NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Tuan Davison

Istri Rahasia Tuan Davison

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rembulan Pagi

Pura-pura menikah dengan tetangga baru? Tentu bukan bagian dari rencana hidup Sheina Andara. Tapi semuanya berubah sejak tetangga barunya datang.

Davison Elian Sakawira, pria mapan berusia 32 tahun, lelah dengan desakan sang nenek yang terus menuntutnya untuk segera menikah. Demi ketenangan, ia memilih pindah ke sebuah rumah sederhana di pinggir kota. Namun, hari pertama justru dipenuhi kekacauan saat neneknya salah paham dan mengira Sheina Andara—tetangga barunya—adalah istri rahasia Davison.

Tak ingin mengecewakan sang nenek, Davison dan Sheina pun sepakat menjalani sandiwara pernikahan. Tapi saat perhatian kecil menjelma kenyamanan, dan tawa perlahan berubah menjadi debaran, masihkah keduanya sanggup bertahan dalam peran pura-pura?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2. Pernikahan Pura-Pura

“Ya ampun, Dev!” suara neneknya meledak, nada terkejut campur kesal. “Nenek nggak nyangka selama ini kamu nolak perjodohan karena diam-diam sudah punya istri! Rumah ini kamu beli buat hidup sama dia, ya?”

Pertanyaan itu menghantam seperti petir, dan seketika wajah Davison membeku.

Dalam sepersekian detik, otaknya langsung dipenuhi potongan-potongan kenangan. Satu demi satu perempuan yang dikenalkan neneknya dulu melintas begitu cepat, seperti slide yang diputar di layar.

Perempuan pertama, anak konglomerat, bajunya mencolok, aksennya dicampur-campur. "I nggak mau punya anak. Kalau you mau childfree nggak?"

Waktu itu, selesai makan siang, Davison langsung menelpon neneknya. "Dev nggak mau yang ini, Nek."

Perempuan kedua, terlalu pendiam. Cuma senyum dan ngangguk setiap ditanya.

"Ikut kencan buta karena kemauan orang tua?"

Gadis itu mengangguk.

"Sebelumnya sudah pernah pacaran?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya.

Tidak ada obrolan yang nyambung. Davison merasa dia seperti wawancara batu.

Perempuan ketiga, tomboy, duduknya ngawur, makannya berantakan. Ngomongnya sok cool.

"Jadi yah males dandan, ribet. Lo kenapa si mau ikut kencan buta? Ngeribetin banget," ucapnya menatap Davison malas.

Davison cuma tahan setengah jam.

Perempuan keempat, terlalu seksi. Dadanya nyaris terbuka penuh. Dengan percaya diri dia bilang, “Laki-laki pasti suka dada besar.”

Davison langsung berdiri dan bilang ke nenek, “Nek, Dev serius, bukan nyari tontonan.”

Lima, enam, tujuh, semua ditolak. Entah karena terlalu banyak nuntut, terlalu dramatis, atau terlalu dibuat-buat.

Dan yang terakhir, perempuan kedelapan. Wajahnya manis, senyumnya lembut. Tapi kalimat pertama yang keluar darinya adalah, “Aku sakit kanker. Umurku udah nggak lama lagi. Tapi aku mau bahagiain orang tuaku sebelum aku pergi. Jadi aku ikut kencan buta ini biar bisa menikah.”

Davison masih ingat jelas rasanya waktu itu, terharu, bingung, sekaligus sedih. Tapi akhirnya dia bilang, “Daripada nyenengin orang tuamu soal pernikahan, lebih baik pentingin kebahagiaan kamu dulu. Cari kebahagiaan yang penting selain itu. Pasti ada kok.”

Dan sejak hari itu, Davison tidak pernah mau lagi ikut kencan buta. Dia lelah. Neneknya terus mencoba, tapi dia diam-diam menghindar.

Kini, berdiri di depan nenek yang marah sekaligus kecewa, dan Sheina yang bengong tanpa tahu harus berbicara apa, Davison justru menemukan celah.

Mungkin ini cara untuk mengakhiri semuanya. Mungkin ini satu-satunya jalan agar nenek berhenti mencari pasangan aneh-aneh lagi untuknya.

Davison menarik napas. Lalu menatap lurus ke mata neneknya.

“Iya, Nek. Dia istriku,” ucapnya dengan nada mantap.

Sheina membeku. Matanya melebar, menatap Davison dengan sorot tidak percaya. Tapi belum sempat protes, Davison sudah membungkuk sedikit dan berbisik di dekat telinganya.

“Berpura-puralah. Nenekku sakit parah. Umurnya nggak lama lagi.”

Sheina menelan napasnya. Dalam hitungan detik, senyumnya terbentuk. Ia mengangguk, membiarkan tangan Davison merangkul pundaknya. Dalam hati, ia berpikir, ini cuma sebentar, sebentar saja.

“Iya, Nek. Saya istrinya Pak Davison,” ucap Sheina sambil tersenyum sopan.

Wajah sang nenek langsung bersinar. Ia melangkah mendekat, menggenggam tangan Sheina, lalu menoleh ke Davison dengan senyum menggoda.

“Kamu cantik sekali. Sudah berapa lama Dev menyembunyikan pernikahan kalian dariku? Dimana kalian bertemu? Nakal ini, nggak pernah kasih kamu nafkah ya?” pertanyaan demi pertanyaan meluncur cepat.

Sheina melirik Davison, wajahnya kikuk, meminta bantuan. Davison buru-buru menyambung.

“Nenek, berhenti. Istriku nggak bisa diserbu pertanyaan sebanyak itu.”

“Aku cuma pengen tahu hubungan kalian. Kalian bisa-bisanya menyembunyikan ini semua dariku.”

Sheina langsung mengambil celah. Kepalanya menoleh ke arah nenek, suaranya dibuat khawatir.

“Nenek tau nggak? Dev nggak pernah cerita soal nenek. Dia bilang dia udah nggak punya nenek lagi,” ujarnya sambil menggenggam tangan sang nenek erat. “Aku sempat kaget lihat nenek di sini. Dev bilang neneknya sudah tiada.”

Mata nenek membulat. Ia langsung menoleh ke Dev dan tanpa basa-basi memukul lengannya.

“Dev! Bisa-bisanya kamu! Dasar cucu durhaka!”

Dev mendelik ke Sheina yang kini tersenyum puas, seakan memenangkan satu ronde penting dalam permainan ini.

“Siapa namamu?” tanya nenek sambil mengelus punggung tangan Sheina dengan lembut.

“Sheina, Nek,” jawabnya pelan.

"Nama yang bagus," puji sang nenek.

"Terima kasih nek."

“Ayo masuk ke dalam, Nenek pengen lihat rumah kalian.”

Sheina buru-buru menimpali, “Rumahnya baru dibeli, Nek. Belum ada perabotan. Kami baru mau mulai bersih-bersih dan ngisi barang-barangnya. Jadi belum bisa duduk nyaman.”

“Oh begitu,” gumam nenek, menoleh ke sekeliling.

Sementara itu, Ari berdiri tak jauh dari mereka, wajahnya penuh tanda tanya. Sebelum Ari sempat bertanya kepada Davison, Davison lebih dahulu mendekati Ari

“Kenapa bawa nenek ke sini?” tanya Davison

“Dia tiba-tiba nyamperin ke kantor. Bawa pasukan segala. Katanya pengen lihat cucuknya mau kawin,” jawab Ari, napasnya berat.

Ari tergelak. “Siapa tuh cewek?”

“Orang yang kamu bilang, yang nunjukin rumah."

Ari menyipitkan mata. “Kirain istri rahasia kamu.”

“Ini terpaksa. Biar nenek diam. Tapi tuh cewek malah makin jadi.”

Nenek masih menggenggam tangan Sheina erat.

“Nenek masuk mobil aja ya, rumah ini belum ada tempat duduknya. Takut nenek kecapekan,” ujar Sheina lembut, tulus.

Nenek tertawa kecil. “Nenek masih kuat. Tapi nenek tetap mau lihat rumah kalian. Bener nggak Dev?”

Davison mendesah, lalu berbisik ke Ari, “Lihat, langsung kuat. Kalau nyuruh nikah, baru ngomong sakit.”

Lalu ia menoleh ke nenek. “Nenek, pulanglah dulu ya. Kalau rumahnya udah selesai, aku janji bakalan ajak nenek ke sini.”

“Serius?” Mata nenek berbinar. “Nenek senang sekali lihat kamu Sheina. Oh ya, Sheina, kasih nomor kamu ke nenek.”

Sheina mengangguk dan mengetik nomornya ke ponsel nenek Davison.

“Terima kasih, Sheina. Nenek pulang dulu. Ayo, Ari.”

Setelah mobil nenek pergi menjauh, Davison menghela napas panjang. Menoleh ke arah Sheina yang senyumnya mulai luntur.

“Kamu? Kenapa sih ngaku-ngaku ke nenek saya?” Davison bertanya dengan nada datar.

Sheina menatapnya, sebal. “Loh, yang mulai siapa? Bapak duluan bilang saya istri bapak. Saya cuma bantuin akting yang sudah Bapak mulai.”

Dev menghela nafas. “Sudah. Mana kuncinya. Hari ini selesai. Anggap aja nggak pernah terjadi.”

Sheina menyerahkan kunci rumah dengan ekspresi kesal. “Ya ya ya ya. Awas aja complain soal rumah ini. Nggak bakalan saya gubris lagi.”

Tanpa menunggu tanggapan, Sheina melangkah cepat keluar pagar rumah Dev. Sepatu flat-nya menghantam paving pelan tapi mantap. Begitu sampai di depan pagar rumahnya sendiri yang bersebelahan, ia membuka pintu pagar dan masuk sambil menggerutu keras, cukup agar Davison mendengar.

“Kesel banget! Dasar aneh! Meskipun ganteng tetep aja aneh! Nyebelin!”

Davison mendengarnya jelas. Ia menoleh sekilas, tapi hanya menggeleng pelan. Lalu masuk ke dalam rumah kosongnya dengan ekspresi bingung.

"Sheina Andara," gumam Davison sembari menutup pintunya. "Perempuan yang cukup aneh."

1
LISA
Menarik juga nih ceritanya
LISA
Aneh tp ntar kmu suka sama Sheina Dev🤭😊
LISA
Aku mampir Kak
Rian Moontero
lanjuutt thor,,smangaaat💪💪🤩🤸🤸
Rembulan Pagi: terima kasih kakk
total 1 replies
Umi Badriah
mampir thor
Rembulan Pagi
Bagi yang suka romance santai, silakan mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!