NovelToon NovelToon
Cinta Sendirian

Cinta Sendirian

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Misteri / Romansa Fantasi / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:233
Nilai: 5
Nama Author: Tara Yulina

Aira Nayara seorang putri tunggal dharma Aryasatya iya ditugaskan oleh ayahnya kembali ke tahun 2011 untuk mencari Siluman Bayangan—tanpa pernah tahu bahwa ibunya mati karena siluman yang sama. OPSIL, organisasi rahasia yang dipimpin ayahnya, punya satu aturan mutlak:

Manusia tidak boleh jatuh cinta pada siluman.

Aira berpikir itu mudah…
sampai ia bertemu Aksa Dirgantara, pria pendiam yang misterius, selalu muncul tepat ketika ia butuh pertolongan.

Aksa baik, tapi dingin.
Dekat, tapi selalu menjaga jarak, hanya hal hal tertentu yang membuat mereka dekat.


Aira jatuh cinta pelan-pelan.
Dan Aksa… merasakan hal yang sama, tapi memilih diam.
Karena ia tahu batasnya. Ia tahu siapa dirinya.

Siluman tidak boleh mencintai manusia.
Dan manusia tidak seharusnya mencintai siluman.

Namun hati tidak pernah tunduk pada aturan.

Ini kisah seseorang yang mencintai… sendirian,
dan seseorang yang mencintai… dalam diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tara Yulina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melebur

"sorry… gue minta maaf, Ai. Gue dibayar Gina sama Rosa," ujar Jack sambil menunduk.

"Sorry lo bilang? Itu nyawa gue taruhannya, Jack! Lo paham gak sih?" suara Aira bergetar, air matanya jatuh membasahi pipi.

Saat Rayhan hendak mendekat, Aksa lebih dulu merangkul bahu Aira, menahannya agar tetap tenang.

Dengan sekali bunyi jentikan jari—cepat dan tegas—Aksa memanggil anggota gengnya. Dalam hitungan detik, tiga anggota terbaiknya datang menghampiri.

"Habisi," ucap Aksa dingin, menunjuk Jack.

Detik berikutnya, Jack langsung dihajar tanpa bisa melawan. Aksa yang selama ini dikenal dingin dan tidak suka diganggu, kini berdiri tegak melawan Jack. Siapa sangka preman kampus itu jadi terlihat begitu kecil di depan Aksa.

Aksa Dirgantara—ketua geng SHADOWLINE.

Geng yang memiliki pasukan beribu, gabungan antara siluman bayangan dan manusia biasa. Mereka berbaur agar memahami dunia manusia, dan banyak manusia justru ingin bergabung karena geng itu kuat, berani, dan tidak takut rintangan apa pun.

Tak ada yang tahu siapa Aksa sebenarnya. Jack tahu Aksa ketua geng, tapi dia tak tahu bahwa menyentuh Aira berarti berurusan langsung dengan Aksa.

"Stop," perintah Aksa.

Tiga anggotanya berhenti seketika lalu mundur.

"Sekali lagi ganggu Aira, urusan kalian sama kita," ujar salah satu anggota Aksa sebelum pergi.

Aira terkejut melihat Jack yang kini babak belur. Ternyata orang yang selama ini terlihat mengerikan… bisa juga jatuh di tangan orang lain.

Aksa merangkul Aira lagi. Ia membawanya pergi tanpa banyak bicara, sementara Rayhan hanya bisa menelan rasa cemburu yang semakin menumpuk melihat kedekatan mereka.

Aksa mengantar Aira sampai ke kelas.

"Masuk. Nanti pulang gue jemput," ucapnya.

Aira hanya mengangguk kecil, seperti anak kecil yang menurut pada seseorang yang ia percayai.

Dari kejauhan, Gina melihat semuanya. Matanya memanas—Aira semakin dekat dengan Aksa. Ini tidak bisa dibiarkan.

Tapi Gina ingat perjanjian di ruang BK: dia tidak boleh menyakiti Aira lagi atau bisa dikeluarkan dari kampus kapan saja.

Gina harus mencari cara lain.

"Ros, gue keluar dulu," ucapnya.

Ia melangkah ke taman kampus dan melihat sosok yang tak asing.

"Itu… Jack? Jack, beneran lu?" ujar Gina mendekat.

Semakin dekat, semakin terlihat jelas kondisinya—Jack babak belur.

"Jack, kenapa lo kayak gini?" tanya Gina.

"Heh. Pas banget lo ada di sini," ujar Jack dengan tatapan dendam.

Gina belum sempat bereaksi ketika Jack berdiri tepat di depannya. Sorot matanya tajam, membuat Gina bingung dan takut.

PLAK!

"Aww!" Gina tersentak memegang pipinya yang memerah.

"Lo gila ya, Jack? Nampar gue maksud lo apa!?" serunya.

"Lo liat gue sekarang. Gue babak belur gara-gara bantu rencana lo buat ngejebak cewek itu."

"Cewek itu… Aira?"

"Iya! Dan sekarang gue mau lo ngerasain yang sama!"

"Enggak bisa dong! Lo gak bisa bawa-bawa gue—" Gina mencoba berbalik, tapi rambutnya langsung ditarik keras.

"Aw! Jack lepasiin! Gue kasih lo duit, berapa pun lo mau!"

"Lo pikir uang lo bisa ngilangin rasa sakit gue? Hah?" Jack menatap marah.

Tanpa ampun, Jack membalas semua rasa sakitnya pada Gina—seperti apa yang dilakukan anggota Aksa padanya tadi.

Setelah melihat Gina sama-sama babak belur, Jack akhirnya puas.

"Lo berani ngadu? Siap-siap lo hilang dari dunia," ancam Jack sebelum pergi dengan langkah sempoyongan.

Gina terduduk. Rambutnya berantakan, pipi merah, tubuhnya sakit semua.

"Semua gara-gara Aira… dasar perempuan pembawa sial," gumamnya penuh kebencian.

Gina membuka HP-nya dengan tangan gemetar. Ia langsung menekan nama Rosa.

Gina: “Halo Ros… susulin gue ke taman kampus. Sekarang…”

Telepon terputus. Suara Gina terdengar jelas penuh kesakitan.

“Gina kenapa ya? Gue susulin deh,” gumam Rosa, berdiri dari kursi. Saat ia berjalan ke pintu, tiba-tiba ada dosen berdiri di ambang pintu.

“Mau ke mana?” tanya Bu Risti, dosen Bahasa Indonesia yang akan mengajar di kelasnya.

“Mau ke toilet, Bu,” jawab Rosa cepat.

“Nanti-nanti. Belajar dulu,” ujar Bu Risti.

“Sebentar aja ya Bu, penting,” pinta Rosa.

Bu Risti menghela napas. “Ya sudah. Tapi habis itu langsung masuk.”

“Baik, Bu.”

Rosa berjalan cepat menuju taman kampus. Sesampainya di sana, ia terkejut melihat Gina dalam keadaan babak belur. Rambut Gina acak-acakan, pipinya merah memar, napasnya gemetar.

“Gina, lo kenapa bisa gini?” tanya Rosa panik.

“Gue… dipukulin… ditampar… sakit…” lirih Gina.

“WHAT?! Siapa yang berani?” seru Rosa.

“Udah… bantuin gue dulu. Tolong bawa gue ke rumah sakit… badan gue sakit semua,” ujar Gina sambil menahan perih.

“Jawab dulu Gin, siapa?” desak Rosa.

“Nanti gue ceritain… panjang ceritanya…” ucap Gina lemah.

“Iya, iya, ayo,” kata Rosa akhirnya.

Rosa memapah Gina berdiri dan membawanya ke parkiran.

“Supirin gue ya…” ucap Gina pelan.

“Oke.”

Rosa membawa mobil menuju rumah sakit terdekat. Setelah diperiksa, Gina keluar dari ruangan dengan wajah menahan sakit.

“Gimana? Lo gapapa kan?” tanya Rosa.

“Gue gapapa… dokter bilang ini cuma luka ringan. Tinggal dikompres biar membaik,” jawab Gina.

“Syukur… yaudah pulang, nanti gue yang kompresin.”

Gina mengangguk kecil.

---

Di kelas, Aira mengikuti pelajaran dengan serius. Walaupun berada di dunia masa lalu, belajar tetap sama: membuka wawasan dan membuatnya memahami banyak sejarah.

Sementara itu, raga Aksa ada di dalam kelas, tetapi bayangannya keluar. Bayangan itu berdiri di pintu, mengamati gadis yang ia kagumi. Melihat Aira aktif belajar membuatnya tersenyum.

Bayangan Aksa kemudian masuk, berdiri di samping Aira—tak terlihat oleh siapa pun.

Aksa mendekatkan wajahnya ke telinga Aira lalu membisik, “Semangat belajarnya…”

Aira terkejut kecil. “Kayak ada yang bisikin gue semangat…” gumamnya. Ia menoleh ke samping dan belakang, tapi tak ada siapa pun. Semua teman fokus belajar.

“Ah… mungkin perasaan gue aja,” pikir Aira.

Di dalam kelas, ternyata ada salah satu asisten Aksa yang juga merupakan siluman bayangan—Galih. Karena mereka berasal dari ras yang sama, Galih bisa melihat bayangan Aksa dengan jelas.

Saat sedang mencatat materi, perhatian Galih teralih ke satu titik. Ia melihat bayangan Aksa berdiri di dekat Aira. Refleks ia bergumam cukup keras.

“Aksa?” ujar Galih tanpa sadar.

Ucapannya terdengar jelas oleh Aira dan seluruh kelas. Bayangan Aksa langsung memberi isyarat agar Galih diam.

“Lo ngapain di sana, Ak?” tanya Galih lagi refleks, masih menatap ke arah bayangan Aksa.

Aira menoleh. “Mana Aksa? Nggak ada kok. Lo ngomong sama siapa, Lih?” tanya Aira heran.

Galih langsung tersentak. Ia baru ingat Aksa sedang dalam wujud bayangan, bukan manusia. Ia cepat-cepat mengelak.

“Hah? Gue ngomong sama Aksa… eh, maksud gue… lo salah, Ai,” ujar Galih gugup.

“Terus lo ngomong sama siapa?” tanya Aira makin bingung.

Galih menoleh ke arah Aksa lagi. Bayangan Aksa memberi isyarat dengan gerakan tangan kecil, menyuruhnya mengalihkan alasan.

Akhirnya Galih menelan ludah dan berkata, “Sama tembok.”

Satu kelas langsung meledak tertawa mendengar jawabannya. Bahkan Aksa, dalam wujud bayangan, ikut tersenyum melihat Galih yang mati-matian menutupi keberadaannya.

Galih hanya bisa mengusap wajah, menahan malu.

“Sudah-sudah, kalian ini ada-ada saja,” ujar Bu Risti sambil menggeleng kecil.

Kelas kembali hening. Suasana fokus lagi, meski beberapa mahasiswa masih menahan tawa melihat ekspresi malu Galih.

Jam berganti ke mata kuliah berikutnya tanpa ada jeda istirahat. Waktu terasa berjalan cepat, hingga akhirnya bel pulang pun terdengar.

Aira merapikan tasnya, berdiri, dan hendak keluar kelas.

Tanpa ia sadari, bayangan Aksa perlahan masuk ke dalam tubuh Aira—seperti melebur halus ke dalam dirinya.

Setelah itu, Aksa yang menggerakkan tubuh Aira, mengarahkannya menuju tujuan yang diinginkannya sendiri, sementara Aira tidak merasa apa pun.

Hari itu, Aira melangkah pulang… tanpa sadar bahwa setiap langkahnya bukan lagi miliknya sendiri.

1
Kama
Penuh emosi deh!
Elyn Bvz
Bener-bener bikin ketagihan.
Phone Oppo
Mantap!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!