“Diana … kamu akan diberi hukuman mati karena telah melakukan percobaan pembunuhan.”
Diana yang sudah sangat lemah diikat dan di arak ketengah tempat eksekusi. semua rakyat dan bangsawan melihatnya, mereka melemparnya dengan batu dan mengumpat kepadanya.
Kepala Diana ditaruh di tiang untuk di penggal.
Diana melihat kearah Wanita yang dicintai suaminya dan melihat ayah serta kakaknya yang masih tetap membencinya hingga akhir hayatnya.
“Kenapa kalian sangat membenciku?” gumam Diana.
Jika aku bisa mengulang waktu, maka aku tidak akan lagi mengemis cinta kepada kalian.
KRAK. Suara alat penggal terdengar keras memenggal kepala Diana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Kecantikan yang tersembunyi
Diana menuju istana masih menggunakan gaun pengantinnya.
Hari sudah mulai gelap, perjalanan mereka cukup jauh dari gereja menuju istana.
“Yang mulia … apa Anda lelah?” tanya Olim.
“Tidak,” jawab Diana. Lelah? Bisa dikatakan kalau dia justru lebih bersemangat.
Olim melihat wajah tuannya tidak terlihat sedih, itu cukup membuat Olim merasa lega.
Beberapa saat kemudian, mereka akhirnya sampai di istana.
Sama seperti di kehidupan sebelumnya, hanya Vilan yang menyambut kedatangannya. Diana tidak mempermasalahkannya. Vilan saja sudah cukup baginya, meskipun kebaikan Vilan lebih karena menjalankan tugas.
“Selamat datang, Yang Mulia … saya Vilan, kepala pelayan di istana ini,” ucap Vilan sambil memberi hormat.
“Terima kasih,” ucap Diana.
Vilan segera menyuruh beberapa prajurit untuk mengangkut barang bawaannya.
Diana melihat sekeliling lorong istana gedung miliknya. Ini adalah gedung yang diberikan Raja untuknya, namun dalam beberapa tahun lagi akan diberikan kepada wanita itu.
Vilan memperhatikan gerak-gerik Diana yang tenang. Apa dia tidak menanyakan tentang Putra Mahkota?
Vilan masih mengingat saat Putri Diana dulu mencari Putra Mahkota Rowan sebelum pernikahan. Mata itu penuh kekaguman dan cinta. Tapi sekarang? Vilan melirik Diana yang berbeda dari sebelumnya.
Diana merasakan tatapan Vilan. “Apa ada yang salah?” tanya Diana.
Vilan terkejut. “Tidak ada, Yang Mulia … maafkan aku,” ucap Vilan.
Diana mengabaikannya. Ia tahu apa yang dipikirkan Vilan, karena dirinya yang sekarang berbeda dengan yang dulu.
Setelah sampai di depan pintu kamar, Vilan segera pamit.
“Yang Mulia, maaf … Putra Mahkota saat ini sudah pergi untuk berperang,” ucap Vilan. Karena Putri Diana tidak menanyakannya, maka dia memberitahunya langsung.
“Baiklah,” jawab Diana.
Vilan terkejut dan menatap Diana.
“Apa ada yang lain?” tanya Diana.
“Ah … em … tidak, Yang Mulia,” ucap Vilan. Mengapa aku tiba-tiba gagap?
“Kalau begitu kau boleh pergi,” ucap Diana sambil berjalan memasuki kamarnya.
“Baik, Yang Mulia … selamat beristirahat.” Vilan segera pamit undur diri.
Olim membantu Diana mengganti gaun malam. “Yang Mulia,” panggil Olim, dia tidak ingin melihat tuannya sedih.
“Aku tidak apa-apa,” ucap Diana. Dia tahu apa yang Olim pikirkan.
“Kau beristirahatlah,” lanjutnya.
“Baik kalau begitu.” Olim segera meninggalkan Diana sendiri di dalam kamarnya.
Diana duduk di depan meja rias dan bercermin. Wajahnya sangat cantik, namun dia tidak memiliki aura yang memancar karena dulu selalu menundukkan kepalanya dan tidak percaya diri.
Diana mengingat krim yang dipakainya saat di dunia modern. Di sini dia hanya memiliki krim biasa yang efeknya pasti berbeda, karena di dunia modern menggunakan zat kimia.
Diana membuka penutup krim dan mengeluarkan sedikit serbuk bunga ke dalam krimnya. Ia tidak tahu apakah kekuatannya akan bermanfaat untuk kecantikan.
Diana memakai krim itu dan segera tidur agar efeknya lebih bagus.
Keesokan harinya, Diana bangun dengan badan yang lebih segar.
Diana mencium wangi bunga. Apa ini efek dari kekuatanku?
“Yang Mulia, apa Anda sudah bangun?” suara Olim terdengar dari luar pintu kamar Diana.
“Masuklah,” ucap Diana.
Olim membuka pintu dan melihat Diana duduk di atas kasur.
Diana melihat Olim dan tersenyum.
Olim terkejut. Apa wajah tuanku semakin cantik dalam semalam?
“Apa ada sesuatu di wajahku?” tanya Diana. Apa wajahku menjadi aneh? Aku belum melihat cermin.
“Tidak, Yang Mulia … Anda menjadi lebih cantik hari ini,” ucap Olim dengan tatapan kagum.
“Hahaha … benarkah?” Diana segera turun dan melihat wajahnya di cermin. Ya … sepertinya kekuatannya sangat berguna. Apa aku bisa memulai bisnis dari ini?
“Yang Mulia … kita harus bersiap untuk menemui Raja,” ucap Olim.
Diana terdiam sejenak.
“Bantu aku menyiapkan pakaian,” ucap Diana.
Diana segera mandi dengan air yang sudah disiapkan Olim.
Diana mencium parfum yang dimasukkan ke dalam air, wanginya tidak sewangi kekuatan bunganya. Ia segera mengeluarkan serbuk bunga dari tangannya dan memasukkannya ke dalam air. Ya … ini sangat wangi.
Beberapa saat kemudian, Diana telah selesai mandi.
“Yang Mulia … saya sudah menyiapkan gaun untuk Anda,” ucap Olim sambil mengambil gaun yang akan digunakan Diana.
“Jangan gunakan gaun itu,” ucap Diana.
“Apa?” tanya Olim. Bukankah ini gaun kesukaan Putri Diana?
“Gaun ini sudah ketinggalan zaman … aku tidak ingin menggunakannya,” ucap Diana lagi. Ia dulu berpenampilan sangat kuno, itu membuat dirinya semakin tertutup dan tidak terlihat oleh orang lain.
Diana membuka lemari yang telah disiapkan pihak istana.
Sraaak— begitu dibuka, Diana melihat banyak sekali gaun indah yang sudah tersedia. Sejak tinggal di zaman modern, dia sangat suka dengan fashion.
Diana mengambil gaun berwarna merah. Bukankah ini gaun yang akan digunakan oleh para penjahat dalam novel?
Olim terkejut. “Yang Mulia … apa Anda yakin ingin mengenakan ini?” tanya Olim. Gaun seperti ini sudah biasa di kalangan bangsawan. Tetapi bagi Putri Diana, gaun seperti ini cukup vulgar karena bahunya terlalu terbuka.
“Bukankah ini gaun yang sedang tren?” tanya Diana. Dia menyukai gaun ini, akan sangat bagus jika dia memakainya.
“Tren?” Olim bingung.
“Maksudku … populer,” ucap Diana. Ia harus menyesuaikan bahasa lagi, akibat hidup dalam tiga kehidupan.
“Kalau Anda yakin, maka saya akan berusaha membuat Yang Mulia terlihat cantik,” ucap Olim. Ini pertama kalinya dia mendandani Putri Diana dengan maksimal. Biasanya, Putri Diana menyukai riasan yang polos seperti tanpa makeup, sekarang dia sebagai pelayan pribadinya akan membuat semua orang terpana dan sadar akan kecantikan Putri Diana.
Melihat mata Olim yang membara, entah mengapa perasaan Diana tidak enak.
Olim memanggil para pelayan untuk membantunya menghias Putri Diana.
Semua orang sangat bersemangat karena ini pertama kalinya mereka mendandani seorang wanita semenjak Ratu meninggal.
Dua jam kemudian.
Diana merasa sangat lelah sekali, lain kali dia akan meminta agar tidak terlalu berlebihan.
Diana melihat ke cermin dan terkejut. Apa benar ini aku?!!
“Waaah … Yang Mulia, Anda sangat cantik,” ucap para pelayan dengan kagum. Usaha mereka akhirnya membuahkan hasil.
“Terima kasih semuanya,” ucap Diana dengan senyum manis.
Semua orang terpana dan wajah mereka memerah. Ini terlalu cantik.
Saat ini Diana menggunakan gaun merah dengan bahu terbuka, dihiasi manik-manik emas bermotif kupu-kupu. Terlihat mewah namun tetap elegan dan indah. Rambut Diana diikat sebagian dan membiarkan sebagian lainnya terurai memperlihatkan gelombang indah.
Rambutnya bergelombang berwarna blonde dan mata berwarna hijau, melambangkan bahwa dia berasal dari keluarga Eldenhart. Dia bersyukur kedua orang tuanya memiliki penampilan yang indah.
“Yang Mulia … semua sudah siap,” ucap Olim.
Diana menatap cermin lagi dan memegang wajahnya. Ya … ini sempurna. Aku harus membuat kesan yang sangat baik di depan orang-orang sebelum wanita itu datang.
jangan lengah jangan lelah