Menggoda Ayah Dari Wanita Yang Merebut Tunanganku

Langkah Jayan sedikit berat ketika art keluarga Adiwitama mengarahkannya menuju ke dalam rumah. Dia sudah pernah masuk ke rumah itu, namun suasana sungguh sangat berbeda.

Lampu yang tidak dinyalakan semua, membuat ruangan yang besar nampak sesak.

"Duduklah," ucap Drake datar.

Jayan langsung duduk di sofa, tangannya meremas celananya sendiri. Ia pikir Virya ada di sana juga, tapi ternyata tidak ada. Matanya sudah menyapu seluruh tempat yang bisa ia lihat, tapi sosok wanita itu benar-benar tidak tampak.

"Virya hamil."

Kalimat yang tidak panjang tapi cukup menggetarkan tubuh Jayan. Wajahnya seketika pucat, dan dadanya berdebar dengan begitu hebatnya.

"Kapan kau akan menikahi Virya?"

Tubuh Jayan semakin kaku. Dia duduk mematung dengan pikiran yang kosong.

Berbeda dengan Drake, wajahnya amat tenang. Kakinya menyilang dan tangannya bersedekap di depan dada. Tubuhnya yang bersandar pada sofa membuatnya begitu berwibawa. Hal tersebut membuat Jayan semakin menciut.

"S-saya pasti akan menikahi Virya, Om. Tapi, menikah bukan perkara mudah. Saat ini saya ma~."

"Jangan ngelak dan jangan berusaha buat lari." Drake memotong ucapan Jayan. Dia tahu pria di depannya ini sedikit pengecut, atau memang pengecut.

"Aku nggak mau tahu, pokoknya lusa kamu harus udah ngasih tanggal untuk kalian menikah. Buktikan kalau kamu bener-bener seorang laki-laki."

"Ba-baik Om."

Jayan pasrah, dia tidak bisa lari. Apa yang ada di hadapannya ya itu yang harus dihadapi. Kepalanya menunduk, menatap ujung kakinya. Tak sekalipun dia berani menatap wajah Drake.

Disaat dirinya mulai menyesali perbuatannya yang telah meninggalkan Dhea, kini mau tidak mau, suka tidak suka dirinya harus bertanggungjawab kepada Virya.

Tapi apa benar Jayan sungguh menyesal, atau hanya kesombongan dan obsesif semata yang tiba-tiba muncul karena tidak rela Dhea dilirik dan melirik pria lain?

"Kalau begitu, saya permisi Om." Jayan pamit undur diri. Dia rasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan lagi.

Mau bicara apa memangnya, wajah Drake sudah memutuskan bahwa mereka akan menikah dan itu sudah tidak bisa disangkal.

"Ya pulanglah, jangan coba-coba untuk lari, Jayan. Kau tahu, aku cukup tegas dalam mengambil sebuah tindakan. Jangan sampai aku melakukan sesuatu yang nggak pernah kamu bayangkan sebelumnya."

Degh!

Senyum tipis Drake membuat Jayan bergidik. Dia bahkan sama sekali tidak bisa menjawab dan hanya menganggukkan kepala sebagai reaksinya.

Jayan keluar dari kediaman Adiwitama dengan langkah yang gontai. Dua hari, itu sebenarnya bukan waktu. Itu adalah jeda yang diberikan Drake untuknya menyiapkan segala hal.

Terjebak, itulah yang saat ini Jayan pikirkan. Dia terjebak dengan permainannya sendiri.

Awalnya dia merasa mungkin bersama Virya dan melepaskan Dhea adalah hal yang tepat. Apalagi Virya adalah putri tunggal dengan kekayaan yang sepertinya banyak. Tapi entah mengapa kini dia malah merasa takut. Dia takut kepada Drake. Dia merasa Drake tidak sesederhana yang dilihatnya.

Di dalam rumah, Drake mengusap wajahnya kasar. Dia tidak pernah menyangka bahwa akan 'mantu' secepat ini.

"Intan, maaf. Aku udah gagal buat ngejaga putrimu. Aku bener-bener gagal, Intan. Kalau kamu ada, aku yakin kamu pasti akan marah sama aku. Dan andai kamu masih ada, kamu pasti nggak akan pernah ngebiarin Virya ngelakuin kesalahan yang sama. Sungguh, maafin aku."

Dalam keheningan malam itu, Drake tergugu. Dia mungkin terlihat begitu tegas dan seolah santai dalam menghadapi Virya yang hamil. Tapi sebenarnya tidak. Sejatinya Drake amat sangat terpukul.

Pria itu begitu terpukul saat gadis yang ia rawat dari kecil itu tersandung sebuah kesalahan. Seolah mengulang masa lalu yang sangat tidak ingin Drake ulangi.

"Kali ini aku akan buat semua berbeda, Tan. Aku nggak akan buat dia sendirian. Aku tahu dia salah, tapi pria itu harus bertanggung jawab. Aku nggak akan ngebiarin dia kayak kamu dulu."

Drake menggenggam erat tangannya. Dia menatap ke depan dengan sangat tajam.

Pengalaman buruk yang ada dulu, akan ia pakai sebagai pelajaran untuk masa kini. Paling tidak dia tidak akan membiarkan anak dari Virya seperti Virya di masa kecilnya.

Malam itu, Drake sama sekali tidak tidur. Dia memikirkan banyak hal tentang pernikahan Virya.

Meski Jayan belum memberi keputusan namun dia sudah memutuskan bahwa mereka akan menikah dan itu pasti akan berlangsung.

Drake bahkan juga mengirim satu orang untuk mengawasi Jayan agar pria itu tidak kabur. Satu hal yang Jayan tidak tahu, Drake benar-benar bisa mengikat kaki Jayan agar dia tidak bisa kemana-kemana.

Bahkan dia bisa membuat Jayan terputus karirnya jika dia berani lari dari tanggung jawab.

"Pa, bagaimana pembicaraan Papa tadi malam sama Jayan? Apa Jayan ngakuin ini," meski dengan rasa takut-takut, Virya menanyakan perihal tentang pertemuan Drake dan Jayan.

"Kamu tahu kan Vir, kalau kamu salah. Papa inget banget, kamu pernah Papa minta pulang pas kamu pergi sampai larut. Tapi jawaban kamu apa, kamu bilang kamu udah gede dan bisa jaga diri sendiri. Tapi apa, ini hasil kamu jaga diri sendiri? Melakukan seks bahkan sebelum menikah. Apa kamu se enggak sabar itu buat nunggu sampe nikah?"

Jeeeng

Virya terhenyak, dia sungguh melihat sisi Drake yang belum pernah ia lihat selama ini.

Yang Virya tahu, Drake adalah seorang ayah yang lembut. Tapi kali ini Drake bicara dengan tegas, lugas dan bahkan tanpa difilter.

"Pa a-aku."

"Nggak usah banyak alesan. Kalian bagaimanapun akan menikah. Dan setelah menikah, Papa ingin Jayan tinggal di sini. Tapi, bukan buat selamanya. Kalian akan keluar dari rumah ini kalau anak itu udah lahir dan kamu juga udah lulus kuliah. Kalian siap menikah maka itu berarti kalian juga harus hidup mandiri,"ujar Drake tegas. Dia tentu tidak akan menampung Jayan dengan waktu lama di sini. Seperti yang ia katakan, siap tidak siap mereka pasti akan menikah, sehingga mereka pun harus siap untuk berumah tangga secara mandiri.

"T-tapi Pa. Aku anak satu-satunya Papa. Kenapa Papa seolah ngusir aku dari rumah,"sahut Virya. Dia merasa tidak terima dengan rencana masa depan yang sudah Drake katakan.

"Anak satu-satunya? Sekarang mungkin iya, tapi kita nggak akan tahu kedepannya kan?" Drake memberi jawaban yang membuat Virya semakin merasa kalut. Tiba-tiba sebuah ketakutan hinggap di dalam benaknya. Takut jika dia tidak lagi menjadi kesayangan Drake.

"M-maksud Papa, Papa bakalan nikah lagi gitu? Papa bakalan punya anak lagi?"

"Entahlah, soal punya anak dan nikah, masih belum masuk dalam list masa depan yang Papa mau. Tapi, nggak ada salahnya kan jika Papa mau nikah lagi? Papa nggak pengen juga hidup sendirian."

Jeeeeng

Virya sungguh terkejut. Yang Virya tahu, Drake sebelumnya tak pernah berpikir demikian. Dan sekarang tiba-tiba berkata tidak ingin hidup sendirian. Sungguh membuat dirinya merasa gelisah.

TBC