NovelToon NovelToon
Sang Bunga Kekaisaran

Sang Bunga Kekaisaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Fantasi Wanita
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Celestyola

Lady Seraphine Valmont adalah gadis paling mempesona di Kekaisaran, tapi di kehidupan pertamanya, kecantikannya justru menjadi kutukan. Ia dijodohkan dengan Pangeran Pertama, hanya untuk dikhianati oleh orang terdekatnya, dituduh berkhianat pada Kekaisaran, keluarganya dihancurkan sampai ke akar, dan ia dieksekusi di hadapan seluruh rakyat.

Namun, ketika membuka mata, ia terbangun ke 5 tahun sebelum kematiannya, tepat sehari sebelum pesta debutnya sebagai bangsawan akan digelar. Saat dirinya diberikan kesempatan hidup kembali oleh Tuhan, mampukah Seraphine mengubah masa depannya yang kelam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Celestyola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Clarisse Menghilang

...**✿❀♛❀✿**...

Gelap. Seluruh ruangan hanya diselimuti kegelapan, lampu minyak yang biasanya menjadi penerang telah lama padam. Gadis itu menyembunyikan wajahnya pada lipatan kakinya, berusaha mengusir bau busuk yang menguar memenuhi seluruh ruangan.

Pakaiannya kotor, rambutnya kusut tak beraturan, sedang tubuhnya kurus layaknya kulit menyelimuti tulang. Beberapa luka tampak menghiasi wajah dan tubuhnya, membuat penampilannya kian mengenaskan.

Cicit tikus terdengar saling bersahutan, sesekali hewan pengerat itu datang hanya untuk menggigit-gigit baju yang tengah dikenakannya. Tak jarang, kadang kala mereka juga menggigiti ujung kakinya.

Gadis itu sungguh menderita, hidupnya yang dahulu bak seorang putri kini bahkan lebih buruk daripada kehidupan seekor sapi.

Dulu ia dihiasi sutra, ditemani musik, dan disanjung dalam pesta. Tapi, kini ia duduk di lantai batu yang dingin, dengan rambut kusut menutupi wajah pucatnya, tubuh yang bergetar karena lapar dan dingin, serta jiwa yang terus-menerus dilukai oleh penghinaan.

Derit pintu besi yang berat tiba-tiba terdengar, memecah keheningan lembap penjara bawah tanah. Disusul oleh derap langkah teratur beberapa orang, suara sepatu hak bergema lantang, semakin dekat ke tempat dirinya berada. Seketika, ruangan yang suram diterangi lampu minyak yang Dibawa oleh para pengawal.

Seraphine mendongak pelan. Matanya yang sayu bertemu tatap dengan sosok yang berdiri di hadapannya. Sosoknya berbalut gaun mewah berwarna merah marun yang berkilau indah ketika cahaya lampu mengenainya.

Senyum penuh kemenangan menghiasi wajah cantik itu. Begitu mulia, begitu memesona ... dan begitu menusuk hati Seraphine, karena begitu kontras dengan keadaannya sendiri.

"Hai, Seraku sayang," sapa Beatrice, suaranya manis, lembut, seolah benar-benar menyimpan kasih sayang. Namun bagi Seraphine, setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa seperti racun yang menetes ke dalam telinga.

"Pergi!" seru Seraphine dengan suara serak, buru-buru menunduk dan menenggelamkan kepalanya kembali ke lipatan lutut. Ia sungguh enggan meladeni Beatrice sekarang. Lebih baik ia kembali menghadapi kesunyian di dalam gelap daripada harus berurusan dengan gadis itu.

"Oh, ayolah. Bukankah kita berteman?" Beatrice melangkah lebih dekat, gaunnya berdesir menyapu lantai. Ia menekuk wajahnya, pura-pura muram. "Kenapa kau malah menyuruh temanmu ini pergi?"

Seraphine tetap diam. Diamnya bukan sekadar penolakan, melainkan tameng terakhir untuk melindungi hatinya dari ejekan.

Namun, Beatrice tak menyukai penolakan itu. Rahangnya mengeras, dan senyum manisnya perlahan menghilang. "Kau berani mengabaikanku?" bisiknya dengan nada yang menegang. "Kau? seorang tahanan kotor, berani-beraninya bersikap tinggi di depanku?"

Ia menjentikkan jarinya. Salah seorang pengawal maju, menendang jeruji besi keras-keras, suara dentumannya bergema menusuk telinga. Seraphine terlonjak kecil, meski berusaha menyembunyikan ketakutannya.

Beatrice tersenyum puas melihatnya. Ia mendekat, membungkuk sedikit agar wajahnya sejajar dengan Seraphine yang meringkuk di lantai. "Oh, betapa indahnya melihatmu sekarang. Dulu kau berjalan di atas karpet merah, semua mata menatapmu dengan kagum. Dan kini? Kau bahkan lebih hina dari anjing istana."

Suara tawa gadis itu menggema, matanya menatap Seraphine seolah ia adalah makhluk paling hina di dunia.

Seraphine menggertakkan giginya, mencoba menahan air mata yang hendak jatuh. "Kau pikir… semua ini akan membuatmu menang, Beatrice?" suaranya lirih namun juga terselip nada getir.

"Dunia itu berputar. Tidak ada yang kekal, bahkan singgasana yang kau banggakan itupun bisa runtuh."

Tatapan Beatrice jadi menajam. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Seraphine dan berbisik pelan, "Mungkin. Tapi setidaknya, aku akan memastikan kau hancur duluan sebelum itu terjadi," ucapnya penuh ancaman.

Lalu, ia kembali berdiri tegak, menepuk-nepuk gaunnya seolah baru saja membersihkan debu yang menodainya. Wajahnya kembali dihiasi senyum, kali ini dingin dan penuh kemenangan.

"Nikmatilah harimu, Seraphine sayang. Aku pastikan ini bukan kunjungan terakhirku."

Beatrice berbalik, melangkah anggun keluar ruangan. Lampu minyak yang dibawa para pengawal pun ikut menjauh, meninggalkan Seraphine kembali ke dalam gulita.

Namun kini, kegelapan itu terasa berbeda, terasa lebih menyesakkan, karena masih ada gema suara Beatrice yang berputar-putar di kepalanya.

Seraphine menggenggam erat gaun lusuh yang menutupi tubuhnya. Ia menutup mata, berusaha menenangkan napas. Luka di hatinya kian menganga, namun di balik itu semua, sebuah tekad kecil tumbuh. Jika saja suatu hari aku bisa keluar dari sini … aku akan pastikan Beatrice menyesali setiap kata yang pernah ia ucapkan.

....... ...

Suara detik jam yang menggema di ruang tidurnya terdengar begitu lambat, seolah-olah waktu sengaja menunda lajunya untuk membuat Seraphine terjebak lebih lama dalam jerat mimpinya.

Ia terbangun dengan terengah, keringat dingin membasahi pelipisnya, dan jemarinya menggenggam erat sprei seakan ia baru saja ditarik keluar dari jurang.

Nafasnya memburu, matanya berpendar panik mencari sisa-sisa bayangan mimpi buruk yang masih terasa nyata di kepalanya.

“Lagi dan lagi,” bisiknya parau, seraya menekan dadanya sendiri yang masih berdegup cepat.

Meski sekeras apapun ia mencoba melupakan kenangan-kenangan pahit di kehidupan pertamanya, pada akhirnya ia tetap kembali memimpikan hal serupa.

Lantas, karena matanya enggan kembali terpejam, Ia pun memilih untuk mencari udara segar. Gadis itu berdiri perlahan, mengenakan mantel tipis untuk menutupi gaun tidurnya, lalu melangkah keluar kamar.

Sepatu ringan yang ia kenakan beradu lirih dengan lantai marmer, setiap langkahnya bergema sunyi di lorong-lorong panjang kediaman Valmont yang sepi.

Tanpa sadar, langkahnya membawanya pada penjara bawah tanah kediaman Valmont. Kenapa? entahlah, mungkin karena tiba-tiba nama Clarisse melintas di dalam benaknya.

Di tangannya, ia menggenggam lentera minyak kecil. Api kuning bergetar seiring langkahnya, menebar cahaya samar di dinding batu yang dingin. Semakin lama ia menuruni lorong menuju penjara bawah tanah, semakin pekat udara yang menyambutnya.

Begitu tiba di depan pintu besi besar yang menjadi gerbang penjara keluarga Valmont, dua penjaga yang berjaga di sana menegakkan tubuh mereka dengan gugup.

“Nona … ada apa malam-malam begini Anda kemari, apakah Anda ingin masuk?” tanya salah satu dari mereka dengan ragu-ragu.

“Aku ingin melihat Clarisse,” jawab Seraphine singkat, nadanya tegas meski tubuhnya masih didera rasa tidak nyaman dari mimpi buruknya.

Para penjaga itu saling pandang, seolah ingin mengatakan sesuatu namun menahan diri. Salah satu dari Mereka akhirnya membuka gembok berat yang menahan pintu, dan suara berderit logam tua pun bergema mengisi kegelapan.

Seraphine melangkah masuk. Suasana penjara itu mencekam dengan dinding batunya yang berlumut, lantainya lembap, serta bau pesing yang menusuk hidung.

Lentera di tangannya berayun, menciptakan bayangan-bayangan yang menari di antara jeruji.

Sepi.

Hanya suara tetesan air dari langit-langit yang menemani langkahnya.

Ia berhenti di depan sel tempat Clarisse ditahan. Namun, yang ia lihat membuatnya tercekat. Ranjang kayu reyot di pojok penjara itu kosong. Sel itu kosong.

“Tidak mungkin.” Bibir Seraphine bergetar, matanya menajam, mencari-cari di setiap sudut sel, berharap menemukan tubuh yang meringkuk dengan wajah yang ia kenal.

Tapi, tidak ada. Hanya rantai besi yang tergeletak longgar di lantai, seolah baru saja dilepaskan.

“Di mana Clarisse?” tanyanya dengan nada menekan, suaranya bergema dingin di ruang sempit itu.

Kedua penjaga berlari kecil menghampiri, wajah mereka diliputi kebingungan.

“Dia seharusnya ada di sini, Nona. Ka-kami melihatnya terakhir kali sore tadi, ketika kami memberi makan. Kami mengunci sel ini seperti biasa.”

“Dan kalian tidak mendengar apa pun setelah itu?”

Keduanya menggeleng, tubuh mereka tampak tegang, bagaimana tidak? seorang tahanan baru saja kabur!

“Tidak, Nona. Tidak ada suara, bahkan kami memastikan tidak ada orang yang keluar masuk.”

Seraphine menatap jeruji besi itu dengan sorot mata yang tajam. Pikirannya berputar cepat. Bagaimana mungkin seorang pelayan yang tak punya kekuatan, terisolasi di dalam penjara bawah tanah dengan penjagaan, bisa menghilang begitu saja? Apakah ada tangan lain yang bermain? Atau Clarisse sendiri memiliki sesuatu yang ia sembunyikan selama ini?

Api lentera di tangannya berkedip, seakan merespons ketegangan yang kian mengental.

“Perintahkan pencarian. Mulai dari lorong penjara hingga ke halaman atas. Jangan biarkan seorang pun keluar dari kediaman Valmont malam ini sebelum Clarisse ditemukan,” ucap Seraphine, nadanya dingin namun tegas.

Kedua penjaga menunduk cepat, ketakutan pada tatapannya. “Baik, Nona!”

Saat mereka bergerak untuk melaksanakan perintah, Seraphine berdiri terpaku di depan sel kosong itu. Jantungnya kembali berdegup keras, kali ini bukan karena mimpi buruk, melainkan karena pion yang ia siapkan telah lenyap.

Clarisse hilang. Dan ia tahu, apa pun yang menyebabkan hilangnya gadis itu, pasti lebih berbahaya daripada sekadar pengkhianatan seorang pelayan.

Seraphine merapatkan mantelnya, sorot matanya menyala di tengah kegelapan. “Clarisse … siapa sebenarnya dirimu?” bisiknya lirih.

...**✿❀♛❀✿**...

...TBC...

1
Ita Xiaomi
Apakah Frederick jg mengalami hal yg sama hidup kembali setelah kematiannya?
Ita Xiaomi: Sama-sama kk.
total 4 replies
Ita Xiaomi
Jgn nak mengarang bebas Virrel😁.
Ita Xiaomi
Setuju.
Ita Xiaomi
Keren ceritanya. Mulai adu kecerdikan dan strategi. Semangat berkarya kk. Berkah&Sukses selalu.
Ita Xiaomi: Sama-sama kk.
total 2 replies
celestyola
aciyeeee
kleponn
Kata² keramat ini
celestyola: Real haha
total 1 replies
kleponn
typo kah?
celestyola: iyaaa ih typoo rupanyaa, aku nggak sadar klo typo😭
total 1 replies
Ateya Fikri
seraphine ini hobi bgt di taman🗿
Ateya Fikri
tiba-tiba banget ngajak nikah sdh kaya ngakak makan bakso
Ateya Fikri
ada benih-benih cinta ni yeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!