“Anak? Aku tak pernah berharap memiliki seorang anak denganmu!”
Dunia seolah berhenti kala kalimat tajam itu keluar dari mulut suaminya.
.
.
Demi melunasi hutang ayahnya, Kayuna terpaksa menikah dengan Niko — CEO kejam nan tempramental. Ia kerap menerima hinaan dan siksaan fisik dari suaminya.
Setelah kehilangan bayinya dan mengetahui Niko bermain belakang dengan wanita lain. Tak hanya depresi, hidup Kayuna pun hancur sepenuhnya.
Namun, di titik terendahnya, muncul Shadow Cure — geng misterius yang membantunya bangkit. Dari gadis lemah, Kayuna berubah menjadi sosok yang siap membalas dendam terhadap orang-orang yang menghancurkannya.
Akankah Kayuna mampu menuntaskan dendamnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SooYuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Sementara itu, masih di gedung acara. Adrian bolak-balik menatap ke pintu masuk, memastikan Kayuna dan Danar datang tepat waktu.
“Ke mana mereka? Kenapa lama sekali?” gumamnya.
Rangkaian acara pesta pun dimulai. Niko bergandengan tangan dengan Airin. Melangkah pelan menuju altar pernikahan. Pria rupawan itu tampak semakin menawan dengan balutan jas khas pengantin.
Sementara Airin tampak terlihat anggun dengan lapisan gaun mewah bak putri kerajaan. Tetapi, penampilan bersahajanya itu sama sekali tak bisa menutup aura liciknya.
Matanya terus berkilat seolah menyerukan kemenangan.
‘Akhirnya … keinginanku tercapai!’
Tiba-tiba ….
Brak!
Pintu gedung mendadak kembali terbuka.
Seorang wanita dengan penampilan nyentrik melangkah — menyusuri karpet merah.
Jelas saja, semua mata sontak tertuju padanya. Sebagian tamu undangan membeliak penasaran, sebagian juga mulai berbisik-bisik memperbincangkan.
Kayuna muncul dengan percaya diri. Gaun mewah bercorak merah mencolok, semakin membuatnya menjadi pusat perhatian.
Niko membelalak. “Kayuna ….”
“Perempuan gila itu—”
Airin semakin mendelik kala melihat sosok pria dan wanita yang melangkah di belakang Kayuna.
“A-a ….” Mulut Airin menganga lebar.
“Hai~ everyone …,” sapa Kayuna saat sudah mendekati Airin lalu berbalik ke arah para hadirin.
“Siapa wanita itu?” gumam seorang ibu-ibu di sana.
“Wanita simpanan?”
“Mantan pacar?”
“Ah! Itu dia wanita yang masih ramai diperbincangkan warganet, bukankah itu mantan istri Pak Niko?”
Bisik-bisik itu kian ramai, seketika seisi gedung riuh tak terkendali.
“Kayuna! Apa yang kau lakukan?!” bentak Niko.
“Sstttt! Aku datang ingin menyapa Airin—”
“Batalkan pernikahannya sekarang!” seru pria paruh baya dengan sorot mata mendidih.
“Papa …,” gumam Airin.
“Anda siapa?”
“Saya ayah Airin!”
Seketika seisi gedung riuh dengan kasak-kusuk tamu undangan.
Airin masih berdiri kaku menatap sang Ayah yang tampak geram di hadapannya.
“Apa yang kau lakukan, Airin?!” tanya Pak Afandi dengan suara bergetar.
Afandi — seorang pria berusia hampir 50 tahun. Yang sehari-hari mengabdikan diri menjadi guru di salah satu sekolah negeri.
“Apa yang terjadi, Nak?” timpal Bu Irma — ibunda Airin.
Pasangan paruh baya itu masih berdiri dengan tatapan yanga sulit diartikan. Pak Fandi tampak mengepal, tatapannya menyapu rata seisi gedung yang riuh akan tamu undangan Pernikahan putrinya. Yang beliau sendiri pun tak tahu bahwa putrinya sendiri menikah hari ini.
“Kau sudah tak menganggapku ayahmu? Hah?!” hardik pak Fandi.
Para hadirin pun kembali heboh saling berbisik. Cibiran dan gunjingan menggema di sana.
Vena dan Erick — orang tua Niko, masih membeku di tempat. Termasuk orang tua palsu yang dibayar oleh Airin terlihat syok tak bisa berkata-kata.
“Apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?!” Erick sontak naik pitam.
“Airin! Jawab ibu, Nak. Kenapa kamu senekat ini? Apa yang membuat—”
“Apa-apaan ini?!” Niko masih melotot, kini tatapannya bak pisau tajam, nyaris menusuk wajah Airin.
Airin tercekat, napasnya seolah terhenti di kerongkongan. “Saya ….”
Rencana yang ia persiapkan dengan hati-hati mendadak hancur dalam sekejap. Padahal, tinggal selangkah lagi niat busuknya akan mencapai podium kemenangan.
“Entah apa yang terjadi sebenarnya, kami mohon maaf.” Afandi tertunduk di hadapan Niko. “Saya Afandi, ayah kandung Airin. Saya tahu putri saya sudah melakukan kesalahan fatal hingga nekat menipu dan menyembunyikan identitas aslinya.”
“Menipu? Identitas asli?!” Vena membelalak, kini ikut nimbrung mengerumuni Airin. “Kau penipu, Airin?!”
“Saya bisa menjelaskan—”
“Apa yang ingin kau jelaskan?” Kayuna mengangkat dagunya, tangannya masih terlipat di depan dada.
Airin melangkah maju. “Kau diam, Kayuna. Jangan ikut campur! Ini semua pasti ulahmu, ‘kan?!” teriaknya di depan Kayuna.
“Ulahku? Apa yang sudah kulakukan?” tanyanya dengan suara congkak.
“Kau yang sengaja membawa orang tuaku datang ke sini?!”
“Niatku baik, Airin. Kasihan mereka tidak bisa menyaksikan hari bahagia putrinya,” sahut Kayuna sambil tersenyum miring.
“Jadi benar? Mereka adalah orang tuamu? Kau menipu keluargaku? Hah?!” cecar Niko tajam.
“Mas aku bisa jelasin, ini semua—”
“Kita pulang saja,” ucap Pak Fandi, kini tangannya sudah mencengkram lengan putrinya.
“Nggak! Aku nggak mau!” tolaknya sembari menepis keras tangan ayahnya.
Kayuna masih mengulum senyum, seolah puas menyaksikan kericuhan di tengah pesta tersebut.
“Mas, ini nggak seperti yang kamu pikirkan. Aku bukan penipu, Mas. Percaya sama aku,” ujar Airin yang masih terus berusaha meyakinkan Niko.
Niko mengatupkan bibirnya, pupilnya memerah menahan tumpukan amarah. “Apalagi yang harus kupercayai? Bukti sudah di depan mata, Airin.”
“Mas ….”
Kayuna terkekeh sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. “Kalian … lucu sekali.”
Semua mata tampak tertuju pada Kayuna.
“Apa maksudmu?” kata Niko.
“Om Fandi … Tante Irma. Kalian wajib tahu sejauh apa pencapaian Airin selama ini,” ujar Kayuna, bibirnya membentuk senyum tipis, tapi tatapannya menancap tanpa ampun.
Kedua orang tua Airin tampak mendengarkan dengan hati-hati, wajahnya masih kaku, cemas, gebrakan apalagi yang telah dilakukan putrinya.
“Suami Airin adalah mantan suami saya. Mereka berselingkuh dan … Airin hamil.”
Seketika isi gedung meledak lagi, malah semakin riuh dari sebelumnya.
Berbagai cibiran dan hinaan kembali terdengar menusuk di telinga Niko dan Airin. Termasuk para orang tua mereka yang kelimpungan menahan malu.
“Mereka selingkuh?”
“Pantas saja belum lama bercerai udah langsung nikah aja.”
Sebagian tamu undangan ada yang tahu tentang perceraian Niko dan Kayuna.
“Udah jelas banget itu perutnya buncit, udah berapa bulan itu isinya?”
“Masih muda, jadi pelakor.”
“Amit-amit, jangan sampai anak perempuanku berkelakuan seperti itu.”
Gunjingan itu semakin menghujam, membuat Airin hilang kendali di tengah kerumunan.
“Aahhhkkkk!! Sialan! Brengsek kau, Jalang!” teriaknya pada Kayuna.
“Ini belum seberapa, Airin. Masih ada kejutan lainnya,” tutur Kayuna, kemudian mengangkat tangannya membuat gerakan kode dengan telunjuknya.
Dalam hitungan detik, pertunjukan seru pun dimulai.
Layar lebar yang menampilkan potret mesra Niko dan Airin sebelumnya, kini berubah menayangkan video syur keduanya — aksi bejat yang mereka lakukan di ruangan kerja Niko.
Niko yang beringas terus menghujani Airin dengan kecupan, sementara Airin tampak memejamkan mata seolah menikmati aksinya.
Seisi gedung semakin meledak — memanas.
“Menjijikan!”
“Tidak bermoral!”
“Boikot CEO MH Group!”
“Boikot semua produknya! Bosnya bejat!”
“Dari mana mereka dapat video itu? Kayuna? Kenapa bisa—” gumam Niko masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
*
*
Bersambung.