Terjebak Dukun
Malam ini zaenab merasa risih saat kedatangan tamu seorang pria tua yang selalu membawa rokok kretek hasil pelintingannya sendiri. asap rokok yang mengepul membuat aroma tembakau menyeruak di depan halaman rumah zaenab dan merasuk ke dalam ruang tamu saking kuatnya. pria itu datang dengan motor butut tanpa body yang memperlihatkan mesin berkarat dan kabel kabel yang entah dimana susunannya. pria itu terlihat kumuh dengan kemeja hitam polos yang sudah mulai memudar di padu dengan sarung cap badak jongkok yang mulai mengambang kainnya karena sering terkena paparan sinar matahari. di samping pria itu terlihat istrinya berdiri sambil celingukan melihat lihat apa saja yang ada di halaman rumah. ia menggunakan gamis dan berjilbab berwarna terang senada dengan lipstik yang ia sapu di bibir tebalnya. ketika pandangan mata kedua orang itu bertemu dengan zaenab mereka tersenyum ramah lalu menghampiri si empunya rumah.
zaenab menghela nafas panjang sambil berbasa basi tentunya dengan senyum kepalsuan
" eh... ada pak asmat" sambut zaenab
"assalamualaikum mbak zaenab" kata asmat
"inggih (iya)... pak walaikumsalam " sambil tersenyum dan menyalami istri asmat
zaenab tidak menyalami asmat karena di anggapnya tidak pantas untuk dia salami juga zaenab tidak menganggapnya sebagai semestinya orang tua.
namun tetap menyapa dengan senyum ramahnya
tiba tiba muncul arif dari dalam rumah dan menyalami mereka berdua dengan takzim. "mari silahkan masuk pak" kata arif
karena di rumah zaenab tidak ada kursi maka ia menggelar karpet untuk mereka duduk. selepas mereka duduk zaenab langsung beranjak pamit ke dapur untuk membuat minuman sebagai bentuk menghargai tamu namun samar samar zaenab sambil mendengarkan obrolan mereka karena letak dapur dan ruang tamu tidaklah begitu jauh.
" le (dalam sebutan bahasa jawa anak laki laki) lama tidak kemari kenapa rumah kamu terasa seperti ada sesuatu?" asmat membuka obrolan
" ah masak iya pak? kira kira sesuatu yang baik atau buruk pak?"
"apa bisnis kamu tidak lancar?" tanya asmat
"kebetulan jualan ku akhir akhir ini tidak begitu bagus pak" jawab suami zaenab
"iya, ada yang menaruh genderuwo di pojokan depan rumah kamu" katanya
"pantes aja pak jualan makin hari makin merosot" jjar mas arif
kami memang berjualan minyak goreng di depan rumah dan melayani pembeli secara grosir maupun ecer ini adalah pekerjaan utama kami penyambung hidup keluarga kecil kami, namun siapa sangka mas arif bertemu dengan pria tua ini ketika sedang mengantarkan pesanan ke desa sebelah.
setelah zaenab siap dengan minuman hangatnya untuk di sajikan. ia ikut duduk bersama di ruang tamu mendengarkan menyimak dan tentunya menyelidiki ke arah mana pembicaraan para lelaki ini
"sebaiknya di usir saja le... gak bagus untuk usaha mu" kata asmat
"inggih pak... monggo apa perlu ada yang di siapkan?" ujar mas arif
"sebentar lagi jam 11... kamu belikan rokok saja dua batang" katanya
"dik... kamu belikan rokoknya pak asmat ya" setengah berbisik kepada zaenab
zaenab merasa sebal karena di suruh membeli rokok hanya dua batang di jam hampir tengah malam begini, ingin menolak pun ia tak kuasa takut dengan amarah sang suami. akhirnya ia mau tidak mau bangkit dari duduknya dan mengambi dua lembar uang berwana abu-abu yang sudah mulai pudar di saku kemeja arif yang di gantung di belakang pintu kamar.
zaenab berjalan santai di jam hampir tengah malam menuju warung yang biasanya masih buka karena ada banyak pemuda dan bapak bapak yang bermain gaplek atau catur.
"eh neng zaenab malam malam begini ke warung santai amat, gak ada takut takutnya" sapa pak wahid si empunya warung
"eeh iya pak... lagian mau takut apa pak? takut hantu? hantunya minder pak karena kalah galak sama aku hehee... ini mau beli rokok dua batang ajah" si zaenab menjawab sambil tersenyum getir
" hahaha bener neng. neng zaenab galak tapi sebenernya baik loh. galak kalo ada yang bak enak begitu kan neng? ehhh ada tamu ya neng?" tanya pak wahid kepo
zaenab menjawab dengan anggukan dan tersenyum lalu pergi setelah mendapatkan apa yang ia beli
"bisa bisanya mas arif nyuruh aku beli rokok di tengah malam begini demi keinginan pak tua itu" gerutu zaenab yang sebenarnya ia tidak ikhlas
jika orang normal bertamu di jam sewajarnya seperti di sore hati ketika si punya rumah pulang kerja dan selesai dengan segala aktifitas mereka. maka lain dengan pria itu yang lebih memilih bertamu di atas jam sembilan malam. yang biasanya di gunakan oleh orang orang sebagai waktu istirahat melepas lelah berhenti dari kesibukannya masing-masing
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Mericy Setyaningrum
ikut baca Kak hehe
2025-09-25
1