahwa orang yang melawan para preman itu adalah Hari, muridnya yang baru saja dia telpon. Tetapi, sebentar kemudian, para preman itu di hajar oleh beberapa orang yang baru datang, saat itulah, Diajeng melihat ke arah segerombolan preman lain yang datang dengan konvoi motor mereka. Saat Diajeng melihat komplotan yang baru datang, dia menyadari ada Hari di sana.

"Kalau itu Hari, lalu siapa laki-laki yang menghajar para preman itu seorang diri?" batin Diajeng. Diajeng pun terdorong untuk keluar dari mobilnya, melihat orang yang sudah menolongnya, disaat dia dalam bahaya.

Diajeng mendekati laki-laki yang terduduk sambil memegang perutnya yang mungkin terasa sakit, karena mendapat pukulan berkali-kali dari para preman tadi.

"Astaghfirullah, mas. Maaf mas, gara-gara saya mas jadi terluka." panik Diajeng sambil mendekati laki-laki itu dengan kotak obat di tangan, yang selalu dia bawa di mobilnya. Meski Diajeng bukan seorang dokter atau ahli medis, tetapi Diajeng termasuk orang yang selalu waspada dengan alat kesehatan, supaya bisa menjadi pertolongan pertama.

Saat Diajeng mendekat, laki-laki itu menoleh ke arah Diajeng. Dan betapa terkejutnya Diajeng dan laki-laki itu saat pandangan mereka saling bertemu.

"Bu Ajeng?" gumam laki-laki itu yang ternyata itu adalah muridnya Raka.

"Lhoh, Raka?" tampak sekali Diajeng terkejut saat melihat laki-laki dihadapannya itu adalah muridnya sendiri.

"Yaa Allah Ka, sini saya obati dulu lukamu." kata Diajeng sambil sibuk membersihkan bekas luka di tangan Raka. Raka masih terus melihat Diajeng yang fokus mengobatinya.

"Sepertinya ini cukup dalam Ka, kita ke Klinik ya, Ka." kata Diajeng.

"Tidak perlu bu." jawab Raka.

"Bu Ajeng." panggil Hari setelah membereskan para preman tadi, lalu menghampiri Diajeng.

"Hari? Alhamdulillah, kamu datang di waktu yang tepat, Terimakasih ya." kata Diajeng tulus.

"Sama-sama bu." jawab Hari sambil mengibaskan pakaiannya yang kotor.

"Bu Ajeng gapapa?" tanya Hari dengan raut khawatir.

"Alhamdulillah, saya tidak apa-apa, Ri. Hanya mas Raka saja ini yang terluka." jawab Diajeng yang tadinya menoleh ke arah Hari, kini kembali menoleh ke arah lukanya Raka.

"Mas..." kata Hari menggantung.

"Raka." jawab Raka pelan.

"Oya, Mas Raka, masih kuat untuk pulang?" tanya Hari memastikan.

"Ya, saya bisa." jawab Raka sambil menarik lengannya yang tadi sempat kena benda tajamnya preman, yang sudah diobati Diajeng.

"Eh, belum selesai, Ka." protes Diajeng.

"Saya gapapa bu. Ini sudah cukup." jawab Raka tenang.

"Kalau begitu, bu Ajeng, kami antar pulang ya." kata Hari sambil melihat ke arah teman-temannya yang berdiri mengelilingi mereka.

"Eh, tidak usah Hari. Saya bisa pulang sendiri." tolak Diajeng.

"Bu Ajeng mau diserang lagi kaya tadi?" tanya Hari.

"Ehm..." Diajeng tampak ragu.

"Lagian kenapa sih Bu Ajeng lewat sini malam-malam? Bahaya tau bu." omel Hari.

"Ya... tadi... saya ga sadar lewat sini, niat hati juga mau lewat jalan raya, tapi engga tau kenapa, khodam saya malah ngajak mampir ke sini." kata Diajeng.

"Lah, kenapa jadi khodamnya yang disalahin?" protes Hari.

"Hehehe, kan saya ga sadar." jawab Diajeng nyengir kuda.

"Itu, kaya bukan mobil bu Ajeng." protes Hari melihat mobil Isuzu hitam.

"Iya, itu milik bapak."

"Ada beberapa kerusakan lho bu."

"Iya, gapapa Hari."

"Ya udah ayo pulang bu." kata Hari.

"Biar saya saja yang mengantarnya." kata Raka.

"Oh, ya. Mas Raka 'kan masih sakit, mas Raka naik mobilnya bu Ajeng aja, biar kami yang bawakan motor mas Raka." kata Hari.

"Ga usah, saya bisa sendiri." jawab Raka.

"Gapapa mas, kami ini bisa dipercaya kok, kami ga bakal bawa kabur motormu, aku ini muridnya bu Ajeng."

"Iya Ka, mending kamu ikut saya aja di mobil, biar motormu dibawa Hari." jawab Diajeng.

Karena merasa badannya masih terasa sakit, Raka akhirnya menurut. Lagipula, mengingat Diajeng yang hampir kena bahaya, dia memilih menemani bu guru kesayangannya itu di perjalanan.

"Baiklah." akhirnya Raka menurut

💜💜💜💜💜

Maaf Reader, beberapa hari saya tidak up. karena anak lagi sakit🙏

1
Etit Rostifah
lanjut, jadi penasaran ibu guru cantik n baik hati. semoga ibu guru Ajeng mendapat jodoh dari Allah yang sholeh.
Ibrahim Efendi
sm kyk ipar. MAUT!!...
Ibrahim Efendi
tu tau..... 😜
Ibrahim Efendi
😍😍😍 J E N G K O O O L L L . . .
Ibrahim Efendi
"buset dah! kirain ada petir" kata cicak 😜
Ibrahim Efendi
setiap orang yang telah melaksanakan kewajibannya dengan sebaik2nya, maka dia bukanlah beban. tapi bila melalaikan kewajibannya, maka dialah beban. siapapun dia.
Dede Dewi: MaasyaaAllah. Terimakasih atas pencerahannya pak... baarokallahufikum
total 1 replies
Punya Impian
gk gitu' bedmood aj bacanya klo gamon nya kelamaan' apalagi klo ud punya pasangan' pasangan nya siapa yg di pikirin dan di tangisin siapa😮‍💨
Punya Impian
kedepan nya ngk usah ada lebay pake drama nangis2 kak
Dede Dewi: kalau kakka diputua pacar, nangis ga kak?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!