Arshaka Sadewa dan Aksara Sagara adalah Bopo Kembar Desa Banyu Alas. Putra dari Bopo sebelumnya, yaitu Abimanyu.
Keberadaan Bopo Kembar, tentu menghadirkan warna tersendiri untuk Desa Banyu Alas. Dua pria yang mewarisi sifat Romo dan Ibunnya, membuat warga desa sangat menyayangi dan menghormati keduanya.
Bagaimanakah kehidupan Bopo Kembar ini?
Apakah mereka benar - benar bisa di andalkan untuk menjaga Desa Banyu Alas?
Jangan lupa untuk membaca Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades terlebih dahulu, agar bisa memahami jalan ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Bahagianya Berkumpul
"Aksa jadi pulang besok, Mas?" Tanya Runi pada Arsha.
"Jadi, Bun." Jawab Arsha.
"Naik apa?" Tanya Runi.
"Tadinya dia mau bawa mobil. Tapi sama Romo gak boleh. Jadinya ya naik Kereta." Jawab Arsha.
"Niatnya kalau bawa mobil kan, jadi gak berebut mobil kalau mau pergi - pergi, Bun. Tapi sama Romo gak boleh. Gak tau deh nanti gimana." Imbuh Arsha.
"Yasudah, nurut Romo aja. Lagian ada mobil Akung kalo kepepet mau pake, Mas." Kata Runi.
"Mas gak antar Raina kerja?" Tanya Runi kemudian.
Setelah kecelakaan, Arsha yang setiap hari mengantar dan menjemput Raina karena tangan Raina belum bisa bergerak bebas.
"Nanti, Bun, setelah antar kontrol. Hari ini jadwal kontrol pertamanya Raina." Jawab Arsha.
"Mudah - mudahan perkembangannya bagus. Jadi bisa cepet lepas gips. Kasihan itu gak bisa bergerak bebas tangannya." Ujar Runi.
"Iya, Bun. Aamiin." Jawab Arsha.
"Romo berangkat pagi - pagi banget, mau kemana, Bun?" Tanya Arsha.
"Ada kegiatan di Kabupaten, Mas." Jawab Runi.
"Tumben pagi - pagi? Biasanya juga nginep dulu di Penthouse." Tanya Arsha.
"Mendadak, Mas. Baru semalem di kirim undangan via online. Romo aja berangkat sendirian tuh." Kata Runi.
"Kenapa gak ajak aku? Kan bisa aku antar, Bun." Cicit Arsha.
"Terus Raina gimana? Siapa yang mau anter - jemput. Romo juga mikir kesana mungkin, Mas. Makanya gak bilang sama Mas. Lagian kalo Mas maksa bolak - balik, kasihan Mas juga." Jawab Runi.
Arsha sendiri hanya bisa menghela nafas berat. Andai ada Aksa, tentu Aksa bisa mengantar Romonya ke Kabupaten. Arsha tak tega rasanya melihat Romonya yang wara - wiri ke Kabupaten dengan usia yang tak lagi muda.
"Yasudah, Ibun berangkat ke Balai Kesehatan dulu. Mas hati - hati, ya. Kalau mau bawa mobil, pakai mobil Akung saja." Titah Runi.
"Iya, Bun. Ibun juga hati - hati, inget umur, Bun. Jangan terlalu lincah, nanti keseleo." Pesan Arsha.
"Sembarangan kamu, Mas. Gini - gini, Ibun masih bisa koprol loh." Kekeh Runi yang menular pada putranya.
...****************...
"Wiih, Mas Pacar udah stand by aja tuh." Goda salah satu rekan Raina.
"Iya, Kak. Alhamdulillah, gak pernah telat jemput." Kekeh Raina.
"Aku duluan ya, Kak. Assalamualaikum." Pamit Raina.
"Iya, hati - hati, Rai. Waalaikumsalam." Jawab Rekan Raina.
Dengan ceria, Raina melangkah keluar dari gedung Kantornya. Sesekali ia tersenyum kala berpapasan dengan rekan kerjanya. Tentu saja, tak sedikit dari mereka yang menyapa hanya untuk sekedar menggoda si gadis cantik dan kekasihnya.
"Assalamualaikum." Sapa Raina.
"Waalaikumsalam, Sayang." Jawab Arsha sambil tersenyum.
"Mas udah dari tadi?" Tanya Raina.
"Lumayan, udah nunggu sepuluh menit." Jawab Arsha sembari memakaikan helm di kepala Raina.
"Mau langsung pulang, atau mau jalan - jalan dulu, Sayang?" Tanya Arsha.
"Terserah Mas aja. Kalau Mas capek, mending langsung pulang. Biar Mas bisa istirahat." Jawab Raina.
"Yasudah, ayo naik." Ajak Arsha yang kemudian mengulurkan tangan untuk menjadi pegangan saat Raina naik ke boncengannya.
Keduanya tampak asyik mengobrol kesana dan kemari di perjalanan. Canda dan tawa juga turut menemani perjalanan keduanya sore itu.
"Widih, ada yang beli mobil baru tuh." Kekeh Arsha saat melihat sebuah mobil towing yang berpapasan.
"Belum tentu lah, Mas. Bisa jadi abis ngangkut mobil mogok." Sahut Raina.
"Kalau mobil mogok, mending sewa mobil derek lah, Dek. Biayanya lebih murah dari pada sewa towing." Jawab Arsha.
"Ya siapa tau, yang punya mobil takut mobilnya lecet." Sahut Raina.
"Ada - ada aja kamu ini, Dek." Kekeh Arsha yang menular pada Raina.
"Kamu bisa bawa mobil gak, Dek?" Tanya Arsha.
"Enggak, Mas. Gak ada yang ngajarin, lagi pula aku lebih seneng jadi penumpang aja deh kayaknya." Kekeh Raina.
"Kamu juga harus belajar bawa mobil, Dek. Kalau sewaktu - waktu di butuhin, kan gak perlu susah payah cari orang lain." Kata Arsha.
"Nanti kapan - kapan privat nyupir mobil sama Mas." Imbuh Arsha.
"Ih, takut. Nanti kalo salah - salah terus, Mas kunyah lagi akunya." Sahut Raina yang membuat Arsha tertawa.
"Lagian ya, Mas. Kata temen - temen aku, lebih enak belajar mobil sama orang lain dari pada sama Suaminya. Soalnya Suami lebih gak sabaran." Imbuh Raina kemudian.
"Mas kan belum jadi Suami. Makanya harus segera kamu manfaatin. Mumpung belum jadi Suami, jadi stok sabarnya masih melimpah biar kamu gak kabur." Sahut Arsha.
"Emang kalo udah jadi suami, Mas jadi gak sabaran?" Tanya Raina.
"Gak tau juga. Makanya jadiin Suami dulu, biar kamu tau." Jawab Arsha.
"Bisa ae anak Pak Kades satu ini." Gelak Raina sambil mencubit pinggang Arsha yang ikut tergelak.
Setelah mengantar Raina pulang, Arsha segera melajukan motornya dengan santai menuju ke rumah.
Sesampainya di depan rumah, Arsha terbengong - bengong melihat dua mobil berjajar di halaman rumah, lengkap dengan pita merah besar yang masih menempel.
"Ciye! Mobil baru loh." Seru suara pria yang tentu akrab di telinganya.
"Celeng! Jare mulih sesok, kowe! (Babi! Katanya pulang besok, kamu!)" Seru Arsha yang kemudian turun dari motornya.
"Masku, Sayangku, Kebanggaanku!" Seru Aksa sambil menghambur kepelukan Arsha.
Dua saudara kembar itu tampak saling melepas rindu setelah tiga bulan berpisah. Ini adalah waktu perpisahan terlama mereka sepanjang mereka hidup.
"Jadi pada ngerjain aku, ceritanya?" Tanya Arsha saat melihat keluarganya yang berkumpul di teras rumah Pak Karto.
"Ibun juga gak tau, Mas. Orang semalem Romo bilangnya gitu. Kerjaan Romo, Aksa sama Yanda tuh." Runi membela diri.
"Pantes kok kowe mung pasrah pas Romo ra ngolehke nggowo mobil. Biosone kowe sing paling ngengkel! (Pantas kok kamu cuma pasrah waktu Romo gak ngebolihin bawa mobil. Biasanya kamu yang paling ngeyel!)" Ujar Arsha sambil menendang bokong Aksa.
"Mobil ndi sing arep di gowo? Wong wes di dol Romo kok e. (Mobil mana yang mau di bawa? Orang sudah di jual Romo kok e.)" Sahut Aksa yang balas menendang Arsha.
"Ngono kowe ra ngomong karo aku, Leng! Celeng! (Gitu kamu gak bilang sama aku, Bi! Babi!)" Kata Arsha yang kembali membalas tendangan adiknya.
"Woh! Aku agi tas mulih kok tok jak gegeran to, Won, Segawon! (Woh! Aku baru saja pulang kok kamu ajak ribut to, Guk, Guguk!)" Ujar Aksa yang kini memasang kuda - kuda.
"Lah... Lah... Mulai. Kalo jauh kangen, kalo deket gelut!" Omel Abi.
"Jarno to, Nang. Wes suwi ra ndelok dene wong gelut kok e. (Biarin to, Nang. Sudah lama gak lihat mereka berantem kok e.)" Kata Pak Karto sambil tertawa. Wajah tua itu, tampak begitu bahagia.
"Lah, enek lakon opo iki? Kok enek segawon karo celeng gegeran kih. (Lah, ada kisah apa ini? Kok ada guguk sama babi ribut - ribut ini.)" Gelak Raka sambil berjalan ke teras rumah Pak Karto.
"Wah iki! Nggolek molo memang kethek siji iki! (Wah ini! Nyari bahaya memang nyemot satu ini!)" Seru Aksa.
"Sikat, Sa!" Seru Arsha.
Kedua kakak beradik itu pun dengan kompak mengejar Raka. Tak ayal, aksi saling kejar dan saling tendang pun memeriahkan sore mereka. Pak Karto dan bu Lastri nampak bahagia melihat cucu - cucunya kembali berkumpul.
Saking bahagianya, Pak Karto tertawa hingga terbatuk - batuk melihat tingkah ketiga cucu laki - lakinya.
"Ehm... Ehm... Bayi vintageku, kalo ketawa jangan kuat - kuat makanya, jadi batuk kan. Awas nanti lepas gigi palsunya." Celetuk Ashoka yang meledek Kakeknya.
namnya jg saudra nggak usil nggak marem mas aska🤣🤣🤣🤣
jauh dicari deket gelut🤣🤣🤣
Saira cepet terima lamaran mas Aksa jd nanti ngunduh mantu & ritual bopo biyungnya bisa barengan 😊
syakafallah abi Raina.. bahagia selalu semua