Sejak kecil, Eyliana terbiasa dengan kesepian. Rumahnya bukan tempat bernaung, melainkan medan perang tanpa henti antara kedua orang tuanya. Kematian mereka tidak meninggalkan duka, justru tawa ironis yang melegakan. Berbekal warisan, ia merintis karier sebagai aktris, tetapi popularitas membawa tantangan baru—pengkhianatan, fitnah, dan obsesi gelap dari penggemar.
Saat sebuah tragedi merenggut nyawanya, Eyliana terbangun kembali. Bukan di dunianya, melainkan di dalam komik 'To Be Queen', sebagai Erika, si putri sempurna yang hidupnya penuh kebahagiaan. Ironisnya, kehidupan impian ini justru membuatnya cemas. Semua pencapaiannya sebagai Eyliana—kekayaan, koleksi, dan orang-orang terpercaya—kini lenyap tak berbekas. Eyliana harus beradaptasi di dunia yang serba sempurna ini, sambil bertanya-tanya, apakah kebahagiaan sejati benar-benar ada?
"Haruskah aku mengikuti alur cerita komik sebenarnya?" Pikir Eyliana yang berubah menjadi Erika Serriot
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moonbellss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Latihan Menjadi Bangsawan
Masa Latihan Keras
“Satu.. dua.. tiga.. putar.. Benar sekali seperti itu, Nona.. Satu.. dua.. tiga.. Anda luar biasa, Nona!” Guru dansa Erika sedang melatihnya dengan ketukan musik klasik. Erika memang mahir dalam berdansa karena di kehidupan sebelumnya dia juga seorang artis yang dituntut menjadi penari dengan gerakan yang elok. Walaupun tarian zaman modern dan zaman sekarang sangat berbeda, Erika mampu mengikuti gerakan dengan anggun. Setelah musik berhenti, Erika mengakhiri dansanya yang tanpa pasangan itu. Tak lama kemudian, terdengar suara tepuk tangan dari pintu ruangan tempat Erika latihan.
“Ternyata aku memiliki adik yang berbakat,” kata Robert yang berjalan memasuki ruangan.
“Benar sekali, Tuan Muda Robert, Nona sangat pandai belajar dansa tanpa membutuhkan waktu yang lama,” puji guru dansa Erika yang membuat Erika merona.
“Pujian itu sangat berlebihan. Saya hanya mendapatkan guru yang baik dan sabar untuk melatih saya,” kata Erika tersenyum kepada Guru dan Robert.
“Kalau begitu, izinkan saya mengetes. Maukah berdansa dengan saya, Lady?” kata Robert yang sedikit menunduk dan mengulurkan tangan kepada Erika.
Kini Erika tersenyum senang dan hampir saja ia lupa bahwa dia adalah kakaknya. Mungkin jika bukan kakak kandung di dunia ini, Erika bisa jatuh hati pada Robert. “Dengan senang hati, Tuan Robert,” kata Erika yang menerima tangan Robert.
Tapi, kehidupan tidak selalu indah setiap saat.
“TIDAK BISA. INI SULIT!” teriak Erika sambil kesal melihat buku tebal di depan mejanya.
“COBA INGAT LAGI. LIHAT PERHATIKAN LUKISAN INI. BARU BEBERAPA MENIT LALU KAN KAKAK SUDAH MENGATAKAN NAMA BELIAU,” kata Andreas sambil menunjuk salah satu wajah bangsawan yang ada di buku.
Erika menatap Andreas dengan berlinang air mata. Sikap dan cara mengajar kedua kakaknya sangatlah berbeda.
“MANA AKU INGAAT. AKU HARUS BERBICARA DULU SUPAYA INGAT WAJAHNYA,” teriak Erika dengan kesal.
“Huh, mana bisa begitu? Setidaknya kau harus mengenal lima keluarga Duke. Jika kau tak bisa menghafal keluarga Marquess, Count, Viscount, Baron, dan lainnya,” jelas Andreas dengan tatapan tajam.
“Ekh.. di lukisan dan asli pasti berbeda. Mana bisa aku ingat?” kata Erika yang kesal dan menahan air matanya supaya tidak terjatuh.
Erika memang sulit untuk mengingat wajah seseorang jika hanya sekilas atau melalui gambar. Dia harus menatap wajah orang itu dan berbicara hingga dia menanamkan bentuk wajah di ingatannya. Andreas yang mengajarinya menjadi pusing dan memegang kepalanya yang seolah-olah menjadi berat.
“Itu.. Saya bisa membantu Nona Erika saat Pesta,” kata Sir Richard yang dari tadi melihat kedua saudara ini bertengkar.
“Bukannya di pesta hanya boleh bangsawan yang masuk dan kesatria hanya berjaga di pinggir Hall pesta?” tanya Erika menatap Richard.
“Anu.. itu..” saat Richard mau menjelaskan, Andreas memotong kalimatnya.
“Richard bukan hanya kesatria biasa. Dia juga bangsawan dari keluarga Knight. Jadi dia bisa masuk ke tengah aula. Untuk menjadi kepala pasukan kesatria di keluarga Serriot setidaknya harus bangsawan,” jelas Andreas yang membuat mata Erika bersinar menatap Richard.
“Jangan tatap Richard seperti itu,” kata Andreas dengan kesal menutup mata Erika yang mungkin bisa jatuh cinta pada Richard.
“Kalau begitu. Sir Richard selalu bersama saya, ya? Ya? Nanti bisikkan nama bangsawan yang berbicara denganku,” jelas Erika dengan wajah memohon ke Andreas sambil memegang tangan Andreas.
“Apa?! Selalu bersama? Kau tak ingin bersama kakak?” kata Andreas yang sedikit cemburu dengan Richard. ‘Sepertinya aku salah berbicara. Rasanya wajahku akan meleleh karena tatapan Tuan Andreas yang berapi,’ gumam Sir Richard mengalihkan pandangannya.
“Kakak kan harus cari pasangan di pesta. Itu kesempatan Kakak juga. Di pesta kali ini kan banyak Lady cantik yang aku undang,” kata Erika dengan wajah semangat yang siap menjodohkan kakaknya dengan lady menawan.
“Eri. Itu belum saatnya,” kata Andreas yang menutup kedua matanya dengan tangan kanannya.
“Usia Kakak bukannya sudah 22 tahun? Bukannya itu usia siap nikah di dunia ini?” gumam Erika.
“Di dunia ini? Cara bicaramu selalu aneh, Eri. Pokoknya kau harus hafal garis besarnya nama bangsawan. Setidaknya 5 keluarga Duke. Setelah itu Sir Richard boleh membantu saat pesta,” kata Andreas dengan tegas membuat Erika cemberut.
***
Dua bulan sebelum pesta kelahiran Erika.
Tugas Erika sudah banyak yang selesai. Ia sudah bisa berdansa dengan baik, juga sudah menentukan warna gaun, aksesori, perhiasan, hingga sepatu. Lalu ia juga menentukan warna dekorasi, ia juga sudah menentukan undangan yang dibantu oleh Robert, ia juga sudah belajar etika dasar dari berbicara hingga berjalan, dan ia juga sudah menentukan menu makanan yang akan dihidangkan.
Walaupun tugas Erika sudah banyak selesai, kediaman keluarga Serriot masih sibuk mengatur dan membereskan kediaman. Kini Erika berlatih bela diri di waktunya yang senggang bersama Andreas.
“Huh.. huh..” Erika mengatur napasnya setelah berlari keliling lapangan sebanyak 5 kali. Andreas melipat kedua tangannya di dada sambil melihat Erika.
“Kenapa berhenti? Ini belum 20 kali,” kata Andreas yang membuat Erika kesal.
Lapangan latihan kesatria di kediaman keluarga Serriot sangatlah luas. Mungkin sampai 2 kilometer dalam satu putaran. Bahkan Erika berhasil lari hingga 5 putaran saja sudah menjadi kebanggaan bagi dirinya sendiri.
“Huh.. Apa Kak Andreas.. mau membunuh adik perempuan tersayang?” kata Erika yang masih berusaha mengatur napasnya. Andreas hanya tertawa melihat adiknya yang sudah terlihat menyerah.
“Baiklah kalau begitu, sekarang coba kau ke sini berdiri di depanku,” katanya sambil berdiri tegap menghadap Erika yang mendekati dirinya.
“Sekarang. Dorong Kakak dengan seluruh kekuatanmu. Jika kau berhasil menggeser Kakak berarti kau tidak perlu lari lagi. Jika belum, kau harus lari hingga 20 putaran lagi,” tantang Andreas menatap Erika dengan senyuman.
Erika yang percaya diri mampu mendorong Andreas mulai bersemangat. “Baiklah kalau begitu,” kata Erika tersenyum sambil bersiap-siap mendorong Andreas. Erika dengan percaya diri berlari dan mendorong tubuh Andreas.
“Pfft..” terdengar suara menahan tawa Sir Richard di pinggir lapangan karena melihat usaha Erika yang sia-sia. Tubuh Andreas tidak bergerak sedikit pun.
“Errrghh...” geram Erika yang masih berusaha mendorong Andreas berbagai arah. Ia tidak menyerah hingga akhirnya Erika menginjak kaki Andreas, tapi tidak ada reaksi sakit dari Andreas.
“Lihat, lihat. Kau seperti tikus yang sedang mencoba melawan singa. Bahkan injakan kakimu seperti sehelai bulu,” kata Andreas menatap Erika yang terkejut dengan tatapan Kakaknya yang bikin merinding.
Setelah kejadian itu, Erika selalu disuruh lari memutari lapangan latihan kediaman keluarga Serriot. Dengan alasan meningkatkan stamina dan massa otot Erika sebelum Andreas mengajari pergerakan bela diri. Setiap hari, setiap latihan Erika hanya disuruh lari. Ya, hanya lari.
“Nona Erika setiap hari lari dengan pengawasan Tuan Muda Andreas. Walaupun Nona terlihat kesal dengan kakaknya tapi Nona tetap semangat dan tidak menyerah,” bisik kesatria ke teman sebelahnya.
“Betul. Tapi Nona Erika walaupun berkeringat tetap terlihat mempesona,” bisik kesatria lain yang terpesona melihat Erika. Tak lama kemudian Andreas menatap kesatria yang saling berbisik satu sama lain itu dengan tajam. Dua kesatria itu panik dan melanjutkan latihannya bersama kumpulan kesatria lainnya.
***
Satu bulan sebelum pestaulang tahun Erika.
Tidak terasa Erika sudah latihan yang hanya lari itu selama 2 bulan bersama Andreas. Dia berjalan menuju ruang Robert karena hari ini dia terbebas latihan dari Andreas karena kakaknya yang pertama itu ada urusan di istana.
“Akhirnya aku bisa beristirahat,” gumam Erika sambil meregangkan sedikit otot kakinya.
Kaki Erika memang pegal walaupun sudah dipijat dan berendam air panas dibantu Asha dan Rasha. “Huh.. semakin dekat menjelang pesta. Kediaman semakin sibuk terutama bagian Hall utama milik keluarga Serriot. Asha dan Rasha juga masih sibuk mengurus keperluan,” keluh Erika sambil berjalan hingga berhenti di depan pintu ruang kerja Robert. Erika mengetuk pintu perlahan.
“Ini aku, Kak,” kata Erika di balik pintu.
“Masuklah, Erika,” kata Robert di dalam ruangan.
Erika kini membuka pintu dan melihat kakaknya yang tampan dan mempesona. Erika merasakan seperti cahaya terang menyorot matanya.
“Apa hari ini kau ingin membaca lagi?” tanya Robert dengan ramah.
Erika mengangguk dan masuk ke dalam ruangan Robert. Membaca buku bercerita sudah menjadi hobi baru Erika karena belum ada buku komik di kehidupan ini. Ketika Robert mengetahui hobi Erika, ia bersungguh-sungguh mengumpulkan buku cerita seperti novel yang memiliki beberapa kategori dan buku cerita gambar layaknya buku dongeng. Robert juga membuatkan lemari buku khusus di ruang kerjanya serta sofa yang nyaman dan beberapa lemari makanan kudapan untuk Erika. Dengan cara ini Robert juga bisa mengawasi Erika supaya tidak berkeliaran dan melakukan tindakan aneh lainnya ketika Erika bosan. Robert pun juga berencana membuatkan perpustakaan khusus Erika tapi membutuhkan waktu yang cukup untuk membangunnya. Erika tidak keberatan dengan perlakuan Robert kepadanya. Bahkan dia sempat khawatir bahwa dirinya akan mengganggu kakaknya tapi Robert berkata dia akan semangat bekerja bila Erika selalu ada di dekatnya. Erika yang lemah dengan tatapan wajah Robert pun hanya mengangguk menyetujuinya.
“Hahahaha,” Erika tertawa sendiri membaca novel. Ia yang menyadari tawanya langsung menutup mulutnya dengan tangannya.
“Segitu asik kah bacaan novelmu, Erika?” tanya Robert yang dari tadi melihat Erika.
“Hehehe iya bagus. Maaf aku terlalu terbawa suasana hingga mengganggu Kakak,” kata Erika yang merasa bersalah mengganggu Robert sedang bekerja dengan tawanya. Kini Robert hanya menggelengkan kepala dan tersenyum.
“Tidak masalah. Aku senang kau sudah kembali ceria daripada sebelumnya,” kata Robert.
“Iya!! Bagaimana aku tidak senang memiliki keluarga seperti Kak Robert dan… Ah..” Erika berhenti berbicara dan menutup hidungnya.
“Ekh..” Erika yang tidak menyangka darah dari hidungnya semakin banyak dari biasanya.
Robert melihat itu langsung terkejut dan menyuruh ajudannya memanggil dokter. Erika menundukkan kepalanya melihat novelnya terkena tetesan darah. Ya, kali ini Erika mengingat kejadian lagi saat berumur 9 tahun. Erika yang bertemu dengan seorang gadis kecil bernama Ruina Chandler, salah satu anak dari Duke Chandler. Ruina yang suka dengan Robert berusaha mendekati Robert melalui Erika.
“Erika, Erika?! Kamu tidak apa?” tanya Robert yang ternyata sudah duduk di sampingnya.
“Ah.. iya aku tidak apa,” kata Erika yang sadar dengan lamunannya. Sepertinya Erika merasakan ketidaksadarannya sejenak saat mengingat kejadian tokoh utama Erika yang berumur 9 tahun.
‘Semakin bertambah umur, apakah semakin berat untuk muncul ingatannya?’ batin Erika.
Bersambung...