Savitri Pratomo, bungsu dari Reza Pratomo, generasi ketiga klan Pratomo, adalah seorang guru bimbingan konseling sebuah SMK di kota Solo. Guru nyentrik yang hobi naik motor besar terutama Kawasaki Ninja nya, guru yang dikenal bar-bar oleh para murid-muridnya, bertemu dengan...
Kim Jaehyun, seorang CEO perusahaan tekstil yang berada di Sukoharjo dan Sragen, pria yang paling tidak suka wanita kasar, tomboy dan tukang berantem.
Keduanya bertemu dalam situasi yang konyol tapi berkesan. Bagaimana absurdnya hubungan dua anak manusia yang berbeda karakter dan bagaimana reaksi keluarga besar Savitri?
Kisah generasi ketiga klan Pratomo
Isi hanyalah halunya author
Jangan plagiat karena jiwa gesrek kita berbeda.
Follow my IG @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
House of the Cacing
Ruang Meeting Bimbingan Konseling SMKN 11 Surakarta
Savitri menatap kedua orang tua Arisa dan putrinya yang sedang beradu argumentasi soal kemungkinan besar Arisa tidak naik kelas. Pertengkaran itu membuat kepala Savitri pusing tujuh keliling karena campur aduk bahasanya antara Jawa, Indonesia dengan logat ngapak-ngapak karena ayah Arisa aslinya orang Tegal - Brebes.
"Pak, Bu, Arisa. Diam bentar!" hardik Savitri yang sedikit keras ditambah perutnya juga sudah terjadi peperangan antara house of the dragon dan house of the cacing.
Ketiga orang di hadapannya pun terdiam melihat wajah judes guru bimbingan konseling cantik itu.
"Arisa, ibu tahu kamu itu se Oneng - onengnya kamu, nilai masih lebih baik dari ini tapi pasti ada alasan di balik nilai keonengan kamu! Gara - gara Marcell kan? Anak multi kelas 1?" tembak Savitri sambil mengeluarkan foto murid yang disukai oleh Arisa.
Wajah Arisa tampak memerah melihat foto Marcell dan jarinya hendak mengelus wajah remaja tampan itu.
"Wait! Tanganmu dikondisikan! Wajahmu juga! Macam lihat Kim Hyun Joong boys before flowers saja!" Savitri menatap tajam ke Arisa. "Kamu kenal Marcell nggak?"
"Nggak Bu...Tapi saya naksir dia" bisik Arisa membuat kedua orangtuanya melotot.
"Sing nggenah wae Kowe Risa ( Yang benar saja kamu Risa )!" bentak ibunya.
"Risa. Apa kamu tahu Marcell sudah punya pacar?" Savitri menatap Arisa. "Dan dia adalah kakak kelas kamu. Mereka sudah pacaran setahun ini."
"Ibu bohong!" jerit Arisa.
Savitri mengeluarkan foto lainnya yang menunjukkan Marcell berduaan dengan seorang gadis manis dan keduanya tampak akrab. Lalu ada foto keduanya berciuman di halaman belakang sekolah.
Arisa memucat wajahnya melihat kemesraan Marcell yang dia ketahui bersama Anastasia, kakak kelasnya.
"Lagipula Risa, kamu itu berbeda keyakinan. Kamu tuh masih muda, masih panjang jalan mu. Jangan terpancang satu pria saja. Nanti kamu masuk kuliah, masuk kerja, pilihan wong Lanang akeh nganti kamu bingung milih yang mana. Ibu yakin, jodoh kamu sudah disiapkan yang terbaik buat kamu." Suara Savitri terdengar melunak. "Benar kan bapak, ibu?"
"Leres Bu Savitri. Lalu Arisa bagaimana Bu?" tanya Ayah Arisa.
"Saya sedang meminta keringanan kepala sekolah buat anak-anak yang sebenarnya mampu tapi lagi posisi jeblok ujiannya, untuk ujian ulang. Doakan saja permintaan saya diterima oleh pak Agus selaku kepala sekolah. Tapi jika pengajuan saya tidak disetujui, ya dengan berat hati Arisa harus tinggal kelas."
Arisa tampak lesu. "Bu, rasane patah hati ki nyesek ya Bu."
Savitri tersenyum. "Don't worry, kamu bisa melewatinya dengan baik. Kalau kamu butuh curhat, ibu bakalan bantu kamu. Meja ibu terbuka untuk kamu termasuk ada camilan juga" senyum Savitri.
Arisa tersenyum tipis.
"Matur nuwun Bu Savitri atas bantuannya ke Arisa. Jika memang pengajuan ibu tidak disetujui, ya saya manut kebijakan sekolah karena ini kesalahan Arisa" ucap ayah Arisa.
"Kamu ibu ajar menjadi dewasa, Risa. Kamu memilih untuk membuat jelek nilaimu, dan itu ada konsekuensinya. Kamu harus tanggung jawab atas semua keputusan kamu, inilah proses menjadi dewasa. Paham?"
"Paham Bu Sav" jawab Arisa.
***
Setelah mengurus Arisa, akhirnya Savitri bisa bernafas lega dan langsung ke warung Bu Midi. Sesampainya disana, gadis itu khilaf memesan banyak lauk demi kedamaian perang game of thrones di perutnya.
"Bu Savitri, kok tumben sendirian. Mana gengnya?" tanya Bu Midi.
"Wis dho minggat maksi Bu. Aku gek urus muridku soale jadi agak telat ini makan siangnya."
"Pak Ekadanta tenanan ngejar dirimu ya Bu" komentar Bu Midi.
"Ngeri owk Bu. Sampai ngikutin aku ke mall harang ( segala ) padahal aku sudah jalan sama cowok, Yo jek dibuntuti. Kan ya medheni ( menakutkan ) thok!" omel Savitri. "Durung dadi apa-apane Wis sok posesif obsesif ngunu. Opo maning nek Wis dadi ceweknya, Soyo ngeri rak iso ngopo-ngopo aku. Padahal dulurku sing Lanang akeh tur ganteng - ganteng. Piyeee jal nek ngunu ( Belum jadi apa-apanya sudah sok posesif obsesif gitu. Apalagi kalau sudah jadi ceweknya, tambah ngeri tidak bisa apa-apa aku. Padahal saudaraku yang laki banyak dan ganteng - ganteng. Gimana kalau begitu )?"
Ekadanta yang hendak masuk ke warung Bu Midi mengurungkan niatnya dan memilih mendengarkan curhatan guru cantik itu.
"Bu Savitri memang nggak ada perasaan apa-apa sama pak Ekadanta?" tanya Bu Midi.
"Blas Bu! Ditambah perilakunya seperti itu, Soyo wegah aku !"
Ekadanta tampak terkejut mendengar bagaimana Savitri tidak menyukai sikapnya kemarin dan membuat gadis itu semakin menjauh.
"Memangnya Bu Savitri maunya macam mana?"
"Kalau aku sih, bertemu orang yang bisa membuat aku merasa 'Oh nih cowok Membagongkan' baru aku tahu, dia jodohku!"
Ekadanta tampak berpikir. Membagongkan? Macam apa pula itu?
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote gift and comment
Tararengkyu ❤️🙂❤️