NovelToon NovelToon
Cinbarai (Cinta Dibalik Tirai)

Cinbarai (Cinta Dibalik Tirai)

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Keluarga / Romantis / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:383
Nilai: 5
Nama Author: kania zaqila

Alisya, seorang gadis muda yang lulus dari SMA, memiliki impian untuk melanjutkan kuliah dan menjadi desainer. Namun, karena keterbatasan ekonomi keluarganya, ia harus bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah keluarga kaya. Di sana, ia bertemu dengan Xavier, anak majikannya yang tampan dan berkarisma. Xavier memiliki tunangan, namun ia jatuh cinta dengan Alisya karena kepribadian dan kebaikan hatinya.

Alisya berusaha menolak perasaan Xavier, namun Xavier tidak menyerah. Orang tua Xavier menyukai Alisya dan ingin agar Alisya menjadi menantu mereka. Namun, perbedaan status sosial dan reaksi orang tua Alisya menjadi tantangan bagi keduanya.

lalu bagaimana dengan tunangannya Xavier ?

apakah Alisya menerima Xavier setelah mengetahui ia mempunyai tunangan?

bagaimanakah kisah cinta mereka saksikan selanjutnya hanya disini.

setiap masukan serta kritik menjadi motivasi bagi author kedepannya.

Author ucapkan Terimakasih bagi yang suka sama ceritanya silahkan berikan like dan komen.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kania zaqila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Kebenaran yang Terungkap

Xavier, Alisya, dan ayah Xavier duduk di ruang tamu yang luas, dengan suasana yang tegang. Ayah Xavier, yang tadinya berdiri di depan jendela, akhirnya duduk di seberang mereka, memandang Alisya dengan mata yang penuh kesedih.

"Alisya, saya tidak tahu bagaimana cara mengatakan ini dengan baik," kata ayah Xavier dengan suara yang berat. "Tatsuya, ibu kamu... dia adalah adik saya. Saudara perempuan saya."

Alisya memandang ayah Xavier dengan mata yang penuh kebingungan. "Apa? Jadi... apa artinya ini?" katanya dengan suara yang lembut, mencoba memahami.

Ayah Xavier mengambil napas dalam-dalam, seperti menimbang kata-kata sebelum mengucapkannya. "Artinya, kamu dan Xavier adalah sepupu. Tidak ada hubungan darah yang langsung membuat hubungan kalian tidak diperbolehkan secara hukum atau secara moral."

Xavier memandang Alisya dengan mata yang penuh kelegaan, sementara Alisya sendiri terlihat seperti melepaskan beban besar dari pundaknya. "Sepupu?" kata Xavier dengan suara yang lembut, mencoba memproses informasi itu.

Alisya memandang Xavier, kemudian dia berbicara dengan suara yang bergetar. "Jadi... kita tidak salah? Kita tidak melakukan sesuatu yang salah?" katanya dengan nada harap.

Ayah Xavier memandang Alisya dengan mata yang penuh kesedih. "Tidak, Alisya. Kamu dan Xavier tidak melakukan sesuatu yang salah. Tapi, ada hal lain yang perlu kamu tahu. Tatsuya, ibu kamu... dia meninggalkan keluarga kami karena sebuah kesalahpahaman yang besar. Dia ingin melindungi kamu, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya."

Ibu Alisya, yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara dengan suara yang lembut. "Saya sorry, Alisya. Saya tidak ingin menyakiti kamu. Saya hanya ingin kamu memiliki kehidupan yang lebih baik, jauh dari bayang-bayang keluarga yang rusak ini."

Rachel, yang sejak tadi mendengarkan dari luar ruangan, tidak bisa menahan diri lagi. Dia masuk ke dalam ruang tamu dengan mata yang penuh kebencian. "Jadi, ini artinya kalian semua bisa bahagia bersama? Sementara saya di sini, hanya menjadi korban permainan kalian?" katanya dengan suara yang keras, penuh amarah.

Xavier memandang Rachel dengan mata yang penuh kesedih. "Rachel, ini bukan permainan. Kami tidak memilih ini. Tapi kita harus menerima kebenaran dan bergerak maju," kata Xavier dengan suara yang lembut tapi tegas.

Ayah Xavier memandang Rachel dengan mata yang penuh penyesalan. "Rachel, saya sorry. Kami akan memastikan kamu mendapatkan yang terbaik, tapi kamu harus menerima kenyataan bahwa Xavier dan Alisya cinta satu sama lain."

Rachel tertawa dengan sinis, air matanya mengalir. "Cinta? Ha! Cinta tidak ada di sini. Yang ada adalah kehancuran. Saya tidak akan membiarkan kalian bahagia," katanya dengan suara yang penuh kebencian, sebelum berbalik dan pergi meninggalkan ruangan.

Suasana menjadi sunyi, hanya terdengar suara napas yang berat. Alisya memandang Xavier, kemudian dia berbicara dengan suara yang lembut. "Xavier, apa sekarang? Apa kita bisa...?" katanya dengan nada harap.

Xavier memegang tangan Alisya dengan erat, tersenyum lembut. "Sekarang, kita bisa. Kita bisa bersama, Alisya. Kita akan menghadapi semuanya bersama," katanya dengan suara yang penuh keyakinan.

Ayah Xavier memandang mereka berdua dengan mata yang penuh kesedih, tapi juga ada sedikit senyum. "Saya... saya akan mendukung kalian. Kita akan melewati ini bersama."

Mereka berempat, termasuk ibu Alisya, duduk bersama, berbicara tentang masa lalu yang terungkap dan masa depan yang ingin mereka bangun. Di luar, matahari mulai terbenam, mewarnai langit dengan nuansa oranye dan merah, seperti harapan baru yang mulai menyala.

Tiba-tiba, telepon ayah Xavier berbunyi, memecah keheningan. Ayah Xavier menjawabnya, wajahnya berubah menjadi serius.

"Alo? Ya, saya dengar. Apa? Bukti tentang perusahaan itu?" katanya dengan nada yang tegas.

Xavier memandang ayahnya dengan mata yang penuh pertanyaan. "Ayah, apa itu?" katanya dengan suara yang lembut.

Ayah Xavier memandang mereka dengan mata yang penuh kesungguhan. "Sepertinya, kita baru saja menerima petunjuk tentang kasus korupsi yang melibatkan keluarga Rachel. Ini bisa menjadi awal dari akhir pertarungan kita."

Alisya memegang tangan Xavier dengan erat, matanya penuh dengan kekhawatiran. "Xavier, hati-hati," katanya dengan suara yang lembut.

Xavier tersenyum, memegang tangan Alisya. "Jangan khawatir, Alisya. Saya akan selalu kembali kepada kamu," katanya dengan suara yang penuh keyakinan.

Ayah Xavier mengakhiri panggilan teleponnya, wajahnya yang tadinya serius kini terlihat lebih terfokus. "Sepertinya kita memiliki petunjuk yang kuat tentang keterlibatan keluarga Rachel dalam kasus korupsi perusahaan. Ini bisa menjadi titik balik bagi kita."

Xavier memandang ayahnya dengan mata yang penuh kesungguhan. "Ayah, kita harus berhati-hati. Jika keluarga Rachel sampai sejauh ini, mereka tidak akan menyerah tanpa perlawanan."

Ayah Xavier mengangguk dengan tegas. "Saya tahu, Xavier. Saya sudah menghubungi tim keamanan dan pengacara. Kita akan menghadapi ini dengan cara yang benar. Tapi, Alisya, kamu harus tetap aman. Kamu dan bayi harus dilindungi."

Alisya memegang perutnya dengan lembut, matanya penuh dengan kekhawatiran. "Ayah, saya tidak ingin ada yang terjadi pada Xavier. Apa yang akan kamu lakukan?" katanya dengan suara yang lembut.

Xavier memegang tangan Alisya dengan erat. "Saya akan melakukan apa yang perlu dilakukan, Alisya. Saya tidak akan membiarkan mereka menyakiti kamu atau keluarga kita."

Ibu Alisya, yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara dengan suara yang lembut. "Alisya, aku akan pergi dengan kamu. Kita akan menghadapi ini bersama, sebagai keluarga."

Rachel, yang masih berada di luar ruangan, mendengarkan percakapan itu dengan mata yang penuh kebencian. Dia mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan dengan jari yang bergetar, "Lakukan sekarang. Jangan biarkan mereka memiliki kesempatan."

Tidak lama kemudian, suara sirene mobil polisi terdengar dari luar rumah, diikuti oleh beberapa orang berpakaian preman yang masuk ke dalam rumah dengan wajah yang kasar.

"Apa yang terjadi?" kata ayah Xavier dengan nada yang tegas, berdiri dari tempat duduknya.

Salah satu orang itu menunjukkan sebuah surat perintah. "Kami memiliki perintah untuk menginvestigasi rumah ini atas tuduhan korupsi dan pencucian uang. Silakan mundur dan tidak melakukan perlawanan."

Xavier langsung melindungi Alisya, memandang orang-orang itu dengan mata yang penuh kemarahan. "Ini adalah kesalahan. Kami tidak melakukan apa pun."

Ayah Xavier maju ke depan, mencoba menenangkan situasi. "Tunjukkan surat perintah itu. Kami akan bekerja sama."

Tiba-tiba, salah satu preman itu mendorong ayah Xavier, membuatnya terjatuh. Alisya berteriak, "Ayah!"

Xavier langsung bergerak, mencoba menghentikan mereka, tapi ada terlalu banyak orang. Alisya ditarik ke belakang oleh ibunya, yang berusaha melindunginya.

"Xavier, jangan! Panggil polisi!" teriak Alisya, suaranya penuh ketakutan.

Dalam kekacauan itu, Rachel muncul di pintu, dengan senyum sinis di wajahnya. "Kalian tidak bisa melawan, Xavier. Ini baru awal."

Xavier memandang Rachel dengan mata yang penuh kemarahan, tapi dia tahu dia harus tetap fokus untuk melindungi Alisya. "Kamu akan membayar untuk ini, Rachel," katanya dengan suara yang dingin.

Polisi yang sebenarnya tiba di rumah, langsung mengendalikan situasi, menangkap preman-preman itu dan mengamankan rumah. Ayah Xavier membantu Alisya duduk, memastikan dia baik-baik.

"Alisya, kamu dan bayi harus pergi ke tempat yang aman sekarang," kata ayah Xavier dengan nada yang tegas.

Alisya memandang Xavier, matanya penuh dengan kekhawatiran. "Xavier, apa tentang kamu? Aku tidak bisa pergi tanpa kamu."

Xavier memegang wajah Alisya dengan lembut. "Saya akan baik-baik, Alisya. Saya akan menyelesaikan ini. Percayalah pada saya."

Ibu Alisya menarik Alisya dengan lembut. "Kita harus pergi sekarang, Alisya. Demi keselamatan kamu dan bayi."

Alisya mengangguk, air matanya mengalir. Xavier memelainya dengan erat, kemudian melepaskannya dengan berat hati.

"Kita akan bertemu lagi, Alisya. Saya janji," kata Xavier dengan suara yang lembut.

Alisya dan ibunya dibawa pergi oleh polisi, meninggalkan Xavier yang berdiri di tengah kekacauan, matanya penuh dengan tekad untuk mengakhiri semua ini.

1
Shee Larisa
semangat thor💪💪
boleh mampir juga baca novel baru akuuu yaa🤭😄
kania zaqila: okey, Terimakasih yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!