zaenab merasa ada yang salah ketika suaminya mengenal sosok pria tua misterius itu. namun zaenab tidak mau berburuk sangka dan menyangka hanya mungkin perasaannya saja. hari hari ia lewati dengan kecurigaan yang semakin ia yakini bahwa ini ada yang salah dan memperhitungkan bagian bagian yang janggal terhadap sikap suaminya termasuk ia melihat bahwa suaminya pulang membawa benda benda aneh.
mau tahu kelanjutanya? buka bab selanjutnya karena ini berdasarkan kisah nyata. selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uzae Nur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 20 asmat yang sedikit lebih muda
sejenak bu tuti melihat betapa buruknya gubuk yang di tinggali asmat. sungguh tempat tinggal yang tidak layak untuk di sebut rumah.
"hhuufftt.... semoga saja aku mendapat jalan keluar" bu tuti menghela nafas panjang
"assalamualaikum " bu tuti mengetuk pintu gubuk itu
tidak lama kemudian asmat muncul dari belakang gubuk dan melihat siapa yang datang saat siang seperti ini. ia berdiri di samping rumahnya dan memandang takjub kepada bu tuti.
"walaikumsalam neng..." ucap asmat sambil tersenyum ramah
"ehh ini kang... kang asmat nya ada?" tanya bu tuti
"iyaa... dengan saya sendiri" kata asmat dengan senyum
"oohh... maaf" bu tuti melihat sosok pria lusuh ala ala buruh tani yang belepotan seperti bekas tanah di sisi sisi celana dan kakinya.
"ada perlu apa? jika perlu dengan saya kenapa datangnya siang?"
"maap pak... eehh kang"
"panggil akang saja biar akrab"
"ehh.. i-iya... ini anu saya minta bantuannya kang asmat"
"mari kita bicara di dalam, tidak enak kalau ngobrolnya berdiri" ucap asmat dengan senyum giginya yang kusam
asmat membukakan pintu gubuknya itu dan mempersilahkan bu tuti masuk.
"mari duduk... maaf rumahnya sudah reot" ujar asmat yang memang rumahnya sudah tak layak huni itu.
bu tuti duduk di bangku kayu ruang tamu yang terlihat sudah kuno sekali. tidak ada spons di bangku yang ia duduki dan meja sudah usang karena warna peliturnya sudah memudar, ukiran ukiran sudah terisi dengan debu di sisi samping meja itu. di ruang tamu ini bu tuti mengamati betapa miskin sekali si asmat.
lantai pun masih tanah, sehingga biar masuk rumah pun harus memakai sendal. dinding bambu yang terlihat rapuh dan atap pun tidak ada, hanya genting yang masih memperlihatkan sinar matahari di celanya.
melihat pengedaran mata bu tuti asmat pun tahu apa yang ada di benak bu tuti
"jadi... apa yang bisa saya bantu?" tanya asmat
"eehh iya... begini saya ingin hidup bahagia kang" bu tuti bingung mau apa
"eehh hehehehe saya juga" asmat terkekeh
"ehh... gimana ya kang. begini" namun bu tuti menceritakan kisah pilunya
"hhmmmmbb" asmat mengangguk anggukan kepalanya paham
"saya ingin suami saya nurut sama saya kang, apapun yang saya katakan ia mau kerjakan hanya demi saya" ucap bu tuti menggebu gebu
"baik... bisa itu bisa. tapi tunggu sampai malam nanti. sekarang sampean tunggu saja disini. saya mau berkebun lagi, tak enak dengan juragan. dan maaf saya hanya punya air putih saja." ucap asmat sambil menyodorkan teko berisi air putih
hingga dua jam bu tuti duduk di bangku itu sampai terasa panas pinggang dan bokongnya.
waktu terasa begitu lama ketika hanya menunggu dan berdiam diri apalagi di dalam gubuk reot ini tidak ada televisi tidak ada yang bisa di lakukan.
akhirnya untuk mengusir rasa bosan bu tuti beranjak dari duduk nya dan meregangkan otot otot kaku nya.
ia melangkah keluar gubuk itu dan berjalan jalan melihat kebun yang di rawat asmat lumayan luas dengan berbagai macam tanaman sayuran dan buah lokal.
ada beberapa pekerja yang menggarap kebun tersebut dan salah satunya asmat.
***
hari telah beranjak sore, satu persatu buruh kebun meninggalkan pekerjaan mereka begitupun juga asmat.
tubuh penuh keringat dekil dengan debu kembali ke gubuknya.
Melihat bu tuti hanya duduk terdiam dengan segala kegalauan di ruang tamu sejak tadi siang.
asmat masuk tanpa berbasa-basi lalu menuju ke arah kamar mandi di rumahnya.
setelah mandi dan berpakaian rapi ala ala asmat. ia menemui bu tuti
"maaf ya neng... memang saya kalau buka praktek pas malam hari. karena kalau siang hari 'nabi' tidak mau datang. jadi siang hari saya buat kerja di kebun"
"iya kang... saya juga tidak tahu info lengkapnya. yang saya tahu pak asmat dukun sakti yang ada di desa ini."
"iya iyaa... rumahnya jauh ya neng?
"iya kang... lumayan lah ada dua jam naik bis kota"
"assalamualaikum..." ucap seseorang dari gubuk
"walaikumsalam, masuk lah mak ini tamu kita datangnya tadi siang. kasian nanti di arahkan ya mak" kata asmat
seorang perempuan tua renta yang bahkan tulang punggungnya sudah membungkuk masuk kedalam gubuk.
"iya iya... "
bu tuti agak ngeri melihatnya walau sudah tua sekali namun rambutnya masih hitam dan gigi nya masih utuh tak wajar seperti nenek nenek yang lain jika sudah renta membungkuk pasti rambut dan giginya pun beruban dan giginya sudah ompong.
"neng boleh tau siapa namanya?"
"saya tuti kang, umur saya tiga puluh lima tahun"
"ooh masih muda ya" dengan senyum yang sulit di artikan
asmat yang berusia lima puluh tahun ini memang kerap kali berganti ganti pasangan dan hanya memiliki satu orang anak perempuan saja namun sang anak di bawa oleh ibunya. saat ini asmat sedang menduda lagi.
"kang asmat tinggal sendiri?" tanya bu tuti penasaran karena sejak ia sampai datang ke gubuk ini asmat tidak berjumpa dengan anggota keluarga lainnya.
"iya neng... sebelumnya ada ibu saya. satu bulan kemarin ibu saya meninggal. nah ini kakak ibu saya yang rumahnya tak jauh dari kebun ini." terang asmat
"turut berduka cita ya kang... mangkanya saya heran dari tadi sepi."
asmat tersenyum sambil melinting rokok.
"neng... dari cerita suami neng ini nampaknya neng tuti ingin membalas dendam cuman dengan cara yang halus ya?"
"iya kang benar... setelah saya puan buat dia nurut nanti buat dia sakit" ucap bu tuti
"baiklah... saya masuk dulu ke kamar itu, kamu tunggu aba aba dari mak ning ini" asmat menunjuk ke perempuan renta itu
asmat masuk ke kamar yang hanya di sekat dengan kain gorden karena tidak ada pintu.
tak lama kemudian
GEDUBRRAAAKK GEDABRUUKK BRAAAK BRUUKK
" 'nabi' sudah datang neng tuti masuklah ke dalam kamar itu" ucap mak ning
"saya sendiri mak?" tanya bu tuti heran
"kan kamu yang punya niat, masuklah sebelum 'nabi' murka dan tidak mau membantu mu. dia bukan asmat, dia 'nabi' harus sopan" perintahnya.
"baik mak" bu tuti mengangguk patuh
bu tuti dengan langkah ragu melangkah ke kamar itu dia terbayang dengan kejadian kemarin. takut ada yang berbuat kurang ajar lagi.
ketika menyingkap kain gorden itu seketika aroma harum dupa menyambutnya padahal tadi tidak tercium bau apapun.
"assalamualaikum " ucap bu tuti. dengan spontan ia mengucapkan salam karena melihat sosok asmat duduk bersila menggunakan kain sorban yang di lilitkan di kepalanya.
padahal tadi sebelum masuk kamar saat berbincang asmat hanya memakai peci putih lusuh, kemeja hitam dan sarung.
"walaikumsalam warahmatullah" ucap sosok itu dengan suara berat
bu tuti masuk dan duduk berhadapan dengan pria itu. tak ada lampu di kamarnya. hanya pantulan cahaya dari luar kamar yang masuk melalu gorden tipis itu.
"baru pertama kali ini kamu datang?"
"i-iya k-kang" bu tuti tergagap
"hei... panggil aku 'nabi'. aku yang saat ini masuk ke tubuhnya. sembarangan!!" sosok itu membentak bu tuti.
sehingga bu tuti mengerjapkan matanya beberapa kali karena terkejut.
"i-iyaa 'nabi' maafkan saya"
"baiklah.... apa masalah mu? ceritakan"
bu tuti menceritakan kisah rumah tangganya yang kacau kepada sosok itu dan mengutarakan keinginannya.
halloo para readers... maaf ya kalau updatenya lamaaaaa karena terhalang malasnya mama author. mohon like dan dukungannya ya.... terimakasih semoga pembacanya sehat selaluuuu