Dunia Isani seakan runtuh saat Yumi, kakak tirinya, mengandung benih dari calon suaminya. Pernikahan bersama Dafa yang sudah di depan mata, hancur seketika.
"Aku bahagia," Yumi tersenyum seraya mengelus perutnya. "Akhirnya aku bisa membalaskan dendam ibuku. Jika dulu ibumu merebut ayahku, sekarang, aku yang merebut calon suamimu."
Disaat Isani terpuruk, Yusuf, bosnya di kantor, datang dengan sebuah penawaran. "Menikahlah dengaku, San. Balas pengkhianatan mereka dengan elegan. Tersenyum dan tegakkan kepalamu, tunjukkan jika kamu baik-baik saja."
Meski sejatinya Isani tidak mencintai Yusuf, ia terima tawaran bos yang telah lama menyukainya tersebut. Ingin menunjukkan pada Yumi, jika kehilangan Dafa bukanlah akhir baginya, justru sebaliknya, ia mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari Dafa.
Namun tanpa Isani ketahui, ternyata Yusuf tidak tulus, laki-laki tersebut juga menyimpan dendam padanya.
"Kamu akan merasakan neraka seperti yang ibuku rasakan Isani," Yusuf tersenyum miring.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
BYURR
Sani yang baru tertidur beberapa saat, gelagapan saat tubuhnya diguyur air satu ember. Matanya mengerjab melihat cahaya masuk dari celah pintu yang terbuka sedikit. Seperti, sekarang sudah pagi. Ia dikurung di dalam paviliun tersebut sejak kemarin siang tanpa makan dan minum.
Tangan Sani ditarik kasar oleh bodyguard yang kemarin menguncinya di paviliun. Dia di seret, dibawa keluar, lalu didorong kasar hingga tersungkur di kaki Yusuf.
"Astaga, kamu mandi apa Isani, bau sekali," Yusuf menjepit hidungnya dengan telunjuk dan ibu jari.
Isani tak tahu apa yang disiram ke tubuhnya tadi, yang pasti itu bukan air bersih, karena baunya menyengat. "Kenapa kau lakukan ini padaku?" ia yang masih terduduk di lantai, mendongak, menatap Yusuf nyalang.
Yusuf tersenyum sinis, membungkuk, lalu mencengkeram rahang Isani sampai wanita itu terlihat kesakitan. "Kamu ingin tahu kenapa hah?" matanya melotot. "Itu semua, karena kamu darah daging Erna," melepas cengkeraman tangannya sambil mendorong pipi Sani, lalu berdiri.
Isani memijat rahangnya yang terasa sakit, lalu tertawa. "Ha, hahaha." Ia tertawa terbahak-bahak lalu menangis. Akhirnya semua pertanyaannya terjawab, alasan Yusuf melakukan ini padanya. Lagi, dia harus dihukum karena kesalahan ibunya. Dengan sisa tenaga, Sani bangkit, berdiri di depan Yusuf, menatapnya. "Jadi kau kenal dengan mamaku?"
Kedua telapak tangan Yusuf terkepal kuat, rahangnya mengeras, dan nafasnya memburu. "Ja lang itu yang telah menghancurkan keluargaku. Dia telah memisahkan aku dengan ibuku," tekannya dengan mata mulai berkaca-kaca. Emosinya semakin naik saat teringat penderitaan ibunya. Ia memegang kedua bahu Sani, yang semakin lama, semakin kuat, menjadi sebuah cengkeraman, membuat Sani meringis kesakitan.
"Dia kan, bukan aku," ujar Sani lantang, berusaha melepaskan bahunya dari cengkeraman Yusuf. "Erna yang menghancurkan keluargamu, kenapa aku yang kamu balas?"
"Jawabannya sudah jelas, karena kamu anaknya. Dalam tubuhmu, mengalir darah ja lang itu."
Sani tertawa, tak menyangka hanya karena hal itu, keturunan, dia yang jadi pelampiasan. "Dimana Mamaku sekarang?" Sebenci apapun Sani pada ibunya, ia ingin bertemu dengan wanita itu. Ia ingin bertanya, kenapa dulu ia dilahirkan jika pada akhirnya, hanya dijadikan bulan-bulanan semua orang yang ingin membalas dendam.
"Kamu tak perlu tahu."
"Apa dia masih hidup?"
Yusuf hanya diam, membuang pandangan ke arah lain.
"Kenapa kamu tidak membalas sakit hatimu padanya, kenapa harus aku?"
Lagi-lagi, Yusuf tak menjawab.
"Aku akan mengajukan pembatalan pernikahan." ujar Sani mantap.
"Apa, pembatalan?" Yusuf kembali menatap Sani.
"Ya, aku akan mengajukan pembatalan pernikahan karena ada unsur kebohongan dalam pernikahan ini. Kamu menipuku," Sani mendorong dada Yusuf hingga laki-laki itu terhuyung ke belakang. "Selain melakukan penipuan, kamu juga melakukan KDRT. Alasan itu sudah cukup kuat untuk hakim memutuskan membatalkan pernikahan kita."
"Jangan harap!" tekan Yusuf, menatap Sani tajam. "Jangan harap kamu bisa lepas dari ku," menarik rambut Sani kebelakang.
"Lepas, lepasin," Sani berusaha berontak karena kulit kepalanya terasa panas.
Yusuf tersenyum puas melihat Sani kesakitan. "Awww!" ia menjerit dan reflek melepas rambut Sani saat kakinya diinjak dengan kuat oleh Sani.
"Jangan harap kamu bisa menindasku," bentak Isani.
Kedua telapak tangan Yusuf terkepal kuat, rahangnya mengeras. "Mau kemana?" ia menarik lengan Sani saat wanita itu hendak pergi.
"Aku mau pergi dari sini."
"Jangan mimpi," Yusuf mendelik tajam. "Kamu tak akan bisa lepas dariku Isani."
Sani tertawa cekikian. "Coba saja kalau bisa menahanku," ia berusaha menarik lengannya, namun susah sekali karena Yusuf terlalu kuat. "Lepasin aku anj...!" bentak Sani.
Yusuf tertawa ngakak melihat Sani marah. "Coba saja kalau bisa."
Dada Sani bergemuruh hebat. Ia menunduk dan langsung menggigit lengan Yusuf dengan sekuat tenaga. Ia sedang sangat lapar sekarang, tak ada salahnyakan, makan orang.
"Damn!" umpat Yusuf, melihat tangannya yang terasa perih. Sialan, lengannya sampai berdarah kena gigit Sani. "Kamu manusia atau vampir hah?"
"Mampus!" Sani segera pergi. Sialnya, kedua lengannya ditahan bodyguard, dia kembali diseret ke hadapan Yusuf.
Yusuf tersenyum melihat Sani tak berdaya. "Tinggalkan kami, jaga di pintu!"
Titah Yusuf tersebut langsung diangguki oleh kedua bodyguardnya.
"Astaga, mereka berdua sudah mirip dengan anjjjing peliharaan," Sani memperhatikan kedua bodyguard yang melangkah pergi ini.
"Semua bisa aku beli dengan uang," Yusuf tersenyum pongah.
"Iya, iya, aku percaya kamu kaya. Jangan-jangan, istri keduamu itu juga dapat dari beli," ejeknya sambil tertawa ngakak.
Yusuf mengepalkan telapak tangan, mendengus kesal. "Kamu tidak akan pernah membatalkan pernikahan ini Sani."
"Kenapa tidak, kamu fikir aku takut hah? Meski hakim bisa kamu beli juga, aku tidak takut."
"Benarkah?" Yusuf mendekatkan wajah ke telinga Sani. Ia tersenyum, lalu kembali memundurkan wajah. "Kamu tahu Isani, jika kamu ingin membatalkan pernikahan, itu artinya kamu harus siap mengembalikan semua mahar dariku, karena aku belum pernah menyentuhmu."
"Astaga!" Sani menepuk kening. Sekarang ia tahu, kalau tagihan hotel, kalung, semua itu akal-akalan Yusuf untuk menguras uang maharnya. "Aku bisa menjual kembali kalung itu."
Yusuf tertawa ngakak. "Coba saja kalau bisa. Itu kalung imitasi," ia makin terbahak-bahak.
"Bangsat kamu Yusuf!" teriak Sani, nafasnya sampai naik turun.
"Dan masih ada lagi," Yusuf mengambil ponsel di saku celananya. Membuka galeri, menujukkan foto sekksi Isani, juga rekaman video call mereka.
"Mau menekanku dengan itu," Sani malah ngakak. "Silakan aja kalau mau kamu sebarkan, aku gak takut." Sebagian dadanya memang terlihat di foto itu, tapi etidaknya, ia tak sampai telan jang. Malu-malu dikit gak apalah, daripada harus bersama Yusuf.
"Masih ada lagi." Yusuf kemudian menunjukkan sebuah video yang membuat mulut Isani terbuka lebar.
"Bangsat kamu Yusuf. Bangsat!" Sani berusaha merebut ponsel Yusuf, namun laki-laki itu berhasil menjauhkannya dengan mengangkat tinggi-tinggi. "Bajingan kamu!" telapak tangan Sani mengepal kuat. Video yang ditunjukkan Yusuf barusan, adalah videonya saat mandi di kamar Yusuf. Ternyata diam-diam, Yusuf menaruh kamera di kamar mandi.
"Sepertinya, aku akan makin kaya setelah menjual video ini ke situs dewasa."
"Bangsatt kamu. Bajingan!"
"Mau tahu lagi?"
"Astaga, apa lagi ya Allah," Sani rasanya frustasi, tak kuat menerima kejutan selanjutnya.
"Kemarin siang, Papamu telepon, dia minta kerjaan karena perusahaan tempatnya bekerja kolaps. Keputusan untuk memberi papamu pekerjaan atau tidak, ada di tanganmu. Dan... apa kamu siap dibully Yumi dan Dafa jika mereka tahu pernikahan kita berakhir hanya dalam seminggu?" ia tersenyum puas. "Isani," mendekatkan wajah ke telinga Isani. "Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita. Kecuali.... "
"Kecuali apa?"
Yusuf kembali berdiri tegak, tersenyum menatap Sani. "Kecuali maut memisahkan."
Sani tersenyum getir. "Baiklah, kalau begitu, aku pastikan kamu yang akan mati lebih dulu."
Tinggalkan rumah Ucup
ayo Sani....kamu pasti bisa....ini br sehari....yg bertahun tahun aja kamu sanggup