Update setiap hari!
Leon Vargas, jenderal perang berusia 25 tahun, berdiri di medan tempur dengan tangan berlumur darah dan tatapan tanpa ampun. Lima belas tahun ia bertarung demi negara, hingga ingatan kelam tentang keluarganya yang dihancurkan kembali terkuak. Kini, ia pulang bukan untuk bernostalgia—melainkan untuk menuntut, merebut, dan menghancurkan siapa pun yang pernah merampas kejayaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15 Leon Vs N'Kosi
Garka dan anak buahnya terdiam, jantung mereka berdetak kencang, ada rasa ngeri sekaligus harapan dalam dada mereka.
June mendecak pelan, tersenyum miring. “Ah… akhirnya monster yang sesungguhnya muncul juga.”
Jack, yang tubuhnya masih dililit perban, langsung melangkah mundur. Wajahnya pucat pasi, suara gemetar. “Jangan dekatkan dia padaku…! Dia… dia bukan manusia… dia IBLIS!!”
Garka masih terengah, matanya menatap Leon dengan lega. “Akhirnya kau datang juga..."
Leon tak menjawab. Sorot matanya dingin, menusuk, seakan kata-kata tak lagi diperlukan untuk situasi ini.
Dalam sekejap, tubuhnya melesat ke depan seperti bayangan kilat. Tinju kanannya mengarah langsung ke wajah sombong June.
Namun, tepat sebelum tinju itu mendarat—
BRAKK!!
Tangan raksasa N'Kosi menjepit lengan Leon, kekuatannya bagaikan baja. Dalam satu tarikan, ia berusaha melempar Leon dengan teknik bantingan keras—namun sesuatu terjadi.
Tubuh Leon tidak bergerak.
N'Kosi mengerutkan kening, matanya melebar kaget. Ia menoleh ke bawah, mendapati kaki Leon sudah mengganjal pergelangan kakinya, menahan momentum bantingan dengan teknik sempurna.
“GRHH!!” N'Kosi mendengus, mengerahkan lebih banyak tenaga.
Namun di saat itu juga—
BUGH!!
Lutut Leon menghantam wajah N'Kosi dengan keras, suara tulang berbunyi retak. Kepala N'Kosi terhempas ke belakang, darah segar memancar dari hidungnya.
Tubuh sebesar beruang itu sedikit terhuyung, namun tak roboh.
Leon melompat mundur, posisi kuda-kuda terpasang. Sorot matanya tetap dingin. N'Kosi menyeringai, darah menetes dari mulutnya.
“Menarik… akhirnya ada lawan yang bisa membuatku merasa hidup.”
Pertarungan pun pecah.
N'Kosi menerjang seperti banteng, tinju besarnya menghantam udara dengan kecepatan mengejutkan. Leon menghindar, bergerak cekatan seperti bayangan, setiap gerakan presisi. Tinju N'Kosi menghantam meja marmer
—KRAKK!!—meja itu pecah menjadi serpihan.
Leon memutar tubuh, menendang sisi rusuk N'Kosi, tapi tubuh keras berotot itu hanya berguncang, seolah menendang baja. N'Kosi membalas dengan ayunan tangan lebar, Leon sempat terhantam di bahu, tubuhnya terpental ke rak minuman, puluhan botol berjatuhan dan pecah.
Cahaya merah lampu darurat berkilau di antara pecahan kaca, menambah nuansa medan perang.
Sambil mengelap sisa darah di sudut bibirnya, Leon maju lagi seolah tidak ada yang terjadi. N'Kosi mengatupkan tinjunya, napasnya berat tapi sorot matanya liar.
Sementara itu, June hanya bertepuk tangan pelan, wajahnya tenang penuh kelicikan. Ia berdiri, menepuk bahu asistennya dan berkata: “Panggil Kepala Polisi Victor. Katakan padanya, ‘saatnya memburu monster.’”
Ia melangkah keluar melalui pintu samping dengan elegan, meninggalkan arena tanpa peduli kerusakan yang terjadi disana.
Di sisi lain, Garka sudah bangkit. Dengan tubuh penuh luka, ia berseru pada anak buahnya: “Amankan Louis! Cepat bawa dia keluar!”
Anak buah Garka segera bergerak, mengangkat Louis yang tangannya sudah patah, berusaha membawanya ke tempat yang aman.
Namun langkah mereka terhenti ketika derap kaki berat terdengar dari luar.
Dug… dug… dug…
Pintu besar bar kembali bergetar. Puluhan anak buah June berbondong-bondong masuk sambil membawa senjata lengkap.
"Sial! Kita akan melawan mereka disini, buat jalan keluar!"
Anak buah June langsung menyerbu dengan pedang pendek dan tongkat besi di tangan mereka. Garka tak punya pilihan selain bertarung.
“SERANG!!” teriak salah satu dari mereka.
Dalam hitungan detik, ruangan itu berubah menjadi medan perang. Jeritan, dentuman senjata, meja dan kursi berterbangan.
Leon melesat cepat, mematahkan lengan seseorang, menendang wajah orang lain hingga darah muncrat di udara. Garka dan sisa anak buahnya juga ikut bertarung, meski tubuh mereka sudah babak belur.
DUARRR!!
"Aku adalah lawanmu!" teriak N'Kosi sembari menangkap kaki Leon dan melemparnya ke ruangan lain.
BRAKK!
Tubuh Leon menghantam pintu utama bar hingga jebol, para tamu pesta malam itu menoleh dengan wajah kaget.
Musik disko masih menggelegar, lampu strobo menari-nari di udara, sementara wanita-wanita yang tengah melayani tamu bejat menjerit histeris.
“AAAAHHH!!”
“APA YANG TERJADI?!”
"PERTARUNGAN? KENAPA ADA PERTARUNGAN DISINI!?"
Panik seketika melanda. Para tamu berlari berhamburan, tumpah ruah penuh kepanikan. Gelas pecah, minuman berhamburan, dan suara musik disko bercampur dengan dentuman perkelahian brutal.
Leon, di tengah kepanikan orang-orang justru memusatkan fokusnya. Mencari-cari sosok N'Kosi di keramaian.
Hingga akhirnya—
BRAKK!
Tinju N'Kosi menghantam meja tepat ketika Leon menghindar dengan sempurna. Meja hancur, botol minuman berserakan dimana-mana, jeritan kepanikan terdengar dimana-mana, membuat suasana semakin riuh.
Di tengah kekacauan itu, Leon dan N'Kosi terus saling adu. Tinju mereka bagai petir dan guntur, setiap benturan membuat udara bergetar.
BUGH!
Leon menghantam perut N'Kosi dengan pukulan lurus, tapi tubuh keras itu tak bergeming bagaikan batu. N'Kosi hanya menyeringai dan membalas dengan pukulan ke arah dada Leon
—DUARR!!—Leon terlempar, menghancurkan peralatan DJ hingga hancur berkeping-keping.
Leon bangkit perlahan, membersihkan pakaiannya lalu menatap N'Kosi yang berdiri di tengah kerusuhan.
Ia menatap N'Kosi penuh selidik, warna kulit hitam yang jarang di negara ini, rambut gimbal yang khas, dan anting dengan simbol kuno. Hanya dengan melihat ciri-ciri itu, Leon tahu sesuatu.
“Bukankah kau… berasal dari Zambald?” suara Leon rendah, namun tetap tegas.
N'Kosi hanya diam. Nafasnya berat, dada naik turun.
"Orang-orang dari negara itu ditempa untuk bekerja dengan fisik mereka. Aku pernah melihatnya di medan perang… kekuatan kalian, tidak normal.”
Sejenak, hanya suara kaca pecah dan jeritan panik di sekitar mereka. N'Kosi menggerakkan lehernya ke kanan-kiri, bunyi tulang berderak. Ia tak menjawab sepatah kata pun—hanya melangkah maju, setiap pijakan kakinya membuat lantai bergetar.
Leon mencengkeram pecahan kaca di sampingnya. Tatapannya berubah seperti kilat yang siap menyambar. Dalam sekejap, ia bergerak!
“SHHHHAAKKK!!”
Gelas tajam itu menoreh dada N'Kosi berkali-kali, gerakannya secepat kilat, nyaris tak kasatmata. Pecahan kaca mengoyak kulit hitam keras itu, darah segar muncrat, menodai pakaian sobek N'Kosi.
Pria besar itu terhuyung, bajunya terkoyak habis, tubuh berotot sempurnanya terpampang. Namun Leon terdiam sesaat—matanya terpaku pada tato dada N'Kosi.
Sebuah lambang singa terpatri jelas di sana. Bukan tato biasa, melainkan simbol kebanggaan militer Zambald—lambang para prajurit elit di negeri itu.
Leon mengepalkan tangan, napasnya berat. “Sudah kuduga… gerakanmu. Aku pernah melawan prajurit sepertimu dulu… di perang Selatan. Kau… ‘Singa Zambald’.”
N'Kosi menyeringai tipis, darah menetes dari dada, namun tatapannya semakin liar. Ia melangkah maju lagi, seolah serangan barusan hanyalah goresan biasa.
Pertarungan belum selesai. Neraka baru saja dimulai.
....
Disisi lain...
Langkah Garka bergema di lorong sempit. Nafasnya berat, darah masih menetes dari pelipisnya, namun ia memaksa tubuhnya untuk terus bergerak. Bagaimanapun Louis harus selamat.
“Cepat bawa dia ke rumah sakit, sekarang!” serunya. Anak buahnya mengangguk patuh, menyeret Louis menuju pintu keluar yang sudah mulai terlihat samar di kejauhan.
Teriakan musuh terdengar di belakang, suara langkah kaki semakin mendekat. Garka mendecak kesal. "Kalian pergilah lebih dulu."
"Bagaimana denganmu, Bos?"
"Aku akan menahan mereka disini."
"Tapi Bos—"
"PERGILAH! Aku tidak akan memaafkan kalian jika Louis mati disini!" teriak Garka, menyela perkataan bawahannya.
ayooo muncullah!!!
gmn malu'a klu tau angeline anak si komandan🤭😄
ternyata sang komandan telah mengenal leon
ah, leon akhir'a dpt sekutu