Penderitaan yang dialami Hana selama ini kini terbalas melalui Seorang perempuan yang dibawah oleh Suaminya untuk dijadikan Madu untuknya.
Dia tidak pernah menyangka Hidupnya akan berbeda dan Terlindungi oleh Madu yang dianggap sebagai saingan dan juga penderitaan.
Madunya Tidak hanya menjadi pelindung Tapi juga Bisa mengembalikan segala Yang dia miliki yang selama ini gdi kuasai suami dan juga keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
Suaranya sengaja dikecilkan nyaris berbisik, dia tidak mau orang diluar mendengar apa yang dia katakan barusan.
Hana yang melihat ketulusan dan kejujuran dimata Kayya pun hanya mengangguk kosong, entah mengapa dia bisa langsung mempercayai perkataannya barusan.
"Tolong kakak sekarang menjerit supaya mereka pergi". Ucapnya memelas.
Hana mengangguk mengiyakan dan mengikuti perkataannya.
"Jangan, itu sakit, tolong jangan, itu sakit". Jerit Hana dengan pura-pura kesakitan
Kayya mengacak rambut Hana sehingga rambut itu berantakan, agar terlihat jika Hana dia siksa.
"Buka pintunya Kayya, ibu juga mau ikut menghajar perempuan sok berkuasa itu". Anita memukul keras pintu itu karena Kayya tidak langsung membukanya padahal dia sudah mengetuk pintu dengan keras.
Kayya mendengus kasar, dia membuka pintu dan memandang tajam perempuan parubayah itu.
Keduanya langsung menyelenong masuk kedalam kamar dan bisa melihat keadaan Hana yang berantakan
"Apa sih bu, cuma aku yang bisa memperlakukan dia seperti itu, aku tidak suka mainan ku diganggu orang, lebih baik ibu pergi sana, masak yang enak". Ucapnya dengan kesal yang dibuat-buat.
Dia menarik keduanya keluar dari kamar, dia tidak mau sampai mereka menyentuh Hana.
Mata keduanya membola mendengar perkataan Kayya yang terkesan kurang ajar.
"He perempuan sialan, berani sekali kau berkata seperti itu ada ibuku, akan ku adukan kau pada kakakku yah". Hardik Aina Tidak terima.
"Lapor saja, aku yakin dia tidak akan membela kalian, Arman sudah cinta mati padaku, kalian sudah mengganggu kesenanganku, sana, cari kerjaan lain, jangan ganggu aku". Ucapnya dengan kesal.
Anita tidak terima begitu juga dengan Aina, keduanya langsung menarik kasar Kayya untuk diadukan pada Arman karena berani kurang ajar.
"Arman, lihat ini istri barumu, dia berani kurang ajar pada ibu". Teriak Anita dengan suara menggelegar.
Arman berlari tergopoh-gopoh menghampiri mereka mendengar teriakan sang ibu.
"Ada apa sih bu? , kenapa ibu berteriak seperti itu?? ". Tanyanya dengan nafas memburu.
Dia sangat takut ibunya malah melukai istri barunya itu, dia belum puas menikmati madu pernikahan dan bulan madu.
"Ini istrimu kurang ajar pada ibu, dia berani menyuruh-nyuruh ibu masak tadi". Ucapnya dengan sangat kesal.
Dia bahkan menghempaskan tangan Kayya sehingga hampir terjatuh beruntung Arman menangkapnya dengan baik.
Arman menatap tajam sang ibu karena memperlakukan istrinya dengan sangat kasar seperti itu.
"Ibu ini kenapa sih?, biarkan saja dia, ini memang sudah mau siang, biasanya memang ibu memasak makan siang kan, kami ini mau istirahat, biarkan dia senang menghajar Hana".
"Kau membela perempuan ini". Anita melotot tidak terima.
"Mas, aku tidak mau mereka menyentuh Hana, dia mainan aku, biar aku saja yang menindasnya, tidak akan seru kalau mereka juga ikutan, yah, yah". Rengeknya dengan manja.
Dia akan membuat Arman tidak bisa menolak keinginannya, dia harus bisa memainkan peran.
Arman manghela nafas, dia mengangguk kemudian tersenyum dan mencium pipi istrinya dengan gemas.
Sedangkan Kayya mendengus jijik dalam hati karena lelaki sialan itu menciumnya.
"Sudahlah bu, biarkan saja Hana menjadi mainan istriku, jangan ganggu Hana lagi, mulai hari ini Kayya yang akan mengatur rumah dan mengawasi Hana, dia itu lulusan terbaik jadi dia akan tahu jika Hana bertindak yang tidak-tidak pada perusahaan, memang ibu mau miskin kembali??".
Arman sengaja menekan setiap perkataan nya agar ibunya berhenti mengganggu istrinya.
"Ya sudah, suruh dia berhenti menyuruh ibu, enak saja dia baru datang mau bersikap seenaknya". Anita mendengus kemudian pergi dari sana.
Kayya bersorak dalam hati, Arman percaya dengan apa perkataan dirinya, dia akan membalas mereka semua perlahan-lahan dan tidak akan mereka lupakan.
"Kakak ini baru juga menikahi perempuan itu sudah pilih kasih begini, aku tidak suka, sekarang usir dia dari sini". Kesal Aina menatap tajam sang kakak.
"Kalau kau tidak suka, kau bisa cari rumah lain untuk tinggal Aina, kakak pemimpin dan pemilik semua ini sekarang, jadi kalau masih mau hidup enak dan terus kakak biayai, diam dan nurut apa yang kakak katakan". Arman melotot tajam pada sang adik.
Dia tidak terima dihina seperti itu didepan istrinya oleh adiknya, baginya dia harus terlihat sempurna dimata Kayya.
"He, jangan kurang ajar pada mas Arman yah, dia yang membiayai kalian selama ini jadi menurut saja apa yang dia katakan, lagian kan sekarang aku nyonya dirumah ini, dan paling penting aku akan mengawasi Hana dari tindakan merugikan kita semua, kalian memang tahu apa tentang perusahaan dan masalah harta kalian hanya tahu belanja dan foya-foya saja". Ucapnya dengan ketua dan sarkas.
Mata keduanya membola mendengar Kayya menghina mereka, Aninta dan Aina meradang mereka langsung menyerang Kayya tapi terhenti ketika suara bariton Arman memenuhi ruangan ini.
"Berhenti!! , kalau tidak, ku usir kalian dari sini". Arman mengepalkan tangannya karena sangat kesal.
Kedua perempuan itu menatap Arman dengan tatapan tidak percaya, bagaimana bisa dalam sekejap Arman bisa berubah seperti itu pada mereka.
"Arman, kami ini keluargamu, ibu dan adikmu, kenapa kau memperlakukan kami seperti itu??, kau sudah sangat keterlaluan". Hardik Anita dengan wajah memerah.
Matanya menatap garang sang anak sambil berkacak pinggang menunjuk kasar anaknya itu.
Arman mendengus, dia sama sekali tidak suka ibunya memperlakukan dirinya seperti itu dihadapan istrinya.
"Sudahlah bu, jika ibu masih mau tinggal disini, turuti perkataan ku, istriku yang akan memegang kendali dirumah ini jika aku tidak ada. Kita harus berhati-hati karena Hana bisa saja melakukan hal yang tidak kita duga". Ucapnya menggandeng istrinya tapi Kayya menolak.
"Aku akan pindahkan Hana dulu dari kamar itu, jangan sampai ada orang kepercayaan perusahaan melihat Hana berasa disana, kau tau sendiri jika masalah perusahaan kita harus tetap mempertahankan citra baik, jangan sampai mereka mengadu kepada para pemegang saham dan akan jadi masalah di perusahaan terutama jabatanmu".
Kayya mengelus dada bidang Arman untuk membujuk lelaki itu, Arman yang sedang puber kedua pun hanya mengiayakan saja apapun perkataan istrinya itu.
"Ya sudah, aku tunggu kamu dikamar yah, kita bersenang-senang nanti". Arman mencolek sambil menggoda istrinya itu.
Kayya hanya memasang wajah pura-pura malunya agar Arman luluh, dia bahkan memukul manja dada bidang itu padahal dalam hatinya dia bahkan ingin muntah.
"Iya sayang, tunggu yah, aku harus mengurus Hana dulu".
Arman mengangguk dan pergi disana, sedangkan kedua perempuan lainnya itu menatap Kayya dengan penuh permusuhan, Kayya hanya mengibaskan rambutnya dengan sombong dan masuk kedalam kamar Hana meninggalkan keduanya yang sedang menggeram kesal.
"Sialan, kita harus menyingkirkan dia juga, dulu Hana sekarang ada lagi manusia menyebalkan lainnya, astaga Arman suka sekali membawa orang menyebalkan". Sungut Anita dengan sangat kesal.
"Ayo bu, kita ke kamar kita saja, kita buat rencana untuk menyingkirkan nya".
mengasuh bagusnya
apakah dia adik yang hilang??