NovelToon NovelToon
DRAGUNOV SAGA : Love That Defies The Death

DRAGUNOV SAGA : Love That Defies The Death

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / CEO / Mafia / Romansa / Enemy to Lovers / Roman-Angst Mafia
Popularitas:480
Nilai: 5
Nama Author: Aruna Kim

Apollo Axelion Dragunov, seorang mafia berhati batu dan kejam, tak pernah percaya pada cinta apalagi pernikahan. Namun hidupnya jungkir balik ketika neneknya memperkenalkan Lyora Alexandra Dimitriv, gadis polos yang tampak ceroboh, bodoh, dan sama sekali bukan tipe wanita mafia.
Pernikahan mereka berjalan dingin. Apollo menganggap Lyora hanya beban, istri idiot yang tak bisa apa-apa. Tapi di balik senyum lugu dan tingkah konyolnya, Lyora menyimpan rahasia kelam. Identitas yang tak seorang pun tahu.
Ketika musuh menyerang keluarga Dragunov, Apollo menyaksikan sendiri bagaimana istrinya berdiri di garis depan, memegang senjata dengan tatapan tajam seorang pemimpin.
Istri yang dulu ia hina… kini menjadi ratu mafia yang ditakuti sekaligus dicintai.
❝ Apakah Apollo mampu menerima kenyataan bahwa istrinya bukan sekadar boneka polos, melainkan pewaris singgasana gelap? Atau justru cinta mereka akan hancur oleh rahasia yang terungkap? ❞

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aruna Kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Tangan Lyora perlahan mengepal, jemarinya menegang hingga buku-buku jarinya memutih. Udara dingin pagi itu seolah menempel di kulitnya, namun yang lebih menusuk adalah kenyataan yang tak bisa ia tolak : ya, dialah yang meretas file itu semalam.

Ia menatap tempat kakaknya menghilang di balik kabut. Di balik tenang wajahnya, pikiran nya bergolak seperti badai. Berkas-berkas yang ia curi bukan sekadar strategi bisnis, itu adalah bagian dari

“Protokol Vladivostok,” dokumen yang menyimpan catatan tentang operasi lama keluarga Dragunov. tentang darah, dan pengorbanan, dan sesuatu yang seharusnya tidak pernah kembali ke permukaan.

Lyora menutup matanya sesaat. Di balik kelopak, bayangan Apollo muncul, tatapan tajamnya, suara dinginnya saat mengucap “Aku benci pengkhianatan.”

Kata-kata itu menggema di kepalanya, menusuk seperti belati.Ia tahu Apollo akan menghancurkan siapa pun yang mengkhianatinya.

Namun entah mengapa, ketika melihat amarahnya tadi, Lyora tidak merasa takut , melainkan bersalah.Rasa bersalah yang aneh, samar, tapi cukup kuat untuk menggoyahkan logika dinginnya.

“Kenapa aku _?” bisiknya lirih.

Ia menatap telapak tangannya, jari yang semalam menari di atas keyboard, mengakses sistem keamanan Dragunov Corp, menyalin data yang seharusnya terkunci rapat.Setiap tindakan itu ia lakukan dengan alasan jelas: balas dendam.

Untuk darah yang dulu ditumpahkan oleh keluarga suaminya. Untuk nama yang dihapus dari sejarah. Tapi pagi ini, alasan itu terasa kabur.

Bayangan wajah Apollo saat menatapnya tadi. bukan sekadar marah, tapi juga kecewa menghantam sisi hatinya yang tidak siap menerima rasa itu. Ia menunduk, berusaha menenangkan napas.

“Jangan lemah,” katanya pada diri sendiri. “Kau sudah memilih jalanmu.”

Namun suara itu terdengar rapuh di telinga nya sendiri. Rasa bersalah itu tumbuh pelan, seperti racun yang merembes ke dalam nadi.

Ia memejamkan mata, mencoba mengingat kembali alasan awalnya: dendam, darah, dan kehancuran..

________

Langkah Lyora terhenti di ambang pintu utama saat suara derap sepatu berat menggema di lorong marmer. Pria itu muncul dari ujung koridor.

Apollo, dengan setelan hitam sempurna, kemeja putih terpasang rapi, dan dasi abu tua yang seolah menyatu dengan sorot matanya yang dingin. Di belakangnya, dua puluh orang anak buah berbaris rapat, masing-masing berpakaian seragam hitam dengan komunikasi di telinga.

Lyora spontan menunduk. Ada getaran kecil di dadanya yang sulit dijelaskan. Apollo berjalan melewatinya tanpa suara pada awalnya, namun saat jarak tinggal beberapa langkah, langkahnya berhenti. Hening menelan udara di antara mereka.

“Lyora.” Suaranya dalam, tenang, tapi ada sesuatu di dalam nada itu, bekas dari amarah yang tadi pagi meledak.Lyora menegakkan tubuhnya pelan. “Ya?”

Apollo menatapnya lama. Tatapan itu tajam tapi tak lagi menyala seperti sebelumnya. Ada kelelahan di balik kontrol sempurna itu. “Aku akan pergi. untuk beberapa hari.”

“Ke mana?” tanya Lyora, suaranya pelan tapi terdengar menahan sesuatu , antara cemas dan bersalah.

Apollo tidak menjawab langsung. Ia melirik sekilas ke arah para pengawalnya, lalu kembali ke wajah Lyora. “Kau tidak perlu tahu. Yang perlu kau tahu hanya satu, selama aku tidak di sini, kau akan tetap diawasi.”

“Diawasi?” Lyora mengulang, hampir berbisik.

Apollo mendekat satu langkah, cukup dekat hingga Lyora bisa mencium aroma cologne khasnya yang tajam dan maskulin. “Aku tidak ingin ada kejadian aneh lagi di rumah ini,” ujarnya datar. “Kau mengerti maksudku, kan?”

Lyora membeku. Ada sejenak keheningan di mana hanya suara jam dinding terdengar. “Aku mengerti…” ucapnya akhirnya, meski nadanya terdengar samar.

Apollo menatapnya satu detik lebih lama, lalu berbalik. “Bagus.”

Dengan satu isyarat tangan, pasukannya ikut bergerak, langkah sepatu hitam mereka bergema kompak di lantai marmer.

Lyora berdiri terpaku di tempatnya, memandangi punggung tinggi itu menghilang di balik pintu besar mansion.

Ada sesuatu yang menyesak di dadanya. Bukan karena ancaman atau pengawasan itu. tapi karena ia tahu, untuk pertama kalinya, Apollo benar-benar meragukannya. Dan rasa bersalah yang tadi hanya sekilas… kini mulai tumbuh menjadi beban yang tak bisa ia abaikan.

Ia menggenggam tangannya erat, menatap bayangan dirinya di lantai marmer.Hatinya berbisik, “Aku memang bersalah… tapi tidak untuk alasan yang kau pikirkan, Apollo.”

...****************...

Malam turun perlahan di atas kota Balkan. Lampu-lampu di jalan utama berpendar samar, sementara langit menampakkan bulan separuh yang menggantung di antara awan tipis. Dari lantai tertinggi hotel La Vértige, Apollo berdiri di depan jendela besar suite-nya, satu tangan memegang gelas berisi whisky, tangan lainnya diselipkan di saku celana.

Pandangan tajamnya menembus kaca ke arah jauh, di mana siluet mansion Dragunov berdiri angkuh di atas bukit. Puncak menara nya memantulkan cahaya logam keperakan dari lambang naga yang menjulang di atas nya. Simbol kekuasaan yang dulu ia bangga kan. tapi malam ini terasa menyesakkan.

Ia menarik napas panjang, matanya tidak lepas dari bayangan tempat itu.“Mansion itu…” gumamnya lirih, “tempat segalanya dimulai… dan tempat segalanya bisa berakhir.”

Di benaknya, wajah Lyora muncul samar, tatapan tenang yang kini terasa penuh rahasia. Dia tahu Lyora diawasi malam ini. Pengawalnya yang paling loyal, pasukan bayangan Dragunov, sudah disebar. Mereka tidak terlihat, tidak bersuara, namun mereka selalu ada. Tidak satu pun yang bisa menghindar dari pengawasan mereka.

Namun anehnya, justru hal itu membuat dadanya terasa kosong.Apollo menegakkan tubuhnya, menatap bayangan sendiri di kaca yang memantulkan cahaya kota.

“Jika benar kau bersalah, Lyora…” ujarnya pelan, suara rendahnya penuh tekanan dan getir, “…maka aku sendiri yang akan menjatuh kanmu. Tapi jika tidak, maka orang yang menjeratmu… akan aku habisi sampai ke akar.”

Gelas di tangannya bergetar sedikit, meneteskan whisky di jari. Ia meletakkannya di meja, lalu menatap lagi ke arah mansion dengan tatapan kelam, seolah jarak berkilometer itu tak mampu menghalangi ikatan yang rumit di antara mereka.

Di luar, angin malam berhembus melewati balkon, membawa aroma hujan yang jauh.

Apollo berdiri diam cukup lama, sebelum akhirnya berbalik, menatap layar laptop di meja kerja hotel. File kosong terpampang di layar, judulnya hanya satu kata: “Lyora.”

Dan di bawahnya, sebuah kalimat yang belum sempat ia hapus sejak siang tadi:Jika kau bukan pengkhianatnya, maka kau adalah korbannya.

Namun, tak lama kemudian nada dering ponsel memecah keheningan malam. Apollo menoleh sekilas, melihat nama Eliot tertera di layar. Ia menjawab tanpa pikir panjang.

“Ya?” suaranya dalam dan datar.

Nada suara yang terdengar di seberang bukan seperti biasa, terdengar tegang, terengah. “Bos, Nyonya Lyora menghilang.”

Darah di nadi Apollo seolah berhenti mengalir sejenak.

“Ulangi.”

“Dia—dia tidak ada di kamar. Pintu tidak terbuka, jendela terkunci dari dalam. Tapi kamera keamanan kamar utama tiba-tiba error selama dua belas detik. Setelah itu… dia lenyap. Kami sudah periksa ulang semua rekaman cadangan. Tidak ada tanda-tanda keluar.”

Apollo terdiam beberapa detik. Tatapannya langsung bergeser ke arah luar jendela, ke arah mansion yang masih tampak jauh di bukit, siluetnya gelap di bawah cahaya bulan.

“Putar ulang rekamannya,” katanya datar.

Terdengar bunyi klik-klik di seberang sana, diikuti desahan gugup.

“Terakhir… dia berdiri di depan cermin, Tuan. Seperti sedang memandangi pantulan dirinya. Setelah itu, layar glitch, muncul noise, lalu mati. Saat kembali menyala… kamar sudah kosong.”

Apollo meremas ponsel itu lebih keras hingga sendi jarinya menegang. Hening beberapa detik. “Berapa menit yang lalu?”

“Tiga belas, Bos.”

Apollo menutup matanya sejenak, lalu berjalan cepat ke arah meja, meraih jaket hitamnya.“Perintahkan tim bayangan dua untuk menutup perimeter. Tak satu pun keluar masuk tanpa izin dariku .”

“Ba—baik, Tuan.”

Telepon terputus.

Apollo berdiri di tepi jendela lagi. Tatapan dinginnya jatuh pada siluet mansion Dragunov, lambang naga di puncak menara berkilat samar disinari kilat jauh di langit.

Hatinya berdegup keras, tapi wajahnya tetap tak berubah. Satu kalimat keluar perlahan dari bibirnya, penuh tekanan, nyaris seperti ancaman yang ditujukan pada udara malam itu sendiri

“Kalau kau mencoba lari dariku, Lyora… aku akan menemukanmu. Di mana pun kau bersembunyi.”

Suara petir menggema di kejauhan, bersama an dengan bayangan naga di menara yang disambar cahaya sesaat, seolah ikut menyaksikan bagaimana malam itu berubah menjadi awal dari sesuatu yang jauh lebih gelap dari sekadar pelarian.

1
tefa(♡u♡)
Thor, aku tunggu cerita selanjutnya, kasih kabar dong.
Aruna Kim: siap !. update menunggu
total 1 replies
shookiebu👽
Aduh, abis baca ini pengen kencan sama tokoh di cerita deh. 😂😂
<|^BeLly^|>
Ga nyangka bisa terkena hook dari karya ini. Jempol atas buat author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!