Nadia Prameswari menjalani kehidupan yang sempurna dengan suaminya di mata publik. Namun sebenarnya, pernikahan itu hanya untuk kepentingan bisnis dan politik.
Nadia seorang wanita aseksual, membuat Arya selingkuh dengan adik tirinya.
Hal itu membuat Nadia bertekad memasang chip di otaknya untuk mengaktifkan hasrat yang selama ini tidak pernah dia rasakan.
Namun, apa yang terjadi setelah rasa itu aktif? Apa dia akan menjerat Arya atau justru terjerat pria lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
"Papa kenapa bisa ada di sini?" tanya Niko yang sedang berbicara berdua dengan papanya. Sesekali dia melirik mobil Nadia yang masih tetap berada di tempatnya.
"Harusnya Papa yang tanya sama kamu, kamu ngapain di sini?"
Niko menghela napas panjang. "Ini pasti ulah Arya. Papa hanya dimanfaatkan saja datang ke sini."
"Niko, Arya itu seorang politisi hebat. Buat apa dia memanfaatkan Papa."
Niko semakin mendekat dan memegang lengan papanya. "Papa, Arya itu licik. Citra yang dia bangun itu semua palsu. Papa jangan berhubungan lagi sama Arya. Kalau urusanku selesai aku pasti akan pulang."
"Kamu menjadi asisten Nadia?"
Niko terdiam beberapa saat. "Iya, dia wanita yang aku kejar selama lima tahun ini dan sekarang semuanya pasti akan berantakan."
"Kamu gila? Niko, dia istri orang. Kamu mau merebutnya dari Arya?"
"Iya, aku memang gila. Mereka tidak benar-benar menikah. Mereka hanya menikah karena bisnis dan Arya hanya memanfaatkan Nadia. Bahkan dia juga punya wanita lain. Aku ingin melindungi Nadia dan menyelamatkannya dari Arya."
"Niko, lebih baik kamu kembali ke rumah. Jangan campuri urusan mereka. Papa tidak ingin kamu mendapat masalah."
"Lebih baik, Papa saja yang pulang." Niko membukakan pintu mobil untuk papanya. "Jangan lagi bertemu dengan Arya dan jangan sekali-kali Papa berurusan dengan politik."
Pak Riadi akhirnya masuk ke dalam mobilnya. "Cepat pulang! Kamu bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik daripada mengejar istri orang."
Niko tak menjawabnya. Dia menutup pintu mobil papanya lalu berjalan menuju mobil Nadia yang masih tetap di tempatnya.
Nadia sudah duduk di dalam mobil itu dengan tatapan tajam ke depan.
Akhirnya Niko masuk ke dalam mobil itu dan duduk di kursi pengemudi. Dia harus menjelaskan semuanya pada Nadia meski melihat tatapan matanya saja membuatnya takut.
"Apa Pak Riadi memang Papa kamu?" tanya Nadia tanpa basa-basi lagi.
"Iya, Pak Riadi adalah papaku." Niko memiringkan tubuhnya dan menatap Nadia. "Nadia, aku tidak bermaksud membohongi kamu. Aku memang sengaja kabur dari rumah. Aku tidak mau Papa menjodohkanku."
"Lalu mengapa kamu memilih jadi asistenku? Tanpa jadi asistenku, uang kamu sudah banyak. Kamu pasti punya saham dimana-mana." Nadia menatap Niko penuh selidik. Dia sangat tidak suka dibohongi. Sekali dia dibohongi maka kepercayaannya telah hancur.
"Karena aku ingin bersama kamu. Aku jatuh cinta sama kamu sejak lima tahun yang lalu, saat aku bertemu denganmu di pasar saham. Lalu, aku mendatangi kamu tapi ternyata kamu sudah menikah dengan Arya. Tepat sehari pernikahan kamu. Sejak awal aku sudah tahu kalau kamu dan Arya hanya menikah karena bisnis. Aku tahu kamu tidak punya perasaan pada Arya. Jadi lebih baik, aku tetap berada di samping kamu dan berusaha melindungi kamu. Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku secara perlahan."
Niko memegang kedua tangan Nadia dan menggenggamnya erat. "Nadia, hubungan kita sudah sejauh ini. Percaya padaku. Ceraikan Arya dan hidup bersamaku."
Nadia melepas tangan Niko. "Aku memang akan menceraikan Arya tapi aku tidak bisa percaya begitu saja setelah kamu membohongiku. Apalagi Papa kamu punya proyek yang sedang diuji coba Profesor Axel. Proyek itu sama persis."
"Nadia, kesamaan proyek bisa saja terjadi. Papa memang punya perusahaan biotek sendiri di rumah sakitnya. Kamu menuduhku mencuri data penelitian kamu?"
Nadia mengepalkan kedua tangannya. Dia ingin percaya dengan perkataan Niko tapi sebagian dirinya menolak. Selama hidupnya, dia selalu berjuang sendiri dan tidak percaya dengan siapapun. Baru kali ini dia percaya dan menggantungkan hidupnya pada Niko tapi ternyata dia juga berbohong. Butuh waktu untuk membangun kepercayaan itu lagi.
"Entahlah. Aku tidak bisa percaya begitu saja setelah kamu bohongi. Aku mau sendirian dulu. Lebih baik, kamu pergi!"
Niko terdiam menatap Nadia. Dia tahu sifat Nadia dan dia sangat mengerti tentang hidup Nadia yang selalu dipermainkan oleh keluarga dan orang terdekatnya. "Baiklah. Aku akan buktikan bahwa proyek punya Papa berbeda dengan proyek kamu. Ini semua hanya siasat Arya agar aku pergi dari kamu. Agar dia bisa mendominasi kamu."
"Oke. Buktikan! Kalau kamu tidak ada motif lain selain perasaan kamu. Sekarang kamu keluar!" Nadia mendorong lengan Niko agar segera keluar dari mobilnya.
Niko hanya menurutinya. Dengan sifat Nadia yang keras, dia tidak bisa terus merayu. Dia hanya bisa mencari bukti bahwa dia tidak mencuri proyek Nadia.
Nadia berpindah ke kursi pengemudi dan beberapa saat kemudian mobil itu melaju meninggalkan Niko.
"Arya sialan! Cepat sekali dia mengatur semua ini." Niko berjalan sambil mengambil ponselnya. Dia akan menghubungi Ferdi tapi Arya datang menghampirinya sambil tertawa.
"Sudah dibuang sama Nadia? Ternyata sangat mudah menyingkirkanmu dari hidup Nadia. Dengan begini, aku semakin mudah memanfaatkan Nadia, tanpa kamu sebagai penghalang."
Niko mengepalkan tangannya. Dia mendekat dan bersiap memukul Arya tapi terhenti karena media kini menyorotnya. "Kamu lihat saja nanti! Kamu akan mendapatkan balasanku!"
Niko berbalik dan pergi dari tempat itu sambil menghubungi Ferdi agar menjemputnya.
***
Nadia melempar tasnya setelah masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk di tepi ranjang dengan napas yang tidak teratur. Dia sangat kesal dengan hidupnya.
"Aku kira hidupku akan bahagia setelah aku bersama Niko tapi ternyata dia juga membohongiku!"
Nadia berdiri lagi dan mengganti gaunnya dengan piyama. Kemudian dia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Dia tak juga memejamkan kedua matanya. Perasaannya gelisah. Dia memiringkan tubuhnya ke kanan sambil memeluk guling. Tiba-tiba saja bayangan Niko terlintas.
Dia memutar tubuhnya lagi ke sisi kanan.
"Niko, cepat lakukan."
Nadia kembali duduk dan mengacak rambutnya sendiri. "Aku tidak pernah selemah ini sebelumnya. Mengapa aku terus terbayang-bayang Niko. Sekarang, rasanya aku ingin melakukannya lagi dengan Niko."
Nadia menyentuh tubuhnya sendiri. "Mengapa seperti ini? Hasrat ini menyiksaku. Aku tidak mau menjadi wanita lemah. Apa Profesor Axel bisa mengambil biochip itu lagi dari otakku?"
melalui persi masing-masing
kita" kalau Nadia hamil
Arya shok, gak ya???
hottttt
di tunggu updatenya
pasti Nadia luluh...
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
parah ni