NovelToon NovelToon
Berjaya Setelah Terluka

Berjaya Setelah Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kebangkitan pecundang / Persahabatan / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Demi menikahi wanita yang dicintainya, Arhan Sanjaya mengorbankan segalanya, bahkan rela berhutang banyak dan memenuhi semua keinginan calon mertuanya. Terbelenggu hutang, Arhan nekat bekerja di negeri seberang. Namun, setelah dua tahun pengorbanan, ia justru dikhianati oleh istri dengan pria yang tak pernah dia sangka.

Kenyataan pahit itu membuat Arhan gelap mata. Amarah yang meledak justru membuatnya mendekam di balik jeruji besi, merenggut kebebasannya dan semua yang ia miliki.

Terperangkap dalam kegelapan, akankah Arhan menjadi pecundang yang hanya bisa menangisi nasib? Atau ia akan bangkit dari keterpurukan, membalaskan rasa sakitnya, dan menunjukkan kepada dunia bahwa orang yang terbuang pun bisa menjadi pemenang?

Karya ini berkolaborasi spesial dengan author Moms TZ.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Langkah awal merajut impian

.

"Setelah ini apa rencanamu, Han? Kamu mau buka usaha apa? Jadi membuka warung dengan menu sama dengan mereka?” Tanya Budi ketika mereka baru saja sampai di rumah.

Arhan mendudukkan tubuhnya di atas sebuah sofa yang ada di ruang tamu rumah Budi. Pria itu tampak menghela nafas sebelum kemudian menyandarkan diri dengan sepuluh jarinya yang saling bertaut dan mata menatap ke langit-langit ruang tamu.

"Aku jadi ingat pas kemarin pulang. Ibu bikin ayam bakar dengan bumbu pedas yang dibakar juga. Aku jadi pengen buat menu seperti itu saja. Orang-orang zaman sekarang kan rata-rata memiliki kegemaran makan makanan pedas," jawab Arhan.

Budi yang baru saja menyalakan korek untuk menyulut sebatang rokok di tangannya menoleh. "Tidak jadi menjual menu kekinian seperti mereka?" tanyanya.

Arhan menggelengkan kepala. “Menu ikan bakar, ayam bakar juga bisa dibuat kekinian. Tidak harus menu luar negri seperti yang mereka jual. Menurutku itu lebih menarik,” ujarnya.

"Lagipula, tidak semua orang juga menyukai menu barat. Ada banyak orang yang lebih menyukai menu tradisional,” lanjutnya.

Seperti diketahui, Arhan pernah mencari informasi tentang restoran Nurmala sebelumnya dan dia tahu apa saja yang dijual di restoran tersebut.

Budi mengangguk. Dulu, sebelum mencari peruntungan dengan merantau ke kota bersama dengan Arhan dan Fadil, ia sering ikut makan di rumah Arhan. Dan ayam bakar buatan ibunya Arhan memang selalu sukses membuat lidah bergoyang. Ahh… tiba-tiba saja ia jadi ingin makan itu.

“Karena ini dekat lingkungan sekolah, nanti aku buat juga porsi anak sekolah. Bagaimana menurutmu?" tanya Arhan selanjutnya.

"Waaah...! Boleh juga tuh, Han." Budi mengacungkan jempol memberi dukungan.

"Aku doakan semoga usahamu nanti sukses, semangat!" Budi mengepalkan tangannya ke udara dengan antusias.

“Makasih, ya." Arhan tersenyum menanggapi kata-kata Budi.

“Makasih lagi." Budi memutar bola mata malas lalu mendelik sewot. "Eneg aku dengarnya!”

Arhan tertawa melihatnya. Budi memang sahabat terbaik the best.

"Tapi, kamu memang harus sukses, Han. Dengan begitu perempuan jal*ang itu akan meringis dan menyesal karena telah mencampakkanmu!" Lanjut Budi dengan geram.

"Sudahlah, Bud. Aku gak mau ingat-ingat itu lagi." Arhan menghembuskan nafas pelan. Ada yang terasa sesak di dadanya setiap kali mengingat semua itu.

"Lebih baik aku melupakan masa lalunya yang menyakitkan itu, dan hanya akan menjadikannya sebagai pelajaran," lanjutnya.

*

*

*

Sementara itu di rumah Fadil…

Nurmala terbangun dari pingsannya dan langsung berlari ke luar rumah.

"Mobilku... di mana mobilku...! Kenapa kalian mengambil mobilku!"

Wanita itu berteriak histeris karena tidak menemukan mobilnya di halaman rumah mertuanya. Duduk bersimpuh di halaman rumah, bahkan tidak peduli jika itu akan membuat pakaiannya menjadi kotor. Menangis seperti anak kecil yang baru saja kehilangan mainan.

“Tuh lihat, si perempuan gatal. Belagunya selangit, nolak orangnya kok mau mobilnya. Sekarang pas mobilnya diambil, malah nangis kejar kayak gitu."

"Iya benar, kemarin aja sombongnya setengah mati. Ketemu orang gak mau nyapa, kayak hasil keringat Dia sendiri aja.”

Tangisan Nurmala menarik perhatian para tetangga di sekitar rumah. Mereka berbisik-bisik dan mencibir,

Mendengar hal itu, ibunya Fadil merasa malu. Namun wanita paruh baya itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menghela napas berat, setelah ini pastilah beban hidupnya akan bertambah.

Sebelumnya, ibunya Fadil menyetujui pernikahan Fadil dan Nurmala dengan harapan bahwa kehidupan mereka akan menjadi lebih baik. Mengingat kehidupan keluarga Nurmala yang selama ini berkecukupan. Namun ternyata semua itu karena Arhan yang selama ini menopang kehidupan mereka.

Berharap bisa numpang hidup enak, seperti keluarga besannya. Namun, kenyataan yang diterimanya justru sangat pahit. Harapan itu hanya menjadi impian semu. Sang menantu sudah tidak punya apa-apa lagi.

Perlahan Ibu Fadil mendekati Nurmala dan menepuk bahu sang menantu. "Nurma, sudahlah! Mobil itu tidak akan kembali kecuali kamu melunasi tunggakan angsurannya," ucap Ibu Fadil.

"Kalau kamu punya uang, mending kamu bayar sekarang. Memangnya dengan kamu menangis, mobil itu akan kembali ke sini sendiri?" sambungnya berusaha menyadarkan sang menantu yang masih menangis.

Namun bukannya berhenti tangisan Nurmala justru makin menjadi, sampai akhirnya Fadil yang sejak tadi merasa jengah, mendekat sambil berkacak pinggang.

“Norma, sudahlah! Apa kamu tidak malu jadi bahan ghibahan tetangga?"

seru pria itu yang akhirnya juga tidak jadi berangkat ke restoran.

"Mobil kita, Mas...huhuhu...!"

Tangan Fadil terkepal. Mobil yang selama ini ia buat untuk bergaya kini telah ditarik oleh dealer. Setelah ini jika ingin berpergian dia harus rela kembali naik sepeda motor atau memesan taksi.

“Sial…!” gumamnya. "Dasar si Arhan keparat. Ini pasti hanya akal-akalan dia!"

*

*

*

Mentari pagi menyingsing menerobos celah-celah ventilasi di ruko Arhan. Sudah satu minggu pria itu berbenah memperbaiki dan membersihkan ruko yang ia tempati. Mengganti warna cat, juga memasang banner, kini ruko itu siap beroperasi.

Aroma rempah-rempah menusuk hidung, sambal bakar resep yang pernah diajarkan oleh ibunya, menerobos celah-celah ventilasi dan jendela, lalu terbawa angin seakan ingin mengundang orang-orang untuk berdatangan ke Warung Sambal Bakar "Bara Api."

"Ayo, Arhan, semangat!" gumam Arhan menyemangati dirinya sendiri. Hari ini adalah hari pertama ia mulai berjualan, setelah sejak kemarin ia mempersiapkan semua bumbu dan juga ayam serta ikan berkualitas."

Saat ini pria itu tengah berkutat di dapur, menyiapkan segala bahan. Aroma cabai, terasi, dan bawang yang dibakar mulai memenuhi ruangan, membangkitkan kenangan masa kecilnya. Ia ingat, ibunya selalu memasak sambal ini dulu, dan setiap gigitan selalu terasa istimewa.

Saat Arhan sibuk di dapur, Budi datang menghampiri.

"Semangat betul calon tuan tanah!" ucap Budi dengan senyum lebar.

Arhan menyeka keringat di dahi. "Iya, Bud. Doakan lancar ya. Dan, Aamiin, laris, terus terkabul doamu, jadi tuan tanah beneran."

"Pasti laris! Aku kan sering ikut makan ikan bakar buat ibu dulu. Dan rasanya benar-benar endezzzzz.” Budi berucap sambil memejamkan mata. Dua jarinya terkatup di depan mulut lalu ditarik memanjang, seolah sedang meresapi sesuatu dalam mulutnya.

“Apalagi sekarang lagi viral di media sosial," tambah Budi, menyemangati.

"Iya, Bud. Semoga saja. Aku sudah siapkan beberapa menu tambahan. Selain sambel bakar, aku bikin juga sambel matah,” ucap Arhan.

"Mantap!" Budi mengacungkan dua jempol. "Ya udah, aku mau berangkat. Nanti sore saja sepulang kerja aku mampir lagi, sekalian bawa teman-teman se-kerjaan aku."

"Siap, Bud! Aku tunggu." Arhan tersenyum, merasa lebih percaya diri dengan dukungan sahabatnya.

Waktu terus berjalan. Arhan menata meja dan kursi. Di depan warung sudah ia pasang spanduk berdiri dengan caption, "Warung Sambal Bakar Bara Api - Pedasnya Membara, Rasanya Membahana!"

Jantung Arhan berdebar kencang. Ia gugup, tapi juga bersemangat. Di benaknya, pengkhianatan Nurmala dan Fadil kembali terbayang. Berusaha ikhlas, namun tetap saja, tiap teringat rasanya masih sakit.

"Oke, Arhan. Tenang. Kamu pasti bisa," bisiknya pada diri sendiri, mencoba menenangkan diri.

“Berjayalah tanpa menjatuhkan orang lain!" Nasehat Fahri kembali terngiang di otaknya. Arhan mengangguk seorang diri. Tak ingin menyimpan dendam. Tak akan lagi balas dendam. Namun, menjadikan apa yang pernah ia alami sebagai bensin untuk menyiram semangatnya agar lebih membara.

*

Tepat pukul 11 siang, pelanggan pertama datang. Seorang ibu muda dengan seorang anak kecil. Arhan menyambutnya dengan ramah.

"Mas, pesan ayam bakar sambal bakar satu ya. Sambalnya yang pedas!" pinta pelanggan itu.

"Siap, Bu! Ditunggu sebentar ya." Arhan segera menyiapkan pesanan. Aroma sambal bakar yang menggoda mulai menyebar, menarik perhatian orang-orang yang lewat. Asap mengepul dari pembakaran, membawa aroma pedas yang khas.

1
RMQ
cerita ini diawal memang bagus, saya tunggu sampai tamat dlu baru baca🤭🤭🤭
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: syedihnya menunggu dirimu /Cry/
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
pikiran orang yg gak mau usaha ya gini🤧
Hasanah Purwokerto
Bagus bgt filosofinya mam...👍👍👍👍
Hasanah Purwokerto
Kasiaaaannnn...Fadil...umpanmu tdak termakan...hahahahaaaaa
Hasanah Purwokerto
Sudah benar apa yg kamu lakukan Arhan,,tidak ada gunanya mempertahankan wanita seperti Nurmala...
Hasanah Purwokerto
skak mat...
Hasanah Purwokerto
Cinta yg membabi buta,,jika terluka bs menjadi benci yg membabi buta juga..
Hasanah Purwokerto
Smg kelak.kalian bs bekerja sama,,saling menguntungkan,,tunjukkan pd dunia kalian bisa..
Sunaryati
Wah dengan adanya ibu dan adik kamu mungkin menambah lariis warungmu, karena masakan ibumu
Hasanah Purwokerto
Betul kata pak tua..yuk bangkit yuk..kamu bisa Ar...💪💪💪💪
Hasanah Purwokerto
Ini orang berdua ya,.bukannya sadar diri malah menjadi jadi..
Hasanah Purwokerto
Smg karma segera datang pd kalian..
Hasanah Purwokerto
Ga akan pernah..justru kamu yg akan menangis dan memgemis di bawah kaki nya Arhan...
Hasanah Purwokerto
Yang sabar,,yg kuat ya Ar...
Gusti mboten sare...
Hasanah Purwokerto
Kok ky penjahat kelas kakap aja,,cm diinterogasi masa tangannya diborgol kebelakang begitu..
Hasanah Purwokerto
Cn Arhan punya bukti perselingkuhan mereka ya,,minimal sblm dihajar udah di poto dl...
Hasanah Purwokerto
Bener" uedaaaannn....
orang tua macam apa seperti itu...
Hasanah Purwokerto
Oalah...wong tuo kucluk...
membiarkan anaknya melakukan dosa...🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Hasanah Purwokerto
Arhan patah hati sepatah patahnyaaaaa
Hasanah Purwokerto
Kli memang wanita terhormat,,apapun yg terjadi,,selama ditinggal suami ya akan menjaga kehormatannya...
bukan malah menyalahkan org lain..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!