Berkali-kali dikhianati membuat Marwah mengalami trauma, dia tidak mau menjalin hubungan dengan pria mana pun juga. Hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang pengusaha berkedok ustaz yang sedang mencari orang untuk mengurus ibunya.
Nahyan ternyata tidak jauh berbeda dengan Marwah. Keduanya tidak beruntung dalam hal percintaan.
Akankah Allah menjodohkan mereka berdua dan saling mengobati luka satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 Bismillah Cinta
"Sudah malam, tidurlah. Terima kasih sudah mau menerima aku, besok pagi aku akan menemui kedua orang tua kamu," ucap Nahyan lembut.
Marwah tersenyum dan mengangguk, dia pun bangkit dari duduknya. "Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Nahyan tersenyum sembari terus memperhatikan kepergian Marwah. Marwah masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan yang sangat bahagia. "Bismillah, semoga ini sebuah jawaban di setiap do'a-do'aku," batin Marwah.
***
Keesokan harinya....
Seperti janjinya, setelah selesai sarapan Nahyan mendatangi paviliun untuk menemui kedua orang tua Marwah. Ani dan Dadang sangat bahagia dengan pengakuan Nahyan. Nahyan juga membawa Halimah ikut serta di sana, supaya Halimah tahu maksud dan tujuan anaknya.
"Saya tidak mau lama-lama Pak, bagaimana kalau secepatnya saya dan Marwah menikah karena saya tidak mau lama-lama menjalin hubungan tanpa ikatan, itu hanya akan membuat dosa," ucap Nahyan mantap.
Dadang dan Ani saling pandang satu sama lain, lalu keduanya menoleh ke arah Marwah yang dari tadi menunduk. "Bagaimana Nak? Ustaz mau menikahi kamu, apa kamu bersedia? Bapak dan Ibu tidak akan memaksa, semua keputusan ada di tangan kamu," ucap Pak Dadang lembut.
Cukup lama Marwah terdiam, dia pun menghembuskan napasnya. Perlahan dia mengangkat kepalanya, dan menatap kedua orang tuanya, Halimah, dan terakhir kepada Nahyan. "Bismillah, aku terima," sahut Marwah.
"Alhamdulillah." Semuanya serempak mengucapkan Hamdallah.
Nahyan tersenyum begitu juga dengan Halimah. Berbeda dengan Dadang dan Ani sudah terlihat berkaca-kaca. "Ustaz, kami berharap besar kepada Ustaz untuk menyerahkan putri kami, tolong jaga Marwah dan bahagiakan dia," ucap Bu Ani dengan deraian air mata.
"Insya Allah Bu, karena janji saya kepada kalian sama halnya dengan janji saya kepada Allah. Jadi jika saya tidak menepatinya maka saya akan berdosa," sahut Nahyan mantap.
"Anak kami sederhana, mungkin tidak setara dengan Ustaz," tumpal Pak Dadang.
"Dia sederhana, tapi bagi saya dia begitu sangat istimewa," sahut Nahyan dengan senyumannya.
Marwah lagi-lagi menunduk, dia benar-benar malu dengan ucapan Nahyan yang selalu membuatnya salah tingkah. "Satu hal yang harus kalian tahu, saya jatuh cinta kepada Marwah bukan karena dia cantik, bukan pula karena dia baik, tapi karena Marwah mempunyai sesuatu yang jarang sekali orang miliki yaitu sebuah ketulusan," ucap Nahyan.
"Terima kasih Ustaz, sudah mau mencintai anak saya yang banyak kekurangan ini semoga kalian bahagia karena Marwah pantas mendapatkan kebahagiaan," ucap Pak Dadang dengan mata berkaca-kaca.
***
1 minggu kemudian....
Pagi ini Marwah dan Nahyan akan melaksanakan ijab Kabul. Mereka melaksanakan ijab Kabul secara sederhana hanya keluarga saja yang hadir. Mungkin jika Marwah mau, mereka akan melakukan resepsi untuk ke depannya karena Nahyan ingin halal terlebih dahulu.
Marwah menunggu di kamar, sedangkan Nahyan sudah bersiap-siap hendak mengucapkan ijab Kabul. Dengan satu kali tarikan napas, Nahyan berhasil mengucapkan ijab Kabul dengan lantang. Semua orang mengucapkan syukur, bahkan Dadang tidak bisa menahan air matanya saking bahagianya.
"Neng, ijabnya sudah selesai dan Neng disuruh ke depan," seru Bi Isah dengan senyumannya.
"Alhamdulillah," sahut Marwah.
"Nak, akhirnya sekarang kamu sudah menjadi seorang istri. Selamat ya, Nak semoga kamu bahagia karena kamu pantas mendapatkan kebahagiaan," ucap Bu Ani dengan deraian air matanya.
Marwah memeluk Ibunya dengan erat. "Ini seperti mimpi Bu, akhirnya Marwah sudah menjadi istri," sahut Marwah bahagia.
Isah yang melihat itu ikut meneteskan air mata. Marwah memakai gamis putih dengan dandanan sederhana, tapi Marwah begitu sangat cantik bahkan wajahnya terlihat bercahaya. Marwah melepaskan pelukannya dan beralih memeluk Namira.
"Umma kenapa nangis?" tanya Namira dengan lucunya.
"Umma bahagia, Nak," sahut Marwah dengan senyumannya.
Marwah, Ani, Namira, dan juga Isah berjalan menuju ruang tamu di mana akad dilaksanakan. Marwah berjalan dengan menunduk, bahkan tangannya sudah sangat dingin saking gugupnya. Berbeda dengan Nahyan yang tampak melongo melihat kedatangan Marwah, dia terkejut dengan kecantikan Marwah yang luar biasa itu.
Saat ini keduanya sudah berhadap-hadapan dan Marwah masih setia menunduk. "Nak, lihatlah sekarang pria yang ada di hadapan kamu sudah menjadi suamimu, ciumlah tangan suamimu," titah Pak Dadang.
Perlahan Marwah mengangkat kepalanya, jantungnya berdegup sangat kencang. Nahyan tersenyum kepada Marwah, tangan Marwah begitu sangat berat untuk menyentuh tangan Nahyan karena selama ini dia tidak pernah sekali pun bersentuhan dengan lawan jenis kecuali Bapaknya. "Ayo, Nak salim," bisik Ibu Ani.
Dengan tangan bergetar, dia pun mulai meraih tangan Nahyan. Nahyan bisa merasakan jika tangan Marwah begitu dingin bahkan bergetar hebat. Satu tangan Nahyan menyentuh kepala Marwah saat Marwah mulai mencium punggung tangan Nahyan.
"Sabar itu sulit tapi hadiahnya selangit, ikhlas itu pahit tapi endingnya selalu terbaik, teruslah berjalan nanti Allah selesaikan, teruslah usaha dan berdo'a nanti Allah mudahkan dan kabulkan. Tugasmu hanya yakin bahwa Allah selalu ada, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Aku mencintaimu tulus dan itu akan aku buktikan," ucap Nahyan.
Marwah mengangkat kepalanya, lagi-lagi air mata itu menetes. Nahyan dengan cepat menyeka air mata wanita yang sekarang sudah menjadi isterinya itu. "Aku mencintaimu bukan karena wajahmu, tapi aku mencintaimu karena hatiku tenang bila dekat denganmu. Dan satu hal yang harus kamu tahu, akan datang di mana masanya kamu akan dicintai dengan hebatnya oleh seseorang yang bersyukur memilikimu dan orang itu adalah aku," ucap Nahyan.
"Terima kasih Ustaz," sahut Marwah dengan suara bergetar.
Semua yang ada di sana ikut bahagia dan meneteskan air matanya. Setelah itu, Marwah menoleh ke arah Halimah yang dari tadi tersenyum bahagia. Marwah berlutut di hadapan Halimah dan Halimah mengusap kepala Marwah dengan penuh kasih sayang.
"Marwah, terima kasih karena kamu sudah mengubah saya. Kamu sudah membawa kebahagiaan ke dalam rumah ini, saya tidak meminta menantu yang lebih baik darimu karena bagi saya, kamu adalah wanita terbaik yang Allah kirim untuk menemani Nahyan," ucap Halimah dengan senyumannya.
Marwah kaget mendengar ucapan Halimah, sedangkan Nahyan menyunggingkan senyumannya. Setelah acara ijab Kabul selesai, Nahyan pun membawa Marwah ke dalam kamarnya. Marwah duduk di ujung ranjang dengan meremas kedua tangannya gugup.
Nahyan tahu Marwah gugup, dia pun berlutut di hadapan Marwah dan menggenggam kedua tangan Marwah. "Apa kamu bahagia?" tanya Nahyan.
Marwah menatap Nahyan. "Iya, Mas," sahut Marwah kaku.
Nahyan terkekeh, dia merasa lucu dengan jawaban kaku Marwah. "Bersiap-siaplah, sore ini kita berangkat," ucap Nahyan.
"Berangkat ke mana?" tanya Marwah mengerutkan keningnya.
"Kita Umrah sekalian bulan madu di sana," sahut Nahyan.
Marwah membelalakkan matanya. "Serius, Mas?" tanya Marwah tidak percaya.
"Kapan aku bohong."
Marwah sangat bahagia, dia pun reflek memeluk Nahyan membuat Nahyan melotot dan membeku di tempat. "Terima kasih, Mas. Dari dulu aku memang ingin pergi ke tanah suci," ucap Marwah bahagia.
Beberapa detik kemudian, Marwah tersadar dan melepaskan pelukannya. Dia langsung menunduk dengan wajah yang memerah menahan malu. "Maaf, Mas," lirih Marwah.
Akhirnya Nahyan terkekeh. "Masya Allah sekali," sahut Nahyan dengan tawa kecilnya.
*
*
*
Yang mau lihat ilustrasi dari Bismillah Cinta, bisa lihat di IG ku ya guys. ( Poppy.susanti.7927 )
kasihan blm dpt jodoh nya