Aluna, gadis sebatang kara yang harus terlibat dengan pernikahan kontrak dengan seorang Ceo demi membayar denda atas insiden yang tidak sengaja terjadi.
Dan Haris laki-laki berusia 32 tahun yang juga terpaksa menawarkan pernikahan kontrak pada Alana demi maminya.
bagaimana kelanjutan kisah keduanya ??
ikutin terus perjalanan cinta mereka.
Plagiat ! hus hus ☠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona_Written, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Aluna dan juga Haris terus saja saling menatap satu sama lain, entah apa yang ingin mereka katakan sebenarnya.
"Apa kalian sudah saling kenal?"Tanya nyonya Ghania, dia melihat sorot mata anaknya dan juga Aluna sepertinya mereka kaget.
"Engga,"Jawab mereka secara bersamaan.
"Ouhhh!!!"Ucap nyonya Ghania sambil mengangguk kan kepalanya.
"Yaudah duduk."Ucap nyonya Ghania.
"Tante sepertinya aku harus pergi, soalnya ada kerjaan mendadak."Ucap Aluna.
"Eh, tunggu dulu sayang, "Ucap nyonya Ghania, dia mencoba untuk menahan kepergian Aluna.
Aluna diam dan menatap nyonya Ghania.
"Kita makan dulu ya, kan sayang kalo makanannya di buang-buang."Ucap nyonya Ghania beralasan.
Aluna mengangguk, lalu dia duduk kembali, dan di hadapan dia ada Haris yang terus menatapnya.
"Jadi wanita ini yang mami maksud."Gumam Haris dalam hati, dia terus memperhatikan Aluna.
"Mmm, sayang, apa kamu sudah memiliki kekasih?"Tanya nyonya Ghania.
Aluna menghentikan aktivitas makannya, dia menatap nyonya Ghania dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.
"Belum."Jawab Aluna sambil menggeleng.
"Cihhh, dasar wanita, bisa-bisanya dia tidak mengakui kekasihnya."Gumam Haris lagi saat dia mendengar jawaban dari Aluna.
"Wahhh, bagus dong."Ucap nyonya Ghania.
"Hah, apanya yang bagus tante?"tanya Aluna.
"Oh, engga sayang, bagus dong emang lebih baik gak usah pacar-pacaran lebih baik langsung menikah aja."Ucap nyonya Ghania beralasan.
"Hmmmm."Jawab Aluna melirik ke arah Haris yang sedari tadi memperhatikannya, namun bukannya memalingkan pandangannya, Haris malah semakin menatap Aluna dengan tatapan tajam.
"Dia kira aku takut,"Gumam Aluna dalam hatinya.
"Oh, ya Luna."Ucap nyonya Ghania.
"Hmm, iya tante ada apa?"tanya Aluna, dia menatap wajah nyonya Ghania yang sepertinya akan mengatakan sesuatu kepada dirinya itu.
"Tante mau bilang sesuatu."Ucap nyonya Ghania.
"Bilang apa tante?"tanya Aluna.
"Mi."Ucap Haris, apa jadinya kalo nyonya Ghania meminta wanita di hadapannya ini untuk menjadi istrinya, apa tidak akan hancur harga dirinya.
"Kalo memang kamu belum punya pacar, kamu mau gak nikah sama Haris anak tante?"tanya nyonya Ghania.
"Uhuk. uhuk."Aluna terbatuk saat mendengar permintaan nyonya Ghania.
"Minum."Ucap Haris yang refleks memberikan air minum kepada Aluna.
"Terimakasih."Ucap Aluna sambil menatap Haris.
"Maaf kalo tante membuat kamu kaget."Ucap nyonya Ghania dia juga merasa tidak enak hati kepada perempuan yang ada di hadapannya ini.
"Oh iya, tidak apa tante. Aku hanya kaget saja."Ucap Aluna, dia meletakan gelas yang tadi Haris berikan kepadanya, dan mengambil tissue untuk mengelap mulutnya.
"Kamu gak usah menjawab sekarang sayang, kamu bisa pikirin dulu."Ucap nyonya Ghania.
"Tante, maaf."Ucap Aluna, namun perkataannya tidak bisa dia lanjutkan karna dia tidak tega melihat tatapan sendu dari perempuan tua di hadapannya ini.
"Kamu gak mau ya sayang."Ucap nyonya Ghania dengan tatapan sedihnya.
"Bu-bukan seperti itu tante."Ucap Aluna bingung.
Terlebih dia mendapatkan tatapan tajam dari Haris.
"Berarti kamu mau sayang."Ucap nyonya Ghania dengan penuh harap.
"Tante, aku masih kuliah."Ucap Aluna beralasan.
"Tidak apa sayang, kan kuliah bisa buat orang yang sudah punya suami."Ucap nyonya Ghania terus tanpa putus asa.
"Tapi tante."Ucap Aluna.
"Sudah sayang, kamu gak perlu jawab sekarang, kamu pikirkan aja dulu."Ucap nyonya Ghania.
Aluna akhirnya mengangguk pasrah, dia melanjutkan makannya dengan nyonya Ghania dan juga Haris.
Aluna dan Haris makan dan sekali-kali mereka saling melirik dalam diam.
Jam sepuluh malam mereka selesai makan malam.
"Kamu pulang sama siapa sayang?"tanya nyonya Ghania.
"Mmm, Aku naik taxi tante."Ucap Aluna.
"Ini udah malem, gak baik anak gadis naik taxi kamu di anterin Haris aja."Ucap nyonya Ghania.
"Kenapa aku?"Ucap Haris menatap sang mami.
"Iya terus siapa?"Ucap nyonya Ghania menatap tajam anaknya.
"Haris masih ada urusan mi."Ucap Haris beralasan.
"Urusan apa lagi jam segini."Ucap Nyonya Ghania.
"Ada pokoknya."Ucap Haris.
"Tante, aku naik taxi aja."Ucap Aluna, dia merasa tidak enak hati saat melihat nyonya Ghania memarahi Haris.
"Tidak sayang, kamu pulang di antar sama Haris ya."Ucap nyonya Ghania.
"Tapi tante,"Ucap Aluna. Dia juga tidak mau satu mobil sama Haris.
"Tidak ada tapi-tapian, sana."Ucap nyonya Ghania.
Lalu dengan terpaksa dua anak muda itu keluar dari dalam ruangan vip restorant, dan Haris mengikuti langkah Aluna sampai ke depan restorant.
"Aku pulang sendiri saja."Ucap Aluna kepada Haris
"Udah lo ikut gue, gue gak mau di amuk sama mami lagi."Ucap Haris.
"Oh, ok."Ucap Aluna.
"Tunggu di sini, gue ambil mobil dulu."Ucap Haris.
Aluna mengangguk, dan Haris pergi ke parkiran untuk mengambil mobilnya.
Haris membawa mobilnya ke depan Aluna, dan Aluna membuka pintu belakang.
"Duduk di depan, karna gue bukan supir lo."Ucap Haris.
"Oh, maaf."Ucap Aluna, dia kembali menutup pintu mobil belakang, dan membuka pintu depan, lalu duduk di samping Haris, Aluna menarik safety belt dan mau menggunakannya, tapi entah kenapa sangat susah saat di tarik, dan ternyata nyangkut.
Haris mencoba membantu Aluna untuk memasang safety beltnya, dan pandangan mata mereka bertemu dengan hanya berjarak beberapa senti saja.
Aluna dapat merasakan hangatnya nafas Haris, dia menelan ludahnya dengan kasar, jantungnya berdegup dengan sangat kencang.
"Sudah."Ucap Haris.
"Terimakasih."Ucap Aluna gugup.
"Hmm."Gumam Haris.
Mereka tidak saling bicara, mereka berdua hanya diam dalam perjalanan.
Aluna terus saja meremas jarinya, dia benar-benar sedang tidak nyaman.
"Apa pacar lo tau lo makan malam sama mami?"Tanya Haris. Sambil menatap Aluna, dan Haris tau Aluna sedang tidak nyaman.
"Hah, pacar siapa?"tanya balik Aluna.
"Pacar lo lah."Ucap Haris.
"Emmm, aku gak punya pacar."Ucap Aluna.
"Cih, masih gak mau ngaku."Ucap Haris pelan.
"Hah."Ucap Aluna.
"Tidak, lupakan saja."Ucap Haris.
"Oh, ok."Jawab Aluna.
"Kasian banget ya, lelaki yang punya pasangan seperti lo, gak di akuin."Ucap Haris.
"Siapa yang gak di akuin, terus aku harus ngakuin siapa? OM? Gak mungkin kan aku ngakuin om sebagai pacar aku, kenapa maksa sekali biar aku ngaku punya pacar."Ucap Aluna kesal.
Haris menatap Aluna dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.
"Oh ya, mana nomor rekening lo, gue mau transfer kembali uang yang seratus juta."Ucap Haris.
"Gak perlu, itu bentuk tanggung jawabku sama sesuatu yang sama sekali gak aku lakuin."Ucap Aluna.
"Iya, gue baru tau kalo bukan lo yang salah, melainkan Reza, makannya gue mau balikin duit lo lagi."Ucap Haris.
"Gak usah."Ucap Aluna.
"Hmmm. Ok."Ucap Haris.
Aluna hanya menatap Haris kesal, kenapa baru sekarang bilang kalo dirinya tidak bersalah, kan gak mungkin dia mau menerima kembali uang yang sudah dia transfer itu, walaupun Aluna juga sangat menyayangkan uang itu harus hilang sia-sia.
"Alamat lo dimana?"Tanya Haris.
"Komplek mawar putih nomor 32."Ucap Aluna.
Haris menatap Aluna, karna memang komplek itu cukup elit.