NovelToon NovelToon
Bayang-bayang Yang Tidak Pergi

Bayang-bayang Yang Tidak Pergi

Status: tamat
Genre:Toko Interdimensi / Tamat
Popularitas:396
Nilai: 5
Nama Author: Made Budiarsa

Bayang-Bayang yang Tidak Pergi adalah sebuah novel puitis dan eksistensial yang menggali luka antar generasi, kehancuran batin, dan keterasingan seorang perempuan serta anak-anak yang mewarisi ingatan dan tubuh yang tidak pernah diminta.

Novel ini terbagi dalam tiga bagian yang saling mencerminkan satu sama lain:

Bagian Pertama, Orang yang Hilang, mengisahkan seorang perempuan yang meninggalkan keluarganya setelah adik perempuannya bunuh diri. Narasi penuh luka ini menjelma menjadi refleksi tentang tubuh, keluarga, dan dunia yang ia anggap kejam. Ia menikahi seorang pria tanpa cinta, dan hidup dalam rumah penuh keheningan, sambil mengumpulkan kembali kepingan-kepingan jiwanya yang sudah dibakar sejak kecil.

Bagian Kedua, Bunga Mawar, Kenanga dan Ibu, melanjutkan suara narator laki-laki—kemungkinan anak dari tokoh pertama—yang menjalani rumah tangga bersama seorang istri polos, namun hidup dalam bayangan cinta masa lalu dan sosok ibu yang asing. Kenangan, perselingkuhan, dan percakap

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dewi Sundari Bagian lll

Ibu teringat masa kecil saat kamu pertama kali memakai onggar. Kamu tidak suka jadi sebisa mungkin menariknya dari rambutmu. Ibu melarangnya. Kamu kesal. Ibu tersenyum. Dan kamu... menyilangkan kedua tanganmu. Bibirmu terlihat lebih panjang, matamu menajam.

Ibu teringat, saat menciummu. Berapa kali? Ibu tidak ingat. Mungkin itu hanya ada dalam mimpi atau itu mungkin secara tidak sadar terjadi, tapi satu hal yang benar-benar ibu percaya, kamu hidup bersama ibu.

Jika kamu membenci ibu, itu sudah sepatutnya. Kamu pasti penasaran mengapa tidak ada ayah di sisimu. Kamu belum bertanya dan ibu merasa lebih baik. Kamu tahu, pertanyaan itu menyakitkan.

Ketika kamu membuang muka, hanya onggar di kepalamu yang bergetar. Hati ibu jauh lebih baik. Ibu juga sama sepertimu waktu dulu, jadi mungkin saja ada kehidupan masa kecil ibu dalam dirimu.

“Anak Mama tidak boleh marah.”

Ibu mencubit pipimu.

“Mama! Dari tidak suka.” Kamu membuang muka kembali.

Ayolah, kita pergi. Ibu merayumu dan kamu berusaha tidak mempedulikannya. Hingga pada akhirnya ibu berkata, “Kalau Iluh nggak ikut, ya nggak apa-apa... Tapi nanti rumahnya sepi sekali, loh. Mama nggak bisa nemenin Iluh kalau Iluh tinggal sendirian.”

Ibu pergi menjauh dan terus menjauh. Kamu menangis dan akhirnya lari mendekati Ibu.

“Mama jahat!”

Ibu mengangkatmu dan mencium pipimu. “cup-cup, iluh cantik menangis.”

Kamu mendengus dan kita pergi ke pura.

Orang-orang memujimu karena kamu cantik memakai onggar itu. Saat itulah ibu berpikir kamu adalah kanvas kosong yang ibu lukis. Ibu merasa bangga. Namun kemudian ketika memikirkan kamu adalah kanvas yang keluar dari rahimku, aku merasa tidak perlu merasa bangga. Sayangnya, ibu tidak bisa membencimu lebih dalam dari sebelumnya.

Kamu duduk di pangkuan ibumu dan meraih onggar yang menyebabkan rambutmu berantakan. Ibu benci dan mengambilnya. Kamu menangis. Ibu memberikannya lagi dan sebagai gantinya, ibu mencium pipi lembutmu. Ah, pipimu lembut sekali. Kamu tidak peduli dan memainkan onggar, membengkokkannya ke segala arah.

Ibu merasa bahagia menyentuhmu tapi saat melihat ongar yang bergetar itu, ibu merasa sikap ibu sama sepertinya; kadang-kadang bergetar lebih keras dan sebaliknya. Maaf ya, ibumu itu kejam sekali. Saat melihatmu seperti ini juga, ibu membayangkan bagaimana jadinya ibu mengambil parang dan menebas satu lenganmu. Rasanya mungkin benar-benar menjadi pemandangan indah saat darah keluar dari lenganmu yang lembut.

Orang-orang yang suka padamu menjadi ketakutan setengah mati, bahkan mereka tidak bisa berkata apa-apa, namun kembali lagi, itu hanya ada dalam pikiran ibumu yang jahat ini. Ibu menciummu lagi dan mengusap ingusan yang keluar.

Ibu bertanya-tanya, mengapa bisa melahirkan anak gadis cantik sepertimu ini ya?

Lalu setelah sembahyang, kamu melihat orang-orang memakai gelang tiga warna. Kamu penasaran dari mana orang-orang mendapatkannya. Ibu bertanya kepadamu apa kamu menginginkannya?

“Sungguh, Dari sungguh menginginkannya.”

Ibu membawamu ke kotak dana punia. Ibu memberimu uang.

“Jika iluh masukkan uang ke dalamnya iluh bisa mendapatkannya.”

“Sungguh?”

Iluh melakukannya dan seorang memotongkan benang untuk iluh. Kamu kembali dengan senyuman mekar lalu berseru, “Mama, tolong ikatkan.”

Ibumu merasa terikat saat kamu meminta melakukannya.

...----------------...

Kamu tumbuh besar. Usiamu menginjak empat tahun. Waktu itu kamu keras kepala sekali. Ibu bisa-bisa mengambil pisau dan menusukkannya agar kamu mau nurut, tapi sering kali ibu menahan diri. Dan hasilnya, lidi kecil ibu tarik dan memukulmu. Kamu menangis. Saat itulah ibu baru menyadari kesalahan.

Ibu merasa berdosa setiap kali melakukannya, tapi ibu tidak mau bersikap lembut secara tiba-tiba. Sebab itu, saat kamu sudah tenang ibu mengobati luka-luka sembari menasihati. Ya, kadang-kadang kamu mendengarkan dan juga tidak. Kamu anak kecil yang nakal, namun hidup ibu jauh berwarna karenanya.

Selama dua tahun itulah kamu yang keras kepala perlahan-lahan berubah menjadi lebih dewasa. Dan akhirnya kamu masuk TK. Kamu senang memiliki buku-buku dan tas. Ibu mengantarkanmu ke sekolah.

Semuanya berjalan lancar dan kamu senang bertemu banyak orang. Namun suatu hari, kamu pulang bersemangat lalu bertanya, “Mama, di mana ayah? Apa Dewi punya ayah?”

Ibu tidak bisa menjawab.

Kamu tidak mendapatkan jawaban dan berusaha mendapatkannya

Ibu membencimu dan teringat dengan kehamilan ibu. Mengapa ya harus mempertahankannya? Kamu adalah anak kecil yang terlahir dari tempat kotor. Kamu anak yang sangat kotor.

Kamu tahu, ibu harus menjual sebagian Sawah untuk membiayai persalinan, upacara tiga bulanan dan otonanmu. Ibu berpikir, mengapa ya kamu yang kotor ini harus mendapat acara suci seperti itu? Apa mungkin ibu berpikir kamu adalah anak ibu dan patas mendapatnya atau karena orang-orang sekitar yang memandang hina ibu dan ibu berpikir, kamu sama seperti yang lainnya?

Saat malam tiba ibu diam-diam masuk ke kamarmu. Ibu tidak membawa apa pun dan hanya tangan kosong saja, tapi sudah cukup menghilangkan nyawamu. Luh Dewi, kamu tidak boleh menanyakan tentang ayahmu. Ibumu tidak tahu siapa ayahmu. Ibu suka minum arak bersama laki-laki kemudian melupakannya. Apa itu salah ibumu? Tentu saja tidak, ibu kesepian dan melakukannya adalah cara ibu mendapatkan kehangatan.

Saat melihatmu tertidur, ibu bertanya apa semuanya karena para Dewata sehingga ibu membesarkan anak sepertimu?

Kamu lihat, Foto cantik nenekmu? Dia meninggalkan ibu Ketika masih remaja dan tidak pernah mengatakan di mana ayah ibu sebenarnya, lalu apa salahnya jika ibu tidak mengatakannya juga padamu?

Anggap saja kamu tidak punya ayah.

Ayahmu sudah meninggal.

Kamu lahir dari rahim ibumu dan tidak pernah mengenal sosok ayah.

Kamu bernama Dewi bidadari, kamu sangat suci, jadi jangan pernah menanyakan hal kotor seperti itu.

Ibu mencium keningmu tanpa kamu sadari.

...----------------...

Hari-hari selanjutnya, kamu tampaknya melupakannya dan bersemangat belajar di sekolah. Katamu sekolah itu tantangan. Kamu kesulitan. Kamu merasa bodoh. Ibu sering memberimu semangat. Kamu berusaha keras belajar, meski itu sulit.

Lalu kamu tumbuh lebih besar. Kamu bisa membaca, alangkah senangnya. Kamu mulai mengenal dunia yang lebih besar dan konfleks. Kamu mulai jenuh dan tidak bersemangat sekolah. Ibu lagi-lagi menyemangatimu, kamu harus bersekolah, jika tidak kamu tidak akan punya masa depan.

Kamu berusaha dan terus berusaha.

Kamu juga semakin berani berbicara dan kepalamu seperti batu. Ibu benci itu, tapi ibu sadar itu adalah hal yang wajar.

Tumbuh dan tumbuh.

Ibu mendapatkan bunga mawar darimu, katamu hari itu hari ibu. Ibu merasa bahagia dan berterima kasih. Mungkin kamu tahu ada hari ayah, tapi tidak bisa merayakannya.

Lalu kamu tumbuh semakin dewasa dan semakin berani membantah dan melawan ibu. Jika ibu marah, maka ibu bisa menamparmu. Kamu pergi menangis.

Saat kamu mencapai dewasa, itu adalah masa di mana kamu mendapatkan menstruasi pertama. Kamu tahu itu normal tapi menjengkelkan dan harus setiap bulan terjadi. Di sana tugas ibu mengajarimu cara menanggulanginya. Ibu berpikir, mengapa ya wanita itu harus kotor? Apa Wanita itu tempat yang kotor sehingga rahimnya harus mengeluarkan darah setiap bulannya?

Ibu tidak mengatakannya kepadamu tentang ini dan memuji kemuliaan seorang wanita.

Lalu kemudian kamu akhirnya metatah, ibu bahagia. Membelikanmu kebaya dan kamen baru untuk upacara itu. Meskipun kamu kotor, ibu akan tetap mengupacaraimu. Kamu sangat cantik saat itu, dan ibu berpikir kamu pantas mendapatkannya.

...----------------...

Kamu sudah melewati masa remaja dan ibu pernah berkata, kamu adalah anak satu-satunya ibu dan tidak boleh pergi.

Dan lima tahun kemudian kamu membawa seorang yang kamu cintai. Aku tidak menyukainya dan mengatakan dia tidak mau tinggal bersama kita.

Kamu kecewa dan murung beberapa hari. Ibu menghiburmu dan kamu kembali senang.

Ibu pikir kamu mengerti, namun ternyata kamu menghilang dan kawin lari bersama pemuda itu. Saat ibu tahu itu, ibu berpikir mengapa harus melahirkanmu, mengapa harus menghidupimu, mengapa harus mengupacaraimu? Seharusnya ibu membunuhmu jauh-jauh hari sebelum kamu tahu apa itu dunia. Ibu membencimu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!