NovelToon NovelToon
CEO Sadis Yang Membeli Keperawananku

CEO Sadis Yang Membeli Keperawananku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: GOD NIKA

Demi menyelamatkan keluarganya dari utang, Lana menjual keperawanannya pada pria misterius yang hanya dikenal sebagai “Mr. L”. Tapi hidupnya berubah saat pria itu ternyata CEO tempat ia bekerja… dan menjadikannya milik pribadi.
Dia sadis. Dingin. Menyakitkan. Tapi mengapa hatiku justru menjerit saat dia menjauh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GOD NIKA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Api Yang Membara Dan Kebenaran Yang Terungkap

Suara dentuman keras dan deru mesin truk yang menghilang menembus gendang telinga Leon. Rasa sakit berdenyut di kepalanya, namun kekhawatiran akan kondisi Lana melampaui segalanya. Ia menarik Lana yang meringkuk di bawah dasbor, memeluknya erat. "Lana, kamu baik-baik saja? Ada yang terluka?"

Lana terbatuk, merasakan bau amis darah dan pecahan kaca berserakan. Ia mendongak, matanya yang terbelalak menatap Leon. "Aku baik-baik saja, Leon. Tapi... sopir kita..."

Leon melirik ke arah sopir yang terhuyung lemas, kepalanya terkulai di bahu. Darah merembes dari pelipisnya. Situasi genting. Di luar, gerimis semakin deras, membasahi pecahan kaca dan logam yang berserakan. Jalanan lengang, sunyi, tak ada tanda-tanda kehidupan lain. Perasaan terisolasi dan terancam menyelimuti mereka. Ini adalah jebakan yang dirancang sempurna.

"Kita harus keluar dari sini, sekarang!" seru Leon, menarik Lana untuk merangkak keluar dari mobil yang ringsek. Ia berusaha membuka pintu, namun benturan keras membuat pintunya macet. Keringat dingin mengucur di dahinya, bukan hanya karena rasa sakit, tetapi juga adrenalin yang melonjak.

Di Sukabumi, suasana di kantor Revanza Cipta bergejolak. Kobaran api mulai menjilati dokumen-dokumen penting, asap tebal memenuhi ruangan. Beberapa satpam yang berjaga, meskipun berani, tetap kewalahan menghadapi jumlah penyerang yang lebih banyak dan bersenjata. Suara alarm yang melengking nyaring tak henti-hentinya memecah keheningan malam, menarik perhatian warga sekitar.

Arvino, yang memantau situasi dari layar komputer di markas cadangan, berteriak pada tim keamanannya. "Cepat! Ke Revanza Cipta! Ada kebakaran dan perkelahian! Dan hubungi polisi, minta bantuan segera!" Wajahnya tegang, tangannya memencet tombol panggilan darurat. Ia tahu, Leon dan Lana sedang dalam bahaya besar, dan Revanza Cipta sedang di ambang kehancuran.

Kembali ke jalan tol, Leon akhirnya berhasil menendang pintu mobil yang ringsek hingga terbuka. Ia membantu Lana keluar, tubuhnya bergetar. Mereka berdua terhuyung di tengah gerimis, mencoba mencari perlindungan. Mereka tahu, bahaya belum berakhir. Para penyerang mungkin masih mengintai di kegelapan.

'Leon, kita harus bersembunyi!" Lana menarik tangan Leon menuju semak-semak lebat di pinggir jalan, berusaha menyembunyikan diri. Mereka mendengar suara sirene polisi samar-samar di kejauhan, harapan tipis menyelinap di antara ketakutan.

"Sopir… kita harus pastikan dia selamat," kata Lana, menatap kembali ke mobil yang berasap.

Leon menggeleng. "Polisi akan segera sampai. Fokus pada keselamatan kita dulu, Lana. Kita adalah target utama mereka."

Mereka meringkuk di balik semak, merasakan dinginnya tanah basah dan detak jantung yang berpacu kencang. Dalam kegelapan dan gerimis, Leon menarik Lana mendekat, memeluknya erat. "Aku tidak akan membiarkan dia menyentuhmu, Lana. Aku bersumpah."

Suaranya adalah janji yang tulus, diucapkan di tengah badai yang mengamuk. Lana memejamkan mata, membiarkan kehangatan tubuh Leon meresap, mencari kekuatan di tengah kerapuhan yang melanda. Liontin kupu-kupu di lehernya terasa panas, seolah memancarkan energi baru.

Kekacauan di Sukabumi

Ketika tim keamanan Arvino tiba di kantor Revanza Cipta, pemandangan itu mengerikan. Api sudah melahap sebagian besar lobi dan ruang arsip. Asap tebal mengepul, dan para penyerang, yang sadar kedatangan bantuan, segera melarikan diri, meninggalkan kekacauan dan kerusakan. Satpam yang terluka tergeletak di lantai, namun syukurlah, tidak ada korban jiwa.

Tim pemadam kebakaran segera tiba dan mulai memadamkan api dengan sigap. Arvino menatap nanar kantor yang sebagian hangus, hatinya mencelos. Banyak data fisik yang mungkin sudah hancur. Ini adalah pukulan telak. Namun, ia teringat flash drive yang berisi semua bukti digital. Harapan masih ada.

Arvino bergegas mendekati satpam yang terluka. "Apakah mereka berhasil membawa sesuatu? Data? Server?"

Satpam itu menggeleng lemah. "Tidak, Tuan. Mereka hanya membakar. Kami berhasil mempertahankan ruang server utama. Tapi... ini pasti ulah orang yang sama."

Arvino mengangguk. Ia tahu ini adalah pesan. Pesan dari Tuan Besar Hartono bahwa ia tidak akan berhenti sampai semua jejak perlawanan musnah. Namun, Arvino punya rencana.

Serangan Balik yang Tak Terduga

Leon dan Lana akhirnya diselamatkan oleh polisi dan tim medis yang tiba di lokasi kecelakaan. Sopir mereka segera dilarikan ke rumah sakit, kondisinya kritis namun stabil. Leon dan Lana hanya mengalami luka ringan, namun syok akibat insiden itu masih membekas.

Mereka langsung dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Leon, meskipun masih pusing, menceritakan semua yang terjadi, mulai dari ancaman Tuan Besar Hartono hingga serangan brutal di jalan tol. Lana memberikan kesaksian yang menguatkan, menambahkan detail-detail tentang ancaman-ancaman sebelumnya.

Saat mereka selesai, Arvino tiba dengan wajah lelah, namun sorot matanya penuh tekad. "Kalian baik-baik saja? Aku sangat khawatir."

"Kita baik-baik saja," jawab Leon, suaranya lega melihat Arvino. "Bagaimana keadaan kantor?"

Arvino menggeleng. "Sebagian terbakar. Kerusakan cukup parah. Tapi... kita tidak kehilangan semuanya. Yang penting, kita punya ini." Ia mengeluarkan sebuah hard drive eksternal dari tasnya. "Aku sudah memindahkan semua data penting, termasuk semua bukti dari Pak Wijoyo, ke sini sebelum mereka membakar kantor. Kita punya cadangan di tempat yang berbeda juga."

Mata Leon dan Lana membulat. Sebuah napas lega lolos dari bibir mereka. Tuan Besar Hartono mungkin menghancurkan fisik, tetapi ia gagal menghancurkan kebenaran.

"Aku sudah menghubungi penyidik utama kepolisian dan kejaksaan yang berintegritas," kata Arvino, menatap Leon dan Lana. "Mereka sudah mendengar desas-desus tentang Tuan Besar Hartono, dan mereka menunggu bukti konkret. Sekarang, kita punya."

Leon mengangguk. Ini adalah saatnya. Tidak ada lagi yang bisa disembunyikan. "Kita akan menyerahkan semua bukti itu. Termasuk rekaman suara Ayahku. Kita tidak punya pilihan lain."

Guncangan Kerajaan Hartono

Berita tentang upaya pembunuhan terhadap Leon, pembakaran kantor Revanza Cipta, dan kemudian penyerahan bukti-bukti baru dari Pak Wijoyo oleh Leon dan Lana ke pihak berwajib, meledak bagaikan bom di media nasional. Ini bukan lagi sekadar sengketa bisnis, ini adalah skandal kriminal yang melibatkan nama besar Hartono Group dan dugaan keterlibatan Tuan Besar Hartono dalam tindak pidana serius.

Kepolisian dan kejaksaan segera bertindak. Dengan bukti-bukti yang sangat kuat—rekaman suara Tuan Besar Hartono, data transaksi ilegal, laporan forensik dari lokasi kecelakaan mobil yang mengindikasikan unsur kesengajaan, dan bahkan laporan dari tim pemadam kebakaran yang menemukan bekas bensin di kantor Revanza Cipta, mereka mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Tuan Besar Hartono.

Dunia bisnis dan politik gempar. Saham Hartono Group anjlok bebas, lebih dari yang pernah terjadi dalam sejarahnya. Investor panik, mitra bisnis menarik diri, dan media meliput setiap detail kasus ini tanpa henti.

Di tengah kekacauan itu, Tuan Besar Hartono yang tadinya sangat berkuasa, kini terlihat hancur. Ia ditangkap di kediamannya yang mewah, dengan wajah yang menua dan tatapan kosong. Ia mencoba melawan, menggunakan pengaruhnya, namun kali ini, ia tidak punya celah. Bukti-bukti yang diserahkan Leon, putranya sendiri, terlalu kuat. Kasus ini menjadi sorotan nasional, bahkan internasional, sebuah contoh nyata dari kejatuhan seorang raksasa karena keserakahan dan obsesi kekuasaan.

Janji di Tengah Abu

Minggu-minggu berikutnya adalah masa-masa pemulihan dan pembangunan kembali. Leon dan Lana bekerja keras, mengurus proses hukum, memberikan keterangan tambahan, dan mulai merencanakan pembangunan ulang kantor Revanza Cipta. Meskipun kantor mereka hangus, semangat tim tidak padam. Solidaritas dan dukungan dari komunitas bisnis yang etis justru semakin menguat. Mereka menerima banyak tawaran bantuan, termasuk dana dari beberapa pihak yang muak dengan praktik bisnis Tuan Besar Hartono.

Suatu sore, saat mereka berdiri di depan puing-puing kantor Revanza Cipta yang tersisa, Leon menatap langit senja. Ada kelelahan yang mendalam di matanya, namun juga kedamaian yang baru.

"Ini semua karena kamu, Lana," bisiknya, suaranya pelan. "Jika bukan karena kamu, aku tidak akan pernah punya keberanian untuk melakukan ini. Aku akan tetap menjadi bayangan Ayahku, terpenjara dalam kegelapan."

Lana meraih tangannya, tersenyum tulus. "Kita melakukannya bersama, Leon. Aku hanya membantu menemukan keberanian yang memang sudah ada di dalam dirimu. Kamu sudah berubah, Leon. Kamu sudah menemukan jalanmu sendiri."

Leon menoleh, matanya bertemu mata Lana. Di sana, ia melihat cerminan masa depan yang baru, masa depan yang dibangun di atas kejujuran, integritas, dan cinta yang tulus. Bukan lagi kontrak, bukan lagi paksaan, melainkan pilihan yang murni dari hati.

"Aku mencintaimu, Lana," kata Leon, suaranya bergetar, lebih dari sekadar pengakuan, itu adalah janji. "Aku mencintaimu lebih dari apa pun. Terima kasih telah menunjukkan padaku arti kebebasan, arti cinta yang sebenarnya, dan arti menjadi diriku sendiri."

Lana tersenyum, air matanya menetes, bukan air mata kesedihan, melainkan air mata kebahagiaan yang meluap. "Aku juga mencintaimu, Leon. Sangat mencintaimu."

Ia menatap liontin kupu-kupu di lehernya. Kupu-kupu itu, kini bersayap sempurna, seolah siap terbang bebas, membawa mereka menuju cakrawala baru. Mereka telah melewati badai terhebat, kehancuran, dan kehampaan, namun dari abu itu, muncul sebuah harapan yang jauh lebih kuat, sebuah fondasi cinta yang takkan tergoyahkan. Revanza Cipta akan bangkit kembali, lebih kuat dari sebelumnya, sebagai simbol perjuangan dan integritas. Dan Lana serta Leon akan membangun masa depan mereka, bersama, bebas dari bayang-bayang masa lalu, terbang tinggi seperti kupu-kupu yang menemukan sayapnya.

Dengan Tuan Besar Hartono yang kini menghadapi konsekuensi hukum atas perbuatannya, dan Revanza Cipta yang mulai bangkit dari keterpurukan, bagaimana menurut Anda masa depan Leon dan Lana akan terwujud? Akankah hubungan mereka terus berkembang dalam kedamaian, atau masih ada tantangan baru yang menanti mereka di babak kehidupan selanjutnya?

1
Risa Koizumi
Bikin terhanyut. 🌟
GOD NIKA: Terima kasih🙏🥰🥰
total 1 replies
Mít ướt
Jatuh hati.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!