popy gadis manis yang hidupnya tak semanis senyumannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anindia Andin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cerita iren dan septian 2
"apa maksud kamu mala?" ucap iren sedikit emosi
"dasar wanita penggoda"
"jaga ucapanmu mala, aku sama iren ndak ada hubungan apa2, kenapa sih kamu ini, kalau sudah putus ya putus aja jangan marah2"
"kalian selesaikan masalah kalian berdua, aku pergi" ucap iren sambil menutup laptopnya
"puas kamu mala? posesif, egois" umpat septian juga pergi meninggalkan mala berdiri terpaku di Koridor itu
"iren... tunggu" septian mengejar iren, langkahnya terhenti ketika iren mamasuki ruang dekan
"keterlaluan mala"
Setelah melaksanakan Ujian skripsi, septian mencari iren
"kemana aja kamu ren? aku hubungi ndak bisa"
"aku fokus ke sidang aku yan, ada apa nyari aku"
"kangen"
"ngaco kamu... baru bangun tidur ya?"
"serius ren"
"ndak mau ah.. takut di labrak lagi sama mala, malu"
"jangan bahas mala ren, sekarang yang ada aku dan kamu, dia masa laluku"
"aku dan kamu? kita dunk? kenapa dengan kita?"
"aku nanti boleh main ke tempat mu?" tanya septian
"maaf yan, di tempat kos ku, laki2 di larang masuk, kenapa mau ke tempat ku? kan sekarang sudah ketemu"
"ada yang perlu aku bicarakan, serius"
"ketemu di caffe aja gimana?"
"oke, caffe dekat kosmu ya, kalau sudah sampai aku kabari" ujar septian
malam itu iren dan septian bertemu di caffe
"ren... pacaran yuk"
iren tersedak mendengar ucapan septian
"kamu ndak salah ngomong?"
"serius, aku suka sama kamu"
"trus mala gimana?"
"aku dan dia sudah putus, jangan sebut nama itu lagi"
"tapi dia masih suka Sama kamu yan"
"itu kan dia, aku kan ndak. sekarang aku sukanya sama kamu"
"kalau suatu saat mala ngamuk lagi ke aku, kamu tanggung jawab ya"
"siap... ini artinya kita jadian dunk"
mereka memutuskan untuk berpacaran
****
Keesokan harinya di kampus
"septian... jangan seperti ini, aku ndak mau putus sama kamu yan" renggek mala menarik lengan septian,
Septian tetap berlalu tak menghiraukan ucapan mala
"sayangggg.... " septian memanggil iren yang jauh di depannya, dan membuat mala syok
"kalian sudah jadian?"
"kelihatannya bagaimana?" ucap septian
"brengsek kamu yan... kamu juga iren, dasar pelakor"
Septian naik pitam mendengar iren di katai pelakor
*****
1 tahun, Setelah wisuda kelulusan mala memilih untuk menikah dengan laki2 pilihan orang tuanya dan di tempat lain iren dan septian tetap menjalin hubungan
"jalan2 yuk ren"
"kemana? sudah malam sep"
"sudah nurut saja sama aku"
iren dan septian menyusuri malam yang dingin itu
"mau kemana yan? kok ke arah puncak? "
"ya memang mau ke puncak, kamu mau kan?"
"boleh lah sekali kali ke puncak malam2, pasti lapu2 dari atas sama keliatan bagus"
Dan setibanya puncak, mereka menuju salah satu caffe
"ren, gimana kerjaan baru mu? enak?"
"enak sep, bosnya baik, kalau pulang dari luar negeri atau luar kota pasti semua karyawan di kasih oleh2, lalu kamu gimana? lancar usahamu?"
"sejauh ini lancar sih, banyak orderan juga" imbuh septian "ren... "
"hmmmm" menjawab tak melihat septian
"lihat aku dunk"
"ini sudah aku lihat, kenapa?"
"kamu percaya sama aku kan?"
"kalau aku ndak percaya sama kamu, aku ndak mau pacaran yan. aneh kamu ini"
"ren..."
"apa lagi... "
"pulang yuk"
Septian melajukan motornya, dan memasuki satu pekarangan rumah yang iren tak tau itu apa
"kemana ini yan"
"kamu percaya sama aku kan ren"
"maksudnya apa? kamu ngajak aku ke villa seperti ini"
"ayuk lah, kita sudah sama2 dewasa ren"
perdebatan mereka di depan rumah itu
"aku takut kamu akan ninggalin aku yan, setelah apa yang kamu dapat dari ku"
"aku cinta sama kamu ren, aku ndak akan ninggalin kamu"
"janji?"
"janji"
Mereka pun memasuki rumah itu dan menginap malam itu di puncak
"aku malu yan"
"malu kenapa? kan cuma kita berdua"
septian berbaring di atas ranjang sambil menonton televisi, di susul iren di sampingnya yang kelihatan gugup
"jangan takut, aku tak akan memakanmu"
"kamu sudah pernah melakukan ini yan?"
"belum ren, aku juga gugup"
Septian mulai mendekatkan wajahnya ke iren, meraih pipi yang memerah itu, mata iren terpejam, dalam hatinya takut tapi juga ingin melakukan semua ini
"jangan tinggalkan aku ya yan"
Septian menganggukan kepala, dan mencium bibir iren yang sangat merona itu, iren memejamkan matanya menikmati rasa yang septian berikan, tangan septian mulai menjelajahi sekujur tubuh iren, meremas gundukan sintal itu, iren pasrah dengan apa yang di buat septian, septian mulai membuka satu persatu pengunci baju iren, di bawah balutan selimut, jantung iren berdegup dengan kencang, septian semakin berutal melihat tubuh iren yang sangat mulus "jangan tegang ya sayang, pertama pasti sakit, remas saja punggung ku"
septian mulai melakukan aktivitasnya, menjalankan dengan lembut,
"auuhhh... sakit"
"pelan2 sayang, jangan tegang"
Septian menghujam tajam benteng itu, tubuh iren menegang di buatnya, septian semakin melumat bibir iren, sambil memainkan si joninya, iren menikmati permainan panas septian malam itu, sakit tapi sangat nikmati.
Sejak saat itu mereka sering melakukan hubungan intim, perlakuan mereka seperti pasangan suami istri, hidup bebas tanpa ikatan perkawinan, 3 tahun berlalu dan iren hamil
"aku masih belum siap untuk menjadi bapak ren, kita gugurkan saja anak itu"
"gila ya kamu.. perbuatan yang kita lakukan dosa besar dan sekarang kamu ingin menghilangkan anak ini?"
"trus mau gimana lagi? bisa kena jantung orng tuaku"
"mana janjimu, mau tanggung jawab? hahhh"
"iya aku tangung jawab tapi untuk sekarang ini aku belum siap, finansial ku belum kuat"
"aku harap tangung jawabmu yan, jangan jadi pengecut, tidak berani bertanggungjawab"
perut iren semakin membesar, septian sering menghilang ketika dia membutuhkan bantuan, iren nekat mendatangi rumah septian, kedatangan iren membuat gaduh keluarga septian, kedua orang tua septian syok mendengar kabar yang iren bawa ke rumah mereka
sejak saat itu septian tak kunjung pulang ke rumah, sampai akhirnya pak broto yang bertanggung jawab sampai anak itu lahir
𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙞𝙧𝙚𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙥𝙩𝙞𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧