Wulan, seorang bayi perempuan yang diasingkan ke sebuah hutan karena demi menyelamatkan hidupnya, harus tumbuh dibawah asuhan seekor Macan Kumbang yang menemukannya dibawa sebatang pohon beringin.
Ayahnya seorang Adipati yang memimpin wilayah Utara dengan sebuah kebijakan yang sangat adil dan menjadikan wilayah Kadipaten yang dipimpinnya makmur.
Akan tetapi, sebuah pemberontakan terjadi, dimana sang Adipati harus meregang nyawa bersama istrinya dalam masa pengejaran dihutan.
Apakah Wulan, bayi mungil itu dapat selamat dan membalaskan semua dendamnya? lalu bagaimana ia menjalani hidup yang penuh misteri, dan siapa yang menjadi dalang pembunuhan kedua orangtuanya?
Ikuti kisah selanjutnya...,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Yang Sulit
Rajendra tercengang mendengar titah ayahandanya, ia bagaikan buah simalakama yang harus tunduk dan tidak dapat memiliki pilihan lain, selain harus patuh pada titah sang raja.
"Maaf, Yang Mulia Ayahanda, tapi ananda juga punya hak untuk menentukan siapa yang akan menjadi permaisuri nanda nantinya. Mereka harus memiliki bakat dan juga kecerdasan, agar dapat mengimbangi ananda nantinya dalam mengambil kebijakan dan keputusan didalam kepentingan istana," ujar Rajendra dengan sangat hati-hati.
Arsana menatap puteranya. Lalu mendengkus dengan kesal. "Mereka semua puteri pilihan. Maka sudah pasti mereka sangat cakap dan juga cerdas,"
"Itu semua tidak cukup, Ayahanda. Mereka juga harus memiliki kemampuan berperang, dan itu berguna untuk ketahanan kerajaan dari serangan para pemberontak," Rajendra mulai meracuni fikiran sang raja.
Raden Ratu Sekti Rahayu yang sedari tadi hanya diam, mendadak angkat bicara.
"Sepertinya apa yang dikatakan oleh ananda ada benarnya, Kanda. Karena selain cantik, cekatan, dan juga pintar, permaisuri untuk Rajendra juga harus pintar taktik perang,"
Arsana mukai berfikir dengan ucapan dari sang permaisuri.
Rajendra adalah anak dari permaisuri pertama dan sah dalam hukum kerajaan, sedangkan Arsana masih memiliki putera lainnya, yang berasal dari selirnya.
"Kalau begitu, panggilkan Narendra, jika kamu tidak mau dinikahkan, biarkan ia yang menikah dengan salah satu dari puteri terpilih, dan nantinya kamu harus menemukan seorang puteri keturunan bangsawan yang dapat menjadi permaisuri seperti yang kau katakan!" ucap sang Raja menegaskan ucapannya.
Rajendra mengangguk setuju, meskipun ia masih ragu, seperti apa silsilah dari keluarga sang gadis misterius.
"Senopati Wiguna, panggilkan Narendra untuk menghadap raja sekarang!" titah Arwana dengan nada tegas.
Seketika Ratu Sekti Rahayu sedikit merasa tergores hatinya. Namun itu semua juga atas salah puteranya yang tidak mau menikah dengan salah satu diantara puteri yang mengikuti audisi.
"Sendiko dawuh , Yang Mulia Raja," sabut Senopati Wiguna, lalu berpamitan untuk pergi ke kedaton yang berada disayap timur, tempat dimana putera raja yang seorang piatu karena ibundanya meninggal saat melahirkannya.
Senopati Wiguna melesat dengan cukup cepat, lalu tiba didepan sebuah ruangan yang merupakan tempat salah satu pangeran mengurung diri.
Ia lebih banyak berada didalam ruangan, sebab apapun yang terjadi, ia tidak pernah dilibatkan dalam hal apapun.
Senopati Wiguna mengetuk pintu kamar, dan terdengar suara panggilan dari seorang abdi dalem yang cukup.setia.
"Permisi, Bendara Kanjeng Pangeran. Saya membawa pesan dari Yang Mulia Raja, jika saat ini Yang Mulia sedang memanggil, dan meminta agar segea menghadap ke ruangan singgasana, sekarang juga," ucap Senopati yang saat sedang berdiri tegak untuk menanti salah satu putera raja yang sedang berdiam diri kamarnya.
"Terimakasih, Panembahan Senopati, saya akan menghadap yang mulia raja sekarang," sahut seorang pemuda dari dalam kamarnya.
Wajahnya tampan dengan rahang yang tegas, tetapi sikapnya cukup dingin dan misterius, ia sedang menulis sesuatu didalam kitab kecil daun lontar. Ia meletakkan pengutik yang menjadi alat tulis pads masa itu. Berupa pisau kecil dengan ujung meruncing.
"Baik, Bendara Kanjeng Pangeran, saya pamit undur diri, dan akan saya sampaikan kepada Yang Mulia Raja,"
"Ya," sahutnya lirih, dan penuh penegasan.
Panembahan Senopati Wiguna berpamitan, lalu kembali melesat menuju ruang tahta sang Raja.
Didalamnya, sudah terlihat para puteri bangsawan yang sudah selesai dengan ujian mereka, dan duduk berbaris untuk menunggu hasil dari penilaian Abdi Dalem yang dipercaya sebagai dewan juri dalam hal kontes tersebut.
Sementara itu, sang Bendara Kanjeng Pangeran Narendra sedang berjalan keluar dari kamarnya.
Ia menyusuri lorong balai kedaton yang berdiri cukup megah, dengan bahan kayu pilihan.
Langkahnya terlihat sangat gagah, namun sikapnya sangat dingin tiada senyum yang singgah dibibirnya.
Ia tampaknya sedang menyimpan begitu banyak masalah yang dipendamnya sendiri.
Langkahnya semakin dekat mendekat ke ruang singgasana raja, dimana seorang bergelar raja sedang menunggunya.
Ketika ia memasuki ruangan semua mata tertuju padanya, memperhatikannya dengan cukup dalam, dan itu terlihat dari sorot mata para puteri audisi, yang mana mereka tidak pernah tahu jika Raja memiliki dua orang putera yang berasap dari istri keduanya, tetapi sudah meninggal saat melahirkannya karena sesak nafas dan pendarahan.
"Silahkan duduk, Bendara Kanjeng Pangeran Narendra," ucap Bhatara Sapta Prabhu sang abdi dalem yang bertugas sebagai pengatur tatanan dalam Kedaton, terutama sebagai penasihat Raja.
"Terima kasih, Paman Bhatara Sapta Prabhu," sahutnya dengan nada datar, sama halnya dengan wajahnya yang tak pernah berekspresi.
Pemuda itu duduk disisi kiri Pangeran Rajendra yang belum beranjak dari kursinya, sebab sang Raja masih menahannya.
Setelah sang Bendara Pangeran duduk, Raja Arsana bangkit dari singgasananya.
Ia menatap para hadirin yang ada didalam ruangan singgasana yang saat ini sedang mengadakan penentuan pemenang untuk salah satu puter yang nantinya akan menjadi salah satu permaisuri putera raja.
"Sebagai Raja yang memegang kekuasaan di Kerajaan Medang Jaya, Maka saya mempersilahkan kepada Bhatara Sapta Prabhu untuk mengumumkan hasil dari penilaian untuk para puteri yang sudah ikut dalam kontes ini, dan apapun keputusannya, maka tidak dapat diganggu gugat." titah Arsana dengan tegas. Lalu kembali duduk disinggasananya.
Bhatara Sapta Prabhu beranjak bangkit dan mulai membacakan satu nama yang memenangkan penjurian tersebut.
"Setelah menimbang semuanya, maka saya memutuskan hasilnya dan mengumumkan, jika puteri Cempaka puteri dari Tumenggung Suroso yang berada di Kadipaten Selatan sebagai pemenangnya, dan keputusan ini mutlak ditangan saya, dan disetujui oleh Raja." pria itu menghentikan ucapannya, lalu menatap pada sang Raja, dan mendapatkan anggukan kepala, yang artinya jika hal itu disetujui.
Suara tepuk tangan dan juga ucapan selamat tertuju pada sang gadis. Akan tetapi, ia tak begitu bersemangat, sebab mendengar desas dan desus, jika ia akan dinikahkan oleh putera mahkota dari selir sang raja.
Hal itu pertanda, jika nantinya Bendara Kanjeng Pangeran Narendra akan menempati wilayah kekuasaan yang lebih kecil dibanding oleh sang Kanjeng Gusti Pangeran Rajendra.
Namun, ia sepertinya harus menerima tawaran itu, meski hatinya kecewa, sebab hendak menolak juga tak kuasa, sebab Raja tak dapat ditentang titahnya.
Setelah pengumuman itu, Raja meminta Pangeran Narendra untuk memberikan sepatah kata atas keputusan yang sudah disahkan.
"Terimakasih yang mulia ayahanda, apapun yang menjadi keputusan ayahanda, saya akan terima tanpa bantahan sedikitpun," Bendara Kanjeng Pangeran Narendra terlihat pasrah dengan semua keputusan sang Raja.
Setekah menanggapi hal itu, maka para puteri sudah sapat membubarkan diru dan pergi ke ruang jamuan yang sudah disediakan terlebih dahuku oleh para dayang dan abdi dalem lainnya.
Sedangkan untuk Narendra dan juga Cemoaka, akan diadakan makan berdua dengan pendampingan para dayang.
Bendara Kanjeng Pangeran Narendra. Karena merupakan anak selir, maka mendapat gekar Bendara. Sedangkan Rajendra mendapat gelar Kanjeng Gusti Pangeran Rajendra.
Puteri Cempaka anak dari Tumenggung Suroso dari Kadipaten Selatan.
berguling dibukit diiringi lagu
tum pa se aeeee
tp ini rajendra mah kok ya suka kali ngelitik si macan sih 🤔🤔
kk siti masih ada typo ya di atas hehehe
meski aq ratu typo sih 🤭🤭