NovelToon NovelToon
Cinta Di Atas Abu

Cinta Di Atas Abu

Status: sedang berlangsung
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: RizkaAube

Hidup Nara berubah dalam satu malam. Gadis cantik berusia dua puluh tahun itu terjebak dalam badai takdir ketika pertemuannya dengan Zean Anggara Pratama. Seorang pria tampan yang hancur oleh pengkhianatan. Menggiringnya pada tragedi yang tak pernah ia bayangkan. Di antara air mata, luka, dan kehancuran, lahirlah sebuah perjanjian dingin. Pernikahan tanpa cinta, hanya untuk menutup aib dan mengikat tanggung jawab. Namun, bisakah hati yang terluka benar-benar mati? Atau justru di balik kebencian, takdir menyiapkan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar luka? Dan diantara benci dan cinta, antara luka dan harapan. Mampukah keduanya menemukan cahaya dari abu yang membakar hati mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkaAube, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter : 18

Acara pernikahan kini telah usai, para keluarga berkumpul di sebuah ruangan privat yang nyaman di hotel. Nara telah berganti pakaian menjadi baju tidur atas saran Melisa, yang khawatir menantunya sudah terlalu lelah dan kegerahan.

Sekarang, Nara duduk di antara mama mertuanya dan ninik ibu angkatnya, yang dengan penuh kasih sayang memijit kaki dan punggungnya dengan lembut.

Meskipun Nara sudah ingin berbaring dan beristirahat, ia harus bertahan sebentar lagi karena keluarga ingin membahas beberapa hal penting. Dengan sabar, Nara menikmati pijatan yang menyenangkan dan menunggu pembicaraan keluarga selesai.

Hendrik tersenyum lembut sambil mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam dari saku jasnya. "Pak Riyo dan Ibu Ninik, saya harap kalian menerima hadiah dari kami ini. Karena saya ingin yang terbaik untuk keluarga saya," ucapnya dengan nada yang hangat.

Pak Riyo dan Ibu Ninik saling menatap dengan bingung, tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh besan mereka itu. "Hadiah apa, Pak?" tanya Pak Riyo dengan penasaran.

Hendrik menyodorkan kotak itu kepada Pak Riyo, yang menerimanya dengan lembut. Pak Riyo membuka kotak itu dan menemukan sepasang kunci. "Ini kunci apa, Pak?" tanya Pak Riyo dengan bingung.

Hendrik tersenyum hangat. "Kunci rumah dan kunci toko usaha untuk Bapak dan Ibu. Kami ingin keluarga Bapak semua pindah ke kota saja, supaya kita lebih dekat."

Pak Riyo dan Ibu Ninik saling menatap dengan tidak percaya. Mereka tidak tahu harus menjawab apa, karena merasa bahwa hadiah itu terlalu berlebihan. "Kami sangat berterima kasih, tapi tidak usah repot begini, Pak. Kami masih ada rumah dan juga pekerjaan," kata Pak Riyo dengan sopan.

Melisa, ikut bicara. "Tidak apa-apa, kami ingin membantu keluarga Bapak semua. Supaya kalian tidak perlu repot-repot lagi."

Zean, juga ikut bicara. "Sudah, tidak baik menolak rezeki, Pak Buk. Kami ingin membantu kalian."

Saat itu, Nara tengah diurut oleh mamanya dan juga mertuanya. Raut wajahnya terlihat pucat dan badannya lemas. Zean sesekali melirik ke arah Nara, dan terlihat ada kesan khawatir di wajahnya.

Setelah semua tamu puas mengobrol, Pak Riyo dan Bu Ninik sangat berterima kasih kepada besannya. Mereka semua berencana untuk menginap di hotel malam itu. Semuanya telah berdiri dan berjalan ke kamar masing-masing. Tinggal lah sepasang suami istri alias pengantin baru, Zean dan Nara. Mereka sama-sama terdiam, tidak tahu harus berkata apa.

"Ayo tidur!" ucap Zean membuka suara. Nara hanya mengangguk patuh, mengikuti langkah Zean yang sudah pergi dari hadapannya. Sampai tibalah mereka di sebuah kamar yang sudah disiapkan menjadi kamar pengantin baru.

"Aku tidur di kamar yang terpisah saja," ucap Nara saat keduanya sudah berada di ambang pintu masuk. "Bagaimana jika orang tua angkatmu itu tahu jika kita tidur terpisah? Kau akan menjelaskannya?" kata Zean sembari melihat Nara dengan tatapan datar.

Nara menghela nafas, lalu membuka pintu kamar itu. Lumayan indah kamar yang sudah disiapkan untuk mereka, namun sayang kamar ini sebenarnya cocok untuk pengantin yang menikah karena saling mencintai.

"Tidurlah di kasur, aku akan tidur di sofa," ucap Zean yang bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Nara tidak menjawab apa-apa. Dia sangat pusing, dengan langkah pelan ia menuju tempat tidur yang sudah ditaburi dengan bunga mawar. Dia naik ke atas tempat tidur empuk itu dan masuk ke dalam selimut, rasanya sangat lelah. Tidak butuh waktu lama, Nara pun sudah terlelap terbawa ke dalam alam mimpinya.

Zean baru siap dari kamar mandi, ia melihat Nara sudah tertidur begitu nyenyak di atas tempat tidur. Dia berjalan menuju balkon kamar hotel yang menampilkan pemandangan indah ibu kota di waktu malam. Dia berdiri sembari menyandarkan badannya pada pagar besi itu, menatap lurus pada pemandangan kota yang sangat indah.

"Kamu tega padaku, Lusi," ucap Zean dengan suara yang terisak. "Aku sangat mencintaimu... bahkan aku tahu kamu sudah berselingkuh dari ku bukan hanya satu kali. Tapi kenapa kali ini justru kamu sudah tidur dengan orang lain?" Pria tampan ini menangis dengan tersisak tanpa suara.

"Aku mencintai mu, Lusi... aku mencintai mu... kenapa kamu berubah tidak seperti dulu?" Zean terus merancau sembari menangis tanpa sadar, Nara yang terbangun dari tidurnya berdiri di balik jendela kaca dan mendengarkannya. Namun Nara langsung pergi, ia tidak ingin ikut campur masalah pribadi pria itu walaupun sekarang mereka suami istri. Karena mereka sudah sepakat untuk tidak ikut campur masalah mereka masing-masing.

Setelah puas menangis, Zean kembali masuk ke dalam kamar pengantin itu, ia tidak mendapati Nara di sana. Dia menatap ke arah kamar mandi, di dalam terdengar suara air. Yang menandakan gadis muda itu sedang berada di dalam kamar mandi. Zean berjalan ke arah sofa yang berukuran lumayan besar, hingga boleh digunakan untuk tidur. Dia merebahkan tubuh kekar ke sofa itu, karena kelelahan, tak butuh waktu lama kini ia sudah terlelap menggapai alam mimpinya.

Nara membuka pintu kamar mandi, ia menatap ke arah balkon namun pria yang sudah menjadi suaminya itu tidak ada di sana. Lalu dia menatap ke arah sofa, dan benar jika pria itu sudah tertidur pulas.

"Semoga kita akan segera bercerai agar kau bisa mengejar kembali cinta mu," ucap Nara yang merasa kasian dengan Zean. Nara mengambil selimut lalu menutupi tubuh pria itu agar tidak kedinginan nantinya, lalu dia pergi naik ke atas tempat tidur dan melanjutkan mimpinya.

Pagi yang cerah menggantikan malam pernikahan yang panjang. Di kamar pengantin, Nara bangun lebih awal. Dirinya sudah mandi, Tubuhnya segar, wajahnya bercahaya.

Di depan meja rias, jemarinya perlahan menyisir rambut. Ia menguncirnya ke belakang, membiarkan leher jenjangnya terekspos, putih bersih seperti porselen.

Di sofa, Zean baru saja terbangun. Masih ada gurat kantuk di matanya, namun ketampanannya tetap memikat. Ia melirik sekilas ke arah Nara, lalu menghela napas tanpa suara.

“Mandi lah, aku sudah siapkan bajumu di atas tempat tidur,” ucap Nara pelan, suaranya tenang namun tanpa tatapan langsung. “Setelah itu, Langsung ke ruang makan. Mereka sudah menunggu.”

Tanpa menunggu jawabannya, Nara berdiri. “Aku duluan,” katanya sebelum melangkah keluar.

Zean masuk ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, ia keluar dengan setelan santai namun rapi, lalu melangkah menuju ruang makan privat yang telah disiapkan pihak hotel.

Ruang makan itu hangat dan elegan. Meja panjang terhampar penuh hidangan sarapan. roti panggang, sup hangat, buah segar, dan kopi hitam pekat. Mereka sudah duduk di kursi masing-masing.

Zean otomatis duduk di samping Nara, bukan karena ia memilih, tetapi karena tempat itu memang sudah disediakan untuknya.

“Selamat pagi, pengantin baru Mama,” sapa Melisa sambil berkedip genit.

Keduanya tersenyum tipis, sedikit kikuk.

“Pagi…” jawab Zean, terdengar manis namun terasa terukur.

“Ayo, kita sarapan dulu. Silakan semuanya,” ujar Melisa dengan ramah.

Ketika suasana mulai hangat, Melisa bangkit dari kursinya dan menuju sebuah meja bundar di sudut ruangan. Ia mengambil sebuah kotak berwarna perak yang tampak mewah, lalu kembali duduk di hadapan Nara.

“Ini untukmu, sayang,” ucapnya hangat.

Nara menatap kotak itu dengan penasaran. “Apa ini, Ma?”

1
Bintang
Smgt 🌷
Etit Rostifah
lanjut ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!