Di malam pertama pernikahannya, Siti mendengar hal yang sangat membuatnya sangat terluka. Bagaimana tidak, jika pernikahan yang baru saja berlangsung merupakan karena taruhan suaminya dan sahabat-sahabatnya.
Hanya gara-gara hal sepele, orang satu kantor belum ada yang pernah melihat wajah Siti. Maka mereka pun mau melihat wajah sebenarnya Siti dibalik cadar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Gio pulang ke apartemen dengan beberapa luka memar pada wajahnya. Pencahayaan yang minim membuat Gio lebih rileks karena tidak harus memperlihatkan wajahnya kepada Siti.
Bisa dikatakan dia begini karena wanita itu, laporan keuangan bermasalah yang sampai juga di meja kerjanya.
Pertengkaran dan perkelahian untuk pertama kali setelah bertahun-tahun lalu terjadi lagi antara Gio dan Teo. Sebagai sahabat Gio bermaksud baik ingin menolong Teo keluar dari masalahnya. Tapi entah kenapa Teo begitu tersinggung dengan niat baiknya.
Adu jotos pun tidak bisa dihindarkan lagi, Teo yang lebih dulu menyerangnya dengan brutal sampai dia tidak sempat membela diri apalagi membalasnya.
Dulu hal ini terjadi karena masalah wanita, selesai karena Gio tidak tertarik dengan wanita yang diincar Teo. Dan Teo pun menjalin hubungan dengan wanita itu walau hanya beberapa bulan. Ternyata si wanita hanya memanfaatkan Teo saja sebagai mesin uang.
Bagi Gio persahabatan di atas segalanya, makanya dia mau membantu Teo menyelesaikan masalah keuangan keluarganya. Tapi ternyata justru menimbulkan kesalahpahaman yang berujung luka pada wajahnya.
Gio mengobati lukanya di tengah cahaya temaram, dia mengompres bagian-bagian wajahnya yang terasa sakit.
"Gio, kamu kah itu?." Siti menyalakan lampu dan tampaklah Gio yang membelakanginya.
"Tumben sudah pulang," Siti pergi ke dapur dan mengambil apa yang dibutuhkannya. Satu mangkuk potongan buah naga dan alpukat, tiba-tiba saja dia merasa lapar.
Langkah Siti tertahan karena ekor matanya menangkap kening Gio mengeluarkan darah dari kaca lemari yang ada di depannya. Siti segera menghampirinya dan menaruh mangkuknya.
"Keningmu berdarah," tanpa permisi Siti langsung berjongkok di hadapan Gio. Mengambil lap dari tangan Gio yang mengompres bagian wajahnya yang lain.
"Bengkak," lirih Siti tapi fokusnya masih pada kening. Sehingga dia pun segera membersihkan darahnya. Siti juga mengoleskan salep pada luka lebam.
Mata bengkak Gio menatap bulu mata Siti yang panjang dan sangat lentik. Mata itu jernih, berbinar dan sangat teduh. Wanita yang begitu saja masuk dalam hidupnya karena taruhan konyolnya. Tapi anehnya dia tidak kepikiran untuk menyudahi pernikahan konyol ini. Dia seolah menjadi pria yang telah memiliki istri, dia pun tidak terganggu dengan status barunya itu.
Kemudian Siti bangkit dan tanpa permisi lagi memasuki kamar Gio. Dia mengambil pakaian ganti untuk pria itu. Gio langsung memakai pakaian yang diberikan Siti.
"Istirahat di sini atau di kamar?." Siti bangkit sambil memegangi pakaian kotor Gio.
"Di sini saja," Gio langsung merebahkan tubuhnya di sofa. Segera memejamkan mata, tidak mengantuk tapi dia ingin sendiri.
Siti pergi dari sana dan tidak lama kembali lagi ke sana dengan membawa selimut, menyelimuti Gio yang dianggapnya sudah tidur.
Keesokan paginya.
Siti sudah rapi dan bersiap berangkat tapi saat keluar kamar dia mendengar suara Gio yang sedang menggigil. Siti mendekatinya, menyingkap selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh Gio. Hawa panas pun keluar dan Siti bisa memastikan kalau Gio demam tinggi.
Nalurinya sebagai seorang istri terpanggil untuk peduli pada keadaan suaminya yang sedang sakit. Siti pun langsung sangat sibuk memasak bubur, menyiapkan air hangat, obat penurun demam, memotong buah-buahan dan pakaian ganti.
Semuanya dibawa Siti dan di taruhnya di atas meja. Kemudian dia menarik selimut dari tubuh Gio. Gio membuka matanya dan beringsut duduk.
"Minum sedikit air hangat, terus makan buburnya sampai habis, setelah itu minum obat dan ganti pakaian." Cerocos Siti tanpa jeda.
Sangat patuh, itu yang ditunjukkan Gio sampai selesai atas semua perintah dari Siti.
"Ke kantor bawa mobilku saja," Gio menunjuk kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja kayu dekat pintu.
Siti mengangguk. "Kabari aku segera kalau ada apa-apa."
"Iya."
Siti berangkat meninggalkan Gio, tapi dia sudah menyiapkan semua kebutuhan Gio di dekat pria itu.
*
Setibanya di kantor Siti mendapatkan berita yang kurang sedap. Katanya Asih, foto dirinya tanpa hijab dan cadar sudah beredar di seluruh kantor. Siti segera mengecek email dan dia tersenyum dibalik di cadarnya. Karena itu bukan dirinya. Entah dari mana Gio mendapatkan foto itu?. Dan sekarang siapa yang menyebarkan foto itu?.
Tidak mau menganggu Gio yang sedang sakit, Siti menyimpan berita bohong ini walau sangat ingin tahu siapa penyebar foto palsunya.
Untung saja Siti jarang sekali keluar dari ruangannya. Karena makan selalu disiapkan OB dan toilet ada dekat di sebelah ruangannya.
Seseorang baru saja menerobos masuk ke ruangan Siti. Berbicara sambil berdiri dan langsung menyalahkan Siti.
"Kamu telah merusak persahabatanku dan Gio!."
Siti tetap tenang di kursi kerjanya.
"Kamu berhasil membuat Gio merendahkanku! Menghinaku!. Kamu akan tanggung akibatnya!."
"Aku tidak melakukan apapun yang kamu tuduhkan, kamu sendiri yang sudah merusak persahabatanmu dan Gio dengan mencuranginya."
Teo tidak mendebat, dia pergi dari sana sambil mengacak file yang dilewatinya. Siti mengelus dada, sikap Teo sangat kekanakan. Dia merapikannya lagi.
Baru juga Teo pergi, kini sudah ada Leo dan Jun yang mendatanginya. Mereka menanyakan keadaan Gio setelah tidak dapat menghubungi Gio. Kini Siti tahu penyebab wajah Gio luka-luka. Lalu mereka pergi lagi dari sana setelah tahu keadaan Gio baik-baik saja.
Barulah terasa tatapan orang-orang padanya, ini pasti karena foto yang sudah tersebar luas di kantor. Siti tidak menunjukkan sikap yang bagaimana-bagaimana. Seperti biasa dia berjalan menegakkan kepalanya sampai ada sebuah foto yang jatuh mengenai tubuhnya karena dilempar seseorang.
"Itu wajah aslimu 'kan?," Teo menunjuk foto itu.
"Kenapa dengan wajahku?," tanya Siti menatap tajam Teo.
"Kamu tidak merasa malu atau marah setelah fotomu tersebar?," Teo mulai merasa curiga dengan sikap santai Siti. Jangan-jangan ada yang salah dengan foto itu.
"Untuk apa aku malu, marah? Aku masih berpakaian lengkap. Hanya tidak mengenakan hijab dan cadar saja."
Teo semakin yakin kalau ada yang salah, tidak mungkin Siti akan bersikap santai karena dia tahu Siti sangat menjaga privasinya. Teo sendiri menyingkir dari jalannya Siti.
Siti yang sudah sampai di apartemen langsung mencari keberadaan Gio yang tidak ada di sofa. Siti mengetuk pintu kamar Gio dan pria itu menyahut.
"Aku boleh masuk?."
"Masuk saja!."
Siti berjalan masuk mendekati Gio yang masih rebahan di atas kasur. "Bagaimana keadaanmu?."
"Sudah lebih baik," Gio duduk bersandar pada kepada ranjang.
"Aku bohong pada mereka mengenai wajahmu."
"Kamu sudah tahu?."
"Masuk ke email ponselku."
"Bagaimana kalau mereka tahu kalau kamu telah membohongi mereka?."
Gio diam, akan sangat fatal bagi perusahaan dan mungkin sahabat-sahabatnya akan menjauh darinya jika sampai tahu kebenarannya. Dan itu akan menjadi kekalahan pertamanya.
"Kalau bisa jangan sampai tahu dulu, aku sendiri nanti yang akan jujur pada mereka."
Siti hamil anak Gio
saat kejadian malam kelam yg lalu,AQ yakin bahwa yg tidur dgn Teo bukanlah Siti melainkan Asih
tetap semangat berkarya kak 💪💪🙏🙏
semoga asih n teo dpt karma yg lebih kejam dari perbuatan nya pada siti