***
Thantana sangat terkejut. Ketika tiba tiba sembilan batu yang berada di telapak tangan kanannya, satu persatu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Melalui lengannya, seperti cahaya menembus kaca dan terhenti ketika sudah berada di dalam tubuh Thantana.
Proses ini sungguh sangat menyakitkan baginya. Hingga, sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Thantana mengibas ibaskan lengan kanannya, sembari tangan satunya lagi mencoba menarik sisa sisa batu yang mesih melekat pada telapak tangannya itu. Namun, semakin ia menariknya, rasa sakit itu semakin menjadi jadi. Dan di titik batu ke sembilan yang menerobos masuk, pada akhirnya Thantana jatuh tak sadarkan diri kembali...?
**kita lanjut dari bab satu yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunardy Pemalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEDATANGAN HARIMAU GUNUNG
Hari terlihat sudah senja dan semakin gelap.
Matahari yang sebelumnya bersinar sangat terik di atas kepala kini telah condong. Dan terhalang oleh Gunung yang sangat tinggi, yang berada di sisi jalan yang panjang berkelok kelok, menuju kota Lupta Adripada.
Jalanan di kaki Gunung itu bener bener sangat sepi, bahkan seperti tidak pernah di lalui oleh manusia. Terbukti sejak pagi tadi hingga sore ini, belum pernah terlihat ada orang atau kereta kuda yang lewat, kecuali kereta kuda yang membawa Thantana beserta sahabat sahabatnya itu.
Senja yang semakin gelap itu, terasa mencekam. Lolongan Srigala dari dalam hutan di atas gunung mulai terdengar sayup sayup, menambah suasana sepi itu semakin terasa menakutkan. Apa lagi kereta kuda sekarang tidak bisa berjalan dengan cepat, karena gelapnya cuaca. Di tambah, di jalanan itu semakin banyak lubang lubang yang cukup dalam, hingga memaksa kereta kuda itu untuk menghindarinya.
Di saat situasi seperti itu, tiba tiba muncul sesosok Makhluk berkaki empat yang tinggi dan besar dari atas gunung, melompat menghadang kereta kuda yang membawa Thantana cs.
Empat kuda yang menarik kereta, terkejut. Dan meringkik ringkik sembari mengangkat kedua kaki bagian depannya tinggi tinggi. Membuat kereta kuda itu menjadi oleng, dan menggoyang orang orang yang berada di dalamnya hingga saling berbenturan.
Pangeran Zyandru yang berada paling dekat dengan pak kusir kemudian bertanya...?
"Ada apa pak kusir?" katanya, terhadap pak kusir yang berada di depan.
"I.. I.. Itu Harimau, pangeran!" kata pak kusir tercekat.
"Apa...! Harimau?" jawab Zyandru.
"Haauummm... "
Baru saja Pangeran Zyandru selesai bicara, tiba tiba binatang itu mengaum, membuat kuda kuda penarik kereta meringkik kembali, dan melompat lompat dengan liar.
Semua orang yang berada di dalam kereta kuda tergoyang goyang dengan kuat, akibat hentakan hentakan kuda yang ketakutan.
"Cepat turun semua! Kudanya tak terkendali?!" teriak pak kusir terhadap semua yang berada di dalam kereta.
Namun, baru saja pak kusir berteriak. Kuda kuda itu sudah berlari ke arah sebaliknya, dan menarik kereta dengan sangat cepat, hingga bermanuver lalu menabrak salah satu pohon besar yang berada di pinggir jalan.
"Gubraaakkkk......"
"Aaakkkkkk......"
Semua yang berada di dalam kereta terbanting ke depan dan membentur dinding kereta yang berada di depan mereka.
Thantana yang sempat berpegangan pada lubang Jendela yang berada di belakangnya, tidak ikut terbanting. Namun membuat tangan yang berpegangan itu terasa ngilu.
Kemudian Thantana melompat turun dari kereta, untuk menghadapai Binatang Harimau yang di katakan pak kusir tadi.
Sementara Zyandru,Radif dan Kaiya segera menolong Putri Brinda dan Lasya yang cukup keras mendapat benturan, karena duduk paling depan.
"Haauummmm... "
Sekali lagi Harimau gunung itu mengaum, dan melangkah mendekat ke arah kereta kuda yang terhenti akibat menabrak pohon tersebut.
"Binatang sialan, sini kau!" ucap Thantana yang sudah berada agak jauh dari kerena. Dan memancing Harimau itu dengan melempar patahan ranting ke arahnya.
"Haauummm... "
Sambil mengaum, Harimau yang tinggi dan besar, nyaris sebesar Gajah itu. Melihat ke arah Thantana dengan sorot mata marah karena di lempar pakai ranting.
Thantana tidak perduli dengan kemarahan Harimau tersebut. Ia juga merasa marah, karena ulah dari Harimau itu membuat kuda kuda ketakutan dan membikin kereta kudanya rusak, dan juga membuat Tuan putri terluka.
Thantana tidak mau berlama lama, sebab semakin lama di biarkan, Harimau itu semakin membuat kuda kuda ketakutan.
Lalu, dengan menggunakan kekuatan cahayanya, Thantana merangsek maju menerjang Harimau itu.
"Rakta Neela...!"
Sambil mengucapkan kata itu, dari kedua tangan Thantana keluar cahaya merah dan biru secara bersamaan. Cahaya itu membentuk sebuah tombak yang sangat tajam, kemudian Thantana lesatkan ke arah dada Harimau tersebut.
"Slassssss... "
Slasssssss... "
"Jlebbbbb... "
"Jlebbbbb.. "
"Haauumm.. Aaarrrrrgggg... "
Terdengar suara raungan dari Harimau hutan itu, setelah terkena hantaman cahaya dari Thantana.
"Bruuukkkkkk... "
Harimau tersebut tumbang, dengan dua lobang di dadanya, yang nyaris tidak mengelurkan darah. Akibat tertusuk tajamnya cahaya dari Thantana, yang sekaligus membekukan darahnya itu.
Setelah menumbangkan Harimau itu, Thantana kembali kedalam kereta dan melihat keadaan teman temannya.
"Bagaimana keadaan kalian?" kata Thantana, setelah berada di dalam kereta.
"Kami baik baik saja Thantana... Hanya Brinda serta Lasya sedikit terluka? jawab Radif yang pertama kali melihat Thantana datang.
"Iya kak Thantana, kami baik baik saja?" Sambung Kaiya.
"Bagaimana dengan Harimau itu Thantana?" kata Zyandru.
"Harimau sialan itu, sudah mati sekarang!" jawab Thantana sembari mendekati Brinda dan Lasya. "Bagaimana luka kalian?" kata Thantana melanjutkan.
"Tidak apa apa Kak Thantana, cuma terbentur saja ko?" jawab Lasya, sembari meringis memegang pundak bagian kananya.
"Kamu bagaimana?" kata Thantana,melihat ke arah Brinda yang diam saja.
"Aku juga baik baik saja...?" jawab Brinda kemudian.
"Ya sudah... sebaiknya kita semua turun dulu dari kereta ini. Sebab keretanya sedikit rusak?" ucap Thantana, memberi tau teman temannya itu
Kemudian satu persatu mereka melompat turun dari kereta kuda itu.
Sementara pak kusir yang sebelumnya berada di depan kereta, rupanya terlempar ke semak semak ketika kereta kuda itu menabrak pohon tadi.
"Ughhh...Uhuk... uhuk...?"
Terdengar suara pak kusir dari arah semak semak.
"Pak kusir, apa anda baik baik saja?" kata Zyandru begitu mendengar suara batuk pak kusir.
"Iya Den... bapak baik baik saja?" jawab pak kusir itu. Kemudian keluar dari semak semak dan melangkah ke arah Zyandru dan yang lainnya berada.
"Bagaimana Pak... Apa kira kira kereta masih bisa di pakai?" kata Thantana.
"Bapak periksa dulu ya Den...?" jawab pak kusir, melihat ke arah Thantana.
"Aaaakkkkk... "
Tiba tiba terdengar suara teriakan dari Lasya. Membuat semuanya melihat ke arah Lasya berada.
"Harimaunya bergerak!" kata Lasya, sembari memeluk Brinda, dan mengejutkan semua yang di situ.
"Tidak mungkin!" kata Thantana.
"Biar aku periksa!" kata Radif, dan langsung berjalan ke arah bangkai Harimau itu.
Di lain sisi, empat kuda yang sebelumnya terus terusan meringkik, sudah tenang kembali ketika di dekati oleh pak kusir.
Bersamaan pak kusir yang memeriksa kereta kuda, Radif juga memeriksa bangkai Harimau yang tadi sempat membuat Lasya berteriak.
"Bagaimana...?" ucap Zyandru, yang bergerak menyusul Radif.
"Sudah mati... yang di lihat Lasya tadi pasti cuma bulu Harimau ini yang tertiup angin?" jawab Radif atas pertanyaan Zyandru.
"Aden... keretanya baik baik saja Den, hanya rusak sedikit di bagian sudut nya saja, tapi roda dan yang lain tidak ada yang rusak?" kata pak kusir dengan suara sedikit keras, memberitahu ke semuanya.
"Artinya masih bisa di gunakan yang pak kusir?" kata Brinda yang sedari tadi diam saja.
"Bener Tuan putri?" jawab pak kusir.
"Syukur lah?" gumam Zyandru.
Kemudian, setelah kuda beserta keretanya sudah berada di jalan, mereka semua bergerak hendak menaiki kereta tersebut. Tapi tiba tiba, Kaiya berucap.
Kak Thantana..? Apa tidak sebaiknya malam ini kita berkemah di sini saja. Soalnya hari sudah terlalu gelap dan kuda kuda tidak bisa melihat jalanan lagi!" kata Kaiya.
Mendengar perkataan dari Kaiya, semuanya menghentikan niatnya naik ke kereta.
"Benar juga.. Kita tidak mempunyai penerangan untuk menerangi jalanan...! Baiklah, malam ini kita berkemah di sini dan kita panggang daging Harimau itu?" kata Thantana kemudian, dan di sambut oleh teriakan "Ya" dari semuanya, termasuk pak kusir.
*****Bersambung*****