Yuka Pratiwi,seorang staf hotel yang cantik sengaja mendekati Artha, sang menejer hotel agar bisa masuk ke dalam keluarga Regatama dan melakukan balas dendam melalui Artha yang polos. Yuka dapat menjalankan target utama nya yaitu Broto, sang ayah mertua. Tujuan hidup Yuka adalah untuk menghancurkan Broto yang sudah menghilangkan nyawa sang Ayah menyengsarakan Ibu dan merebut perusahaan keluarga nya. Keserakahan Broto menghancurkan kehidupan Yuka kala masih kecil.
Apakah Artha turut menjadi target dalam balas dendam Yuka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thuy Mhuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Terdengar suara dengusan orang di seberang telepon. "Yaahh, padahal sekarang ini aku udah pake baju dinas yang kamu kasih. Tapi ya udah deh kalo emang kamu lagi sibuk. Jangan lupa dateng nanti malam ya, aku akan memberikan suguhan yang spesial buat kamu."
Setelah mengiyakan perkataan pacar nya, Seno mematikan sambungan telepon terlebih dahulu.
Ting...
Suara dering sebuah pesan masuk. Seno membuka nya yang ternyata pesan dari pacar nya yang mengirim pap foto yang sedang mengenakan lingerie merah tipis, menampakan lekukan tubuh sintal nya.
Seno menelan ludah kasar saat melihat nya, darah panas nya berdesir cepat, tetapi Seno dengan cepat membuang pikiran bodoh itu. Kemolekan pacar pacar Seno yang sekarang tidak ada yang lebih dibanding tubuh Yuka bak gitar spanyol yang selalu membuat nya ketagihan.
Seno buru buru memasukan ponsel nya ke saku kemeja begitu melihat Yuka kembali dari toilet. "Kita bisa pergi sekarang?" sambut Seno dengan senyum sumringah.
Yuka mengangguk pelan, kemudian berjalan mengekori seno.
Saat melewati lorong basement, Seno mengurangi kecepatan berjalan nya, menjajarkan langkah dengan Yuka yang sedari tadi berjalan di belakang nya.
"Apa kamu gak nanya kabar ku setelah pindah tugas di Regatama Property, Yuka?".
Yuka memutar bola mata nya malas, tanpa menanggapi perkataan Seno.
Seno melanjutkan kalimat nya. " Padahal dulu kamu posesif banget sama aku, setiap jam kamu selalu nanyain aku ada dimana, sama siapa, kapan bisa diam diam bertemu dan...." Seno mendekatkan kepala nya untuk berbisik. "Kapan bisa diam diam bercinta..."
Kuping Yuka terasa panas. Dia tidak ingin mengingat kembali masa lalu yang menyebalkan dan penuh dengan kepura puraan. Yuka berpacaran dengan Seno tanpa rasa cinta, karena dia hanya berniat untuk masuk ke dalam keluarga Regatama untuk membalaskan dendam yang sudah bertahun tahun di simpan.
"Jangan ungkit itu lagi, Mas!" Ketus Yuka kesal.
"Kenapa? Bukan kah kata mu aku cinta pertama mu? Bahkan, aku adalah pria yang mendapatkan mahkota perawan mu." Seno menjadi semakin semangat.
Yuka menghentikan langkah nya, membuat Seno pun refleks berhenti.
Yuka menatap marah Seno. "Sudah berapa kali saya bilang, kalau kisah kita sudah selesai! Jadi tolong jangan buat saya kesal!" Yuka mengurungkan niat nya untuk membuka pintu mobil. "Oh iya, sekarang status kita cuma sekedar ipar. Saya mau menemani anda makan siang hanya sebagai bentuk hormat bawahan kepada atasan." Yuka pun masuk ke dalam mobil.
Seno menghela nafas setelah mendengar perkataan Yuka yang menohok. "Semakin kamu menjauh, maka semakin aku akan mengejarmu, Yuka." desis nya pelan kemudian masuk mobil, duduk di kursi kemudi.
"Bagaimana menurut mu kalau dalam waktu dekat aku akan menikah?" Seno buka suara setelah keheningan yang sejak tadi menyelimuti suasana mobil. Seno berharap Yuka akan cemburu.
"Bagus lah" . Jawab Yuka singkat tanpa mengalihkan pandangan nya ke luar jendela.
Seno berkedip cepat. Jawaban Yuka tidak seperti apa yang di inginkan nya. Seno menghembuskan nafas berat, kemudian berbelok memasuki area parkir restoran.
Seno buru buru keluar membukakan pintu mobil untik Yuka. Melihat sikap Seno yang berlebihan membuat Yuka berdecak kesal.
Kedua nya berjalan beriringan menuju private room yang sudah di pesan. Seno juga membukakan pintu ruangan khusus itu, mempersilakan Yuka untuk masuk lebih dulu.
Yuka terhenyak mengamati restoran dengan ruangan yang terlihat sangat tenang. Restoran yang bergaya lesehan itu memiliki satu meja yang lumayan panjang dan di kelilingi dengan beberapa bantal duduk. Sebenar nya restoran semacam ini biasa di pesan untuk diskusi atau rapat penting dengan maksud menjaga privasi. Namun, kali ini Seno memesan nya hanya untuk dua orang.
Yuka menoleh. "Kenapa harus di sini?" tanya nya dengan kening berlipat.
Seno menampilkan senyum hangat seraya menunjuk berbagai makanan Jepang yang tersaji di meja. "Aku tahu kamu sangat menyukai makanan semacam ini."
Perempuan dengan rambut bergelung khas staf hotel itu pun melirik meja. Dia bergeming, merasa was was dengan tempat yang di pilih Seno, tetapi sangat ingin menyantap semua makanan yang di pesan kakak ipar nya itu.
Seno merangkul pundak Yuka. "Aku sengaja pilih restoran ini karena pengin quality time cuma sama adik ipar ku." ungkap Seno seperti mengerti dengan keraguan Yuka.
Yuka menyingkirkan tangan Seno dari pundak nya, kemudian melepas heels dan masuk ke ruangan lesehan itu. Seno pun melepas sepatu nya, kemudian duduk berhadapan dengan Yuka.
"Makan lah". Kata Seno sambil tersenyum.
Meski ragu, Yuka mulai mencomot makanan itu dan mulai melahap nya satu per satu. Yuka terlihat sangat menikmati makanan makanan itu hingga mengabaikan jika Seno ada bersama diri nya bahkan di hadapan nya.
" Aku tahu kamu suka makanan ini, tetapi jangan sampai lupa minum juga." Seno memberikan gelas yang berisi orange juice.
Tanpa banyak berpikir, Yuka langsung menerima gelas itu lalu meneguk nya hingga menyisakan setengah. Yuk kembali mencomot makanan makanan Jepang dengan sangat asyik.
"Kenapa kamu gak makan?" tanya Yuka karena Seno terus terusan memandang nya dengan senyuman yang selalu terukir disana.
"Rasa nya, melihat mu makan dengan lahap sudah membuat ku kenyang, Yuka." jawab Seno kemudian mulai mencomot makanan dan memasukan nya ke mulut. Sesekali Seno masih melirik Yuka yang terlalu asyik makan dengan seringai di wajah nya. Seperti ada sesuatu yang Seno rencanakan, tetapi Yuka tidak menyadari hal itu.
Merasa membutuhkan cairan untuk mendorong makanan yang masuk ke lambung, Yuka kembali menyeruput minuman nya hingga gelas itu kini bemar benar habis tak tersisa setetes pun. Yuka masih juga belum selesai dengan makanan nya. Perempuan dengan bibir menawan itu tiba tiba merasa gerah, dia melepas blazer kerja nya begitu saja, tanpa memperdulikan Seno.
Seno menatap Yuka lebih intens, merasa rencana nya sebentar lagi akan berhasil.
Yuka berhenti makan setelah merasakan tubuh nya semakin gerah. Dia berkeliling pandang, mencari letak AC. "Gerah banget." kata nya sambil mengibaskan kerah baju kemeja nya merasa panas. "Bisa kah kamj atur AC nya lebih dingin lagi?" pinta Yuka.
"Oh baik lah". Seno pun berhenti makan dan mengambil remote AC lalu mengatur suhu ruangan menjadi dingin.
Yuka mendengus karena masih merasa begitu kegerahan. Entah lah, kini Yuka menjadi resah karena respon tubuh nya yang aneh. " Atur lah menjadi yang paling dingin.".
Seno mengiyakan, kemudian mengatur AC paling dingin, bahkan kini Seno merasa sangat kedinginan. "Ini sudah yang paling dingin, Yuka".
" Aahhh". Yuka mendesah pelan, masih mengibas ngibaskan ujung kerah kemeja nya karena masih merasa panas sekaligus gusar.