Ayuna Sekar, gadis yatim piatu yang tulus dan pekerja keras, dikhianati oleh tunangannya sendiri—pria yang selama ini ia biayai hidup dan kuliahnya. Di hari pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagianya, ia justru dipermalukan dan dihina hingga mengalami serangan jantung.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua—kembali tiga hari sebelum hari itu. Kali ini, Ayuna membalikkan takdir. Ia membatalkan pernikahan dan nekat menikahi seorang satpam tampan bernama Arjuna.
Tanpa ia tahu, Arjuna adalah seorang miliarder yang menyamar. Pernikahan sederhana mereka penuh tawa, cinta, dan kejutan. Dan Ayuna akan membuktikan bahwa cinta sejati tak pernah butuh harta... tapi hati yang setia.
Ayo ikuti keseruan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 20 Ulang Tahun Sekar ke-6
Beberapa Minggu Kemudian
Halaman rumah Arjuna disulap menjadi taman bermain kecil bertema "Princess dan Astronot", dua hal yang paling disukai Sekar. Ada balon-balon warna pastel, kastil tiup, dan tenda kecil yang dihiasi lampu kelap-kelip.
Ayuna sibuk mengatur meja kue sambil sesekali menengok Sekar yang sedang bermain rumah-rumahan bersama sepupu-sepupunya.
“Sayang, ini boneka alien kamu tinggal di kursi. Nanti dia sedih,” kata sepupu Sekar, Rio, yang usianya setahun lebih tua.
“Itu bukan alien, itu sahabat astronotku!” jawab Sekar dengan gaya dramatis ala aktris cilik.
Arjuna mengawasi dari kejauhan sambil menggendong kamera. Ia kini hobi memotret kegiatan Sekar dan punya galeri digital khusus bernama “Senyum Sekar”.
Di tengah keriuhan pesta, Sekar memanggil Ayuna dan Arjuna ke depan.
“Mama, Papa, aku mau nyanyi lagu ulang tahun sendiri ya!”
Semua tamu tertawa dan bertepuk tangan.
Sekar pun menyanyikan lagu ulang tahun versinya sendiri:
🎵 “Hari ini hari ulang tahunku…
Aku tambah pinter dan tambah tinggi…
Mama Papa, terima kasih yaaa…
Sudah sayang sama aku setiap harinyaaa…” 🎵
Air mata Ayuna jatuh pelan. Arjuna menggenggam tangannya.
“Lihat, Mas… anak kita tumbuh luar biasa,” bisiknya haru.
Arjuna mencium puncak kepala Ayuna. “Karena dia punya ibu sehebat kamu.”
Satu Bulan Kemudian – Kejutan Kecil
Suatu sore, Sekar pulang dari sekolah dengan wajah cemberut. Ia langsung duduk di ruang tamu dengan tangan terlipat.
“Ada apa, Putri Papa?” tanya Arjuna sambil duduk di sebelahnya.
“Temen-temen Sekar bilang… Sekar nggak punya adik, jadi nggak bisa main ‘keluarga-keluargaan’ yang lengkap!”
Arjuna terdiam, lalu menatap Ayuna yang baru datang dari dapur membawa camilan.
“Ma, gimana ya… kalau kita kasih kejutan buat Sekar?” tanya Arjuna dengan nada menggoda.
Ayuna tertawa kecil, lalu duduk di sebelah mereka.
“Sekar… kamu mau jadi kakak, nggak?” tanya Ayuna perlahan.
Mata Sekar langsung membesar. “Beneran? Ada bayi lagi di perut Mama?!”
Ayuna mengangguk.
Sekar melompat dari sofa, lalu menempelkan telinganya ke perut Ayuna. “Halo adek, ini kakak Sekar. Nanti kita main bareng ya, tapi jangan rebut boneka aku!”
Ayuna, Arjuna, Sekar, dan keluarga besar mereka diundang untuk menghadiri penghargaan tahunan di mana yayasan Ayuna memenangkan penghargaan “Keluarga Inspiratif Nasional”.
Acara berlangsung di auditorium besar, dan Sekar ikut naik ke panggung saat Ayuna menerima penghargaan.
Saat giliran Ayuna memberi sambutan, Sekar mengambil mic lebih dulu:
“Terima kasih semuanya! Mama aku pahlawan. Papa aku pelindung. Dan aku? Aku CEO masa depan!”
Semua hadirin tertawa dan memberi standing ovation.
Malam Hari – Balkon Rumah
Angin malam bertiup pelan. Ayuna dan Arjuna duduk di balkon sambil menyaksikan bintang-bintang. Sekar sudah tertidur di dalam kamar, memeluk boneka kesayangannya seperti biasa.
“Mas… pernah bayangin nggak, kalau hidup kita nggak pernah bertemu?”
Arjuna menoleh, tersenyum. “Pernah. Dan rasanya… kosong.”
Ayuna bersandar di bahunya. “Terima kasih sudah bertahan denganku. Lewat semuanya.”
Arjuna menggenggam tangan istrinya. “Terima kasih juga… karena kamu mengubah rumah ini jadi hidup. Dan Sekar… jadi alasan kenapa aku bangun setiap pagi dengan senyum.”
Di dalam kamar, Sekar tidur dengan senyum di wajahnya, seolah mimpi indah sedang menyapanya.
Di luar, langit malam Jakarta kembali tenang — membawa pesan sederhana:
Bahagia tak harus besar.
Cukup hadir, cukup cinta, dan cukup satu keluarga yang tak pernah berhenti saling memilih.
bersambung
lanjut