NovelToon NovelToon
Dinikahi Cowok Cupu

Dinikahi Cowok Cupu

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Asma~~

​Calya, seorang siswi yang terpikat pesona Rion—ketua OSIS tampan yang menyimpan rahasia kelam—mendapati hidupnya hancur saat kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan Aksa. Aksa, si "cowok culun" yang tak sengaja ia makian di bus, ternyata adalah calon suaminya yang kini menjelma menjadi sosok menawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma~~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Calya terlelap pulas di atas kasur, nafasnya teratur. Aksa mengambil ponselnya, jemarinya lincah membalas beberapa pesan. Ia mengirimkan pesan singkat pada kedua orang tuanya dan juga orang tua Calya, meyakinkan mereka bahwa semuanya baik-baik saja dan mereka berdua dalam keadaan sehat.

​Setelah itu, ia membuka pesan dari Rey, sahabatnya.

​Aksa: Jangan ember. Gue udah nikah. Jangan sampe ada yang tahu, ya.

​Rey membalasnya dengan deretan emoji kaget dan tawa. Aksa hanya membalasnya dengan emoji 'diam' dan kemudian mematikan layar ponselnya. Ia menatap Calya, merapikan anak rambut yang jatuh di dahi gadis itu, mengamati wajah polosnya yang tertidur.

​Melihat jam di dinding, Aksa memutuskan untuk belajar sebentar. Ia mengambil laptopnya dan kembali ke meja belajar yang ada di kamar.

 Berjam-jam berlalu, ia sibuk dengan tumpukan buku dan tugas-tugas. Ketika rasa kantuk mulai menyerang, ia melirik jam. Sudah pukul dua pagi.

​Aksa naik ke ranjang, tak mengindahkan permintaan Calya sebelumnya untuk tidur di sofa. Toh, mereka sudah suami istri. Ia berbaring di samping Calya, menariknya ke dalam pelukan.

 Calya menggeliat, merasa sedikit terganggu, namun Aksa memeluknya semakin erat.

​Dalam gelap, Aksa menciumi seluruh wajah Calya, dari dahi, turun ke pipi, bibir, dan kini ia mulai mencium leher gadis itu.

​"Aksa..." gumam Calya, suaranya serak. Ia membuka mata dan menemukan Aksa menciuminya. Wajahnya memerah. Ia memukul kepala Aksa, namun Aksa hanya tertawa kecil.

​"Udah, ah, Aksa! gue ngantuk," rengek Calya. Aksa tidak mengindahkannya. Ia kembali mencium leher Calya, membuat Calya menggeliat.

​"Aksa! gue benci sama lo, nyebelin banget!" bentak Calya.

​"Aku juga cinta sama kamu," balas Aksa, suaranya serak. Ia menciumi Calya dengan lembut, membuat Calya tak bisa berkata-kata. "Jangan benci, Calya. Nanti kamu jatuh cinta beneran," bisiknya.

...----------------...

Calya membuka mata, silau matahari menerobos masuk dari celah gorden. Ia menoleh ke samping, Aksa masih terlelap. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya, namun segera ia tepis. Cepat-cepat ia bangun, mengambil handuk, dan bergegas ke kamar mandi, memastikan ia bisa bersiap-siap sebelum Aksa terbangun. Ia tidak ingin berangkat ke sekolah bersama Aksa.

 Rencananya, ia akan memesan taksi online, pura-pura tidak mendengar panggilan Aksa, lalu pergi begitu saja.

​Setelah mandi dan berganti pakaian, Calya keluar dari kamar mandi. Ia melirik ke ranjang. Aksa masih tidur. Aman. Ia tersenyum tipis, lalu dengan langkah pelan ia mengambil ponselnya dan memesan taksi online. Ia melihat jam di dinding, masih ada waktu lima belas menit sebelum taksi tiba.

​"Mau ke mana sepagi ini?"

​Suara Aksa tiba-tiba terdengar di belakangnya. Calya terkejut, jantungnya hampir copot. Ia menoleh, dan mendapati Aksa sudah duduk di ranjang, rambutnya acak-acakan, matanya masih sedikit mengantuk.

​"Gue... gue ada urusan sama temen gue," Calya berbohong, memaksakan senyum.

​Aksa tidak menanggapi, ia hanya menatap Calya dengan tatapan menyelidik. Calya pura-pura sibuk dengan ponselnya, berharap Aksa kembali tidur. Tapi, Aksa malah bangkit dan berjalan ke arahnya.

​"Kenapa gugup gitu?" tanya Aksa, suaranya pelan, ia menatap Calya dengan tatapan jahil.

​Calya tidak menjawab, ia hanya menatap Aksa, dan mencoba menghindar. Namun, Aksa sudah lebih dulu mengunci pergerakannya, memeluk pinggangnya dengan erat. "Mau ke mana, sayang?" bisik Aksa di telinganya.

​Calya mematung, jantungnya berdebar kencang. Ia mencoba melepaskan diri, tapi pelukan Aksa terlalu kuat. "Aksa, lepasin gue, ngapain sih lo, lepasin ngga," pintanya, suaranya bergetar dengan teriakan.

​Aksa hanya tersenyum. "Kenapa? Kamu nggak suka aku peluk?" tanyanya, membuat Calya semakin panik.

​"ya iyalah, sejak kapan gue suka di peluk sama lo hah," Calya menjawab dengan ketus.

​Aksa tertawa kecil. "Aku tahu kamu bohong, Calya. Kamu nggak mau berangkat sama aku, kan?"

​Calya terdiam. Aksa membalikkan tubuh Calya, menatapnya dalam-dalam. "Kenapa? Kamu malu kalau teman-teman kamu lihat kamu berangkat sama aku?"

​Calya menggeleng. "Bukan gitu. Gue... gue cuma... nggak enak." jawab Calya tajut jika Aksa akan melaporkannya ke mamanya.

​Aksa tersenyum. "Dengar, Calya. Aku itu suamimu. Nggak ada yang perlu kamu malu. Ayo kita berangkat bareng. Aku yang anterin kamu."

​Calya tidak bisa menolak. Ia mengangguk pasrah. Aksa mengecup keningnya, lalu melepaskannya. "Sekarang, kamu sarapan dulu. Aku siap-siap."

​Calya menatap punggung Aksa yang berjalan ke kamar mandi.

...----------------...

Calya melihat pintu kamar mandi tertutup, suara gemericik air terdengar dari dalam. Ini kesempatannya! Dengan langkah seringan mungkin, ia menyambar tasnya yang sudah ia siapkan semalam, lalu berjingkat-jingkat keluar dari kamar. Ia membuka pintu rumah perlahan, menahan napas agar deritannya tak menyadarkan Aksa, lalu menutupnya kembali dengan hati-hati.

​Begitu berhasil di luar, Calya tak bisa menahan senyum puasnya. Ia berjalan cepat menuju mobilnya, memasukkan kunci, dan menyalakan mesin. "Hahahahaha!" Calya tertawa terbahak-bahak. "Enak aja dia mau ngatur-ngatur hidup gue!" Ia merasa seperti pahlawan yang baru saja lolos dari penjara. Dengan hati riang, ia melaju, menyetel musik dengan volume sedang, dan mulai bersenandung mengikuti irama. Pagi ini terasa begitu bebas dan cerah.

​Jalanan masih sepi, membuat Calya tiba di sekolah lebih cepat dari biasanya. Gerbang sekolah baru saja dibuka, dan hanya ada beberapa penjaga. Calya turun dari taksi, lalu berjalan santai menuju rooftop sekolah. Tempat itu adalah tempat favoritnya untuk menenangkan diri, atau sekadar melihat pemandangan. Ia duduk di salah satu bangku, memejamkan mata, menikmati hembusan angin pagi yang sejuk.

...----------------...

​Di rumah, Aksa keluar dari kamar mandi, handuk melilit di pinggangnya. "Calya, ayo sarapan," panggilnya. Tidak ada jawaban. Aksa mengerutkan kening. Ia berjalan ke ruang tamu, ke dapur, tapi tidak ada tanda-tanda kehadiran Calya. Ia kembali ke kamar, dan melihat tas Calya tidak ada di tempatnya. Aksa tersenyum tipis, menggelengkan kepalanya. "Dasar gadis nakal," gumamnya, tahu persis apa yang dilakukan Calya.

​Ia mengambil ponselnya, mengusap layar, dan mengirimkan sebuah pesan singkat.

​Aksa : Sudah sampai sekolah? Tunggu aku gadis nakal

​Aksa memandangi ponselnya sejenak, menunggu balasan. Namun, tidak ada balasan. Aksa hanya menghela napas, ia tahu Calya tidak akan membalas pesannya. Ia tersenyum geli. Ia tahu Calya masih sangat kekanakan dan keras kepala, tapi ia tidak keberatan. Aksa mengambil tas sekolahnya, bersiap untuk pergi. Ia tidak akan membiarkan Calya lolos begitu saja. Ia akan mencari gadis itu di sekolah, dan memastikan Calya baik-baik saja, Aksa sempat berfikir apa yang harus ia lakukan untuk membuat gadisnya itu jerah?.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!