Sinopsis
Jovan, seorang pria muda pewaris perusahaan besar, harus menjalani hidup yang penuh intrik dan bahaya karena persaingan bisnis ayahnya membuat musuh-musuhnya ingin menjatuhkannya. Suatu malam, ketika Jovan dikejar oleh orang-orang suruhan pesaing, ia terluka parah dan berlari tanpa arah hingga terjebak di sebuah gang sempit di pinggiran kota.
Di saat genting itu, hadir Viola, seorang wanita sederhana yang baru pulang dari shift panjangnya bekerja di pabrik garmen. Kehidupannya keras, dibesarkan di panti asuhan sejak kecil tanpa pernah mengenal kasih sayang keluarga kandung. Namun meski hidupnya sulit, Viola tumbuh menjadi sosok kuat, penuh empati, dan berhati lembut.
Melihat Jovan yang berdarah dan terpojok, naluri Viola untuk menolong muncul. Ia membawanya bersembunyi di rumah kontrakan kecilnya yang sederhana. Malam itu menjadi titik balik dua dunia yang sangat berbeda.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 33 Cinta di Antara Dua Dunia
Suatu malam, di ruangan persembunyian mereka, ketegangan antara Jovan dan Viola akhirnya meledak.
"Vio, kamu sadar nggak… kamu sekarang hidup di dunia yang sama sekali berbeda,"suara Jovan meninggi. "Dunia ini bukan dunia yang bisa kamu kendalikan sesuka hati."
"Kamu pikir aku minta semua ini terjadi, Jo?" balas Viola tak kalah tegang.
"Kalau saja aku bisa, aku ingin kembali jadi siapa pun aku dulu. Tapi sekarang semua mata tertuju padaku. Aku tidak punya pilihan!"ujar Viola merasa sangat tertekan.
Jovan mengepalkan tangan. Ia tahu Viola tidak bersalah, tapi tekanan dari luar membuatnya tidak bisa berpikir jernih.
"Kalau kamu terus masuk ke dunia mereka, kamu akan hilang, Vi. Kamu bukan Viola-ku lagi…!"
Viola terdiam, matanya berkaca-kaca.
"Dan kalau aku nggak ikut… semua orang di sekelilingku akan jadi target. Termasuk kamu.!"
Keduanya saling terdiam. Untuk pertama kalinya, cinta mereka berhadapan langsung dengan kekuasaan yang lebih besar dari keduanya.
Di sisi lain Maya mulai ketakutan.
Saat itu di kediaman keluarga Adiwangsa, Maya duduk di ruang kerjanya dengan wajah gelisah.
Ia kini menyadari satu hal yang membuatnya nyaris kehilangan kontrol.Keluarga Marcovelli bukan lawan yang bisa dia mainkan.
"Kalau aku melawan mereka secara langsung… mereka bisa menghancurkan aku dan semua yang ku bangun," gumamnya pelan.
Ira, asisten kepercayaannya, masuk membawa laporan.
"Nyonya… beberapa bisnis kita mulai mendapat tekanan. Mereka… orang-orang Marcivelli… menutup beberapa jalur distribusi."
Maya terdiam. Ini bukan ancaman kecil. Ini peringatan.
"Mereka tahu siapa aku," bisik Maya.
"Dan mereka tahu… aku yang pernah mencoba menyingkirkan Viola."
Untuk pertama kalinya, Maya tak hanya kesal, melainkan ia ketakutan.
Tapi Maya bukan wanita yang menyerah begitu saja. Ketakutan itu berubah jadi kegelisahan dan rencana yang jauh lebih licik.
Di sisi lain kota....
Malam itu, setelah pertengkaran, Jovan dan Viola duduk di taman atap, tak saling bicara cukup lama. Hanya suara angin malam yang menemani.
"Jovan…?" suara Viola pelan, nyaris bergetar.
"Kalau pada akhirnya aku harus masuk ke dunia itu, bukan berarti aku berhenti mencintaimu."
"Dan kalau aku melindungi mu, bukan berarti aku bisa menerima dunia itu," balas Jovan.
Viola menatap matanya dalam. Ada ketakutan, cinta, dan tekad yang saling bertabrakan di sana.
"Kalau suatu hari nanti kamu harus memilih… cinta atau kekuasaan… kamu pilih yang mana, Vio...?" tanya Jovan lirih.
Viola tidak langsung menjawab. Ia hanya meraih tangan Jovan dan menggenggamnya erat.
"Aku cuma ingin kamu tetap di sisiku… apa pun pilihannya."
Di atas kota yang bising, dua hati itu berdetak dalam sunyi. Mereka sadar… badai besar belum selesai. Yang datang justru lebih kuat, dan tidak bisa untuk mereka menolaknya...
Mungkin saat ini cinta mereka sedang diuji, ujian cinta ketika dunia mereka tidak baik-baik saja… bahkan ketika dunia berusaha memisahkan keduanya.
Malam itu seolah malam terakhir, yang tanpa ada kata perpisahan, namun Jovan tau sebentar lagi Viola akan di bawa pergi oleh orang-orang yang mengaku orang-orang Marcovelli.
Jovan tidak bisa menahan langkah Viola,dan ia merasa itu sangat tidak adil untuk mereka.
Viola tau, Jovan tidak ingin berpisah dengan nya, begitu juga dirinya, hanya saja mereka tidak mampu berbuat banyak ketika sang paman yang merupakan adik dari mendiang ayahnya, Don Lucien Marcovelli, mengatakan jika ia harus pergi dan meninggalkan semua yang berurusan dengan dunia orang-orang biasa,dan mulai membiasakan diri dengan kehidupan yang baru baginya....