Laki Abrisam Gardia adalah seorang penyanyi religi tersohor berusia 28 tahun yang sangat akrab dengan kesempurnaan. Dia memiliki sempurna rupa, harta, dan silsilah keluarga. Ketika kuliah S-2, dia dipertemukan dengan Mahren Syafana Humairoh, sosok perempuan tangguh yang hidup sendiri dengan menanggung utang yang di tinggalkan oleh almarhum ayahnya.
Pertemuan mereka menjadi awal malapetaka. Maksud hati Laki menolong Syafa yang tengah kesulitan dengan mengamankan Syafa di salah satu hotel miliknya, malah membuat beredar kabar di sosial media, bahwa Syafa adalah wanita satu malam Laki. Kondisi semakin kacau. Desakan media dan keluarga membuat Laki dan Syafa memutuskan untuk menikah kontrak.
Janji mereka adalah, tidak ada cinta. Hanya ada parting smile, setelah 5 tahun pernikahan. Namun, waktu yang dihabiskan bersama membuat keadaan menjadi rumit. Ada luka ketika sosok lain hadir diantara keduanya. Mungkinkah cinta perlahan tumbuh diantara keduanya?
AWAS!ZONA BAPER!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alyanceyoumee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Merajut Benang Kusut
"Kenapa? Ayolah Syafa, sepuluh tahun tidak lama."
Syafa menggeleng. "Sekarang usia saya 28 tahun. Menikah dengan mu sepuluh tahun. Usia saya nanti 38 tahun! Dua tahun lagi usia 40. Dua tahun tidak akan cukup bagi saya untuk menemukan belahan jiwa dan memiliki anak! Saya tidak mau!" tolak Syafa. Padahal sebelum bertemu Laki, dia tidak pernah memprioritaskan atau menentukan target usia pernikahan. Ya, sampai sekarangpun Syafa tetap tidak memprioritaskan nya. Tapi, menghabiskan waktu 10 tahun dengan Laki... itu terlalu... lama. Wanita itu tidak siap dengan segala resikonya.
"Apa dua tahun tidak cukup? Tapi bagi saya cukup," gumam Laki.
"Ya, tentu saja cukup untukmu. Statusmu nanti menjadi duda tampan kaya raya tanpa anak, pasti banyak wanita-wanita muda yang menginginkanmu," sungut Syafa.
"Em... Jadi saya tampan menurutmu?" kelakar Laki. Dia menyabitkan senyuman bangga dengan menyorotkan tatapan yang semakin tajam untuk Syafa.
"Bagaimana kalau satu tahun saja?" Syafa mengalihkan pembicaraan. Dia memilih untuk pura-pura tidak mendengar apa yang Laki ucapkan.
"Kamu bercanda?! Satu tahun sama dengan mengucapkan selamat datang pada air mata darah Ami saya!" bentak Laki.
"Gak usah marah-marah. Saya hanya mengajukan pendapat," bela Syafa sembari mengerucutkan bibirnya karena tidak terima di semprot Laki.
Laki menyandarkan tubuhnya di punggung kursi. Sesaat dia mengintip angka dari jam yang melingkar di tangan. Jam 02.30 WIB. Hampir subuh. Dan wanita yang duduk dihadapannya masih belum setuju.
"Kalau misalkan honor assistant make over tidak saya ambil sedikitpun, berarti..."
"Lima tahun? Oke. Tidak apa-apa lima tahun juga," potong Laki.
"Selain itu, selama kamu menikah dengan saya, kamu bebas buat jatuh cinta,"
"Hm?"
"Sama lelaki manapun. Kamu boleh jatuh cinta. Tapi, jangan sampai diketahui siapapun sebelum kita berpisah."
Syafa terdiam. Calon suami apaan yang sebelum menikah sudah mengizinkannya untuk selingkuh, rutuk Syafa dalam hati.
"Saya tidak mau terlalu mengekang. Begitupun denganmu. Kamu tidak berhak mengekang saya," lanjut Laki.
"Saya jamin, selama kita bersama. Saya tidak akan jatuh cinta sama kamu. Kamu juga tidak boleh jatuh hati sama saya," tegasnya.
"Heh, jatuh cinta apaan..?" gumam Syafa.
"Ya. Saya yakin kamu juga tidak akan pernah jatuh hati sama saya. Kamu adalah satu-satunya wanita yang membenci saya selama sebelas tahun. Jadi, semuanya tampak mudah bukan. Kita hanya perlu berakting di depan keluarga besar saya dan media. Selebihnya, kita bebas dengan hidup kita masing- masing," jelas Laki.
Sesaat Syafa terdiam dalam ragu. Dia masih merasa apa yang hendak dilakukannya bersama Laki adalah... suatu kesalahan. Bagaimana kalau semua rencana ini tidak berjalan lancar? Bagaimana kalau... Tapi satu sisi, melunasi utang 300 juta dalam waktu lima tahun, itu bukanlah kesempatan yang banyak kali terjadi. Ini anugerah.
"Tapi, bukankah pernikahan kontrak itu di larang agama, Ki?"
"Apa?" sesaat Laki terdiam. Lalu kembali bicara. "Menikah kontrak yang dimaksud adalah menikah yang dilakukan hanya karena hawa napsu, Syafa. Hanya demi bersetubuh dengan lawan jenis. Sementara kita, kita bukan menikah kontrak Syafa. Niat saya benar-benar menikahimu, demi menyelamatkanmu. Hanya saja, baik saya ataupun kamu, satu sama lain sangat mengerti. Bahwa dalam hidup masing-masing kita membutuhkan cinta. Dan cinta itu tidak akan pernah hadir diantara kita. Makanya lima tahun kedepan kita memutuskan untuk berpisah. Saya tidak menikahimu demi bersetubuh denganmu. Bukan karena napsu," paparnya panjang lebar. Dan Syafa mengangguk berulang. Dia cukup paham.
Suasana kembali sunyi. Masing-masing tampak sibuk mematangkan pikirannya sendiri. Laki menatap Syafa lekat. Menunggu wanita itu bicara lagi dengannya. Lalu tiba-tiba...
"Baiklah, saya setuju untuk menikah," ucap Syafa.
Laki menepuk meja keras lalu bicara sambil berdiri dari posisi duduknya. "Oke, kalau begitu kamu tidur. Besok subuh saya jemput. Kita harus bertemu dengan Ami dan Abi saya, keluarga saya. Saya pulang dulu. Kepala saya pusing belum tidur sedikitpun." Laki berlalu tanpa mengizinkan Syafa bicara lagi padanya, sedikitpun.
"Aaahhh, apa sebenarnya aku salah ketika mengatakan setuju menikah dengannya? Bagaimana nanti? Apa yang harus saya lakukan ketika bertemu keluarganya?" gumam Syafa sambil merapihkan pelembab di wajah.
Tok tok !
"Astagfirullah, kageeeet!!!" teriak Syafa, saat tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumahnya dan membuyarkan seluruh lamunan.
"Kamu sudah siap?" tanya seseorang yang mengetuk pintu tadi. Rupanya Laki sudah datang untuk menjemput.
"Ya, tunggu sebentar lagi," teriak Syafa.
"Hm, cepet," komentar Laki. Lalu berjalan menuju kursi yang sudah dijadikan kursi panas tadi malam.
Tampak Laki mengenakan pakaian kemeja lengan panjang berwarna hitam. Bagian kedua lengannya di linting hingga sikut. Sementara celana yang digunakannya adalah celana jeans. Style santai. Dia duduk santai sambil memainkan handphone.
Lima belas menit kemudian Laki mendengar suara pintu terbuka. Lelaki itu serentak berdiri sambil menatap ke arah pintu.
"Sudah si..." ucapannya tertahan. Laki malah berdiri mematung menatap lekat ke arah Syafa yang terlihat... mempesona. Wanita itu mengenakan dress berwarna pink nude yang bagian bawahnya berbentuk rempel dan bagian atasnya ada renda-renda cantik dengan bagian atas tangan tampak ada renda yang seperti tangan pendek. Sulit sekali dijelaskan. Intinya dress yang digunakan Syafa sangan cocok sekali dikenakan olehnya. Sangat sepadan dengan kerudung pasmina dan wajah cantiknya.
Beberapa detik mereka saling bertemu tatap.
"Kenapa? Anehnya?" tanya Syafa dengan polos. Wanita itu tampak terlihat malu-malu. Ini kali pertama dia mengenakan dress di depan Laki. Memang Syafa jarang menggunakannya. Baju itu biasa ia kenakan saat menghadiri undangan.
"Ehm. Saya menunggu lama hanya untuk hasil seperti ini?" ledek Laki. "Kita berangkat," lanjutnya. Lalu berjalan meninggalkan Syafa yang mengerlingkan mata. Menyebalkan. Setidaknya kalau tidak mau memuji, tidak usah meledek, gerutunya.
Sepanjang jalan Laki dan Syafa terus merencanakan segalanya. Mereka berdiskusi supaya tidak ada jawaban yang tidak sinkron ketika nanti ditanyai oleh keluarga Laki. Rencana mereka sangat detail. Tidak ada satupun yang terlewat. Sangat matang.
Sembilan jam kemudian, Laki membelokan mobil. Memasuki mansion yang sangat besar dan putih. Syafa menelan saliva. Apa ini? Wanita itu meremaskan jemari. Jantungnya semakin berdebar saat melihat Halila dan Syaki berdiri di halaman mansion, menunggu dia dan putranya.
"Oh... Ya Allah, kenapa tegang sekali?" gumam Syafa. Sesaat Laki menatap Syafa. Lalu bibirnya menyabit setelah melihat kegugupannya.
"Jangan khawatir, mereka baik," ungkap Laki berusaha menenangkan.
"Bagaimana ini, tangan saya dingin," keluh Syafa beberapa detik sebelum keluar dari mobil.
"Tiupi saja. Saya tidak mungkin menggenggam tanganmu supaya kembali hangat. Kita belum halal," ucap Laki sambil menunjukan senyum meledek.
"Menyebalkan," sungut Syafa.
"Aduuuh..., kenapa turun dari mobil saja lama sekali," keluh Halila sambil berjalan ke arah Laki dan Syafa.
“Assalamualaikum, Ami..." salam Laki sambil melebarkan kedua lengan. Dia hendak memeluk Halila. Tapi, Halila hanya menatapnya sekilas dan mengabaikannya. Wanita itu malah berjalan menuju arah Syafa.
"Selamat datang, sayang," ucapnya sambil memeluk Syafa.
Sesaat Syafa berdiri terpaku. Lalu menjawab dengan ragu. "I- iya, Bu."
"Panggil Ami saja sayang, ayo masuk. Kamu pasti cape. Kita sapa Abi Syaki dulu, ya." Halila menarik lengan Syafa. Menatap sinis sekilas pada putranya yang melongo memperhatikan dirinya.
"Ami... Ini beneran Ami mau membuang Laki?" sungut Laki sambil berjalan membuntuti Halila.
"Ya, mulai sekarang anak Ami ketiganya perempuan semua. Syafa adalah anaknya Ami, kalau mau kamu silahkan jadi menantu Ami untuk Syafa," Kata Halila sambil menuntun Syafa untuk bersalaman dengan Abi Syaki yang menyabitkan senyuman.
"Selamat datang, Nak. Tidak usah ragu dan canggung. Mulai sekarang, kamu putri Ami sama Abi."
Syafa tersenyum. Kedua manik matanya tampak berkaca. Abi Syaki mengingatkan dirinya pada almarhum ayahnya. Dan Ami Halila, dia merasa kerinduan akan sosok ibu terobati karenanya. Sesaat Syafa menatap Laki yang tengah merajuk pada Halila. Lalu dia mulai bicara sendiri dalam hati.
Kamu tau, Ki? Ini bukan tentang cinta antara kamu dan aku. Bukan tentang kemesraan palsu yang kamu ciptakan dalam panggung ku. Ini tentang sebuah pengobat rindu. Penawar dahaga atas kasih sayang dari dua sosok berharga yang tak lagi hadir dalam hidupku. Biar aku saja yang tau, bahwa raguku sedikit meluruh, saat kamu bersedia membagi kasih sayang kedua orang tuamu denganku. Terimakasih karena sudah membuatku berani merajut benang kusut bersamamu.
***
To Be Continued.
Hayu ikuti kisah Laki sama Syafa. Kasih like, koment nya juga ya. Biar benang kehidupan mereka semakin kusut 😁. Luv you...