Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.
Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.
Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.
Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 ~ Asal usul Dana mulai di lacak
"Untung anakku berkata seperti itu, maka aku akan ringankan hukuman kamu, dengan cara kamu membantu anakku mendapatkan banyak klien dan mengejar target yang tertinggal, namun ingat bukan berarti setelah target ini tercapai, kamu seenaknya sama anak saya!" ucap Fernando serius dengan menatap tajam ke arah Dana.
"Baik Tuan, akan saya usahakan," jawab Dana mantap.
Sungguh hati Fawn dan Dana merasa lega, untung Fawn mengatakan kenyamanan di dekat Dana, menjadi pertimbangan untuk Fernando. Hingga akhirnya Dana masih di terima di sana meski dengan target tertentu. Entah tujuannya apa setelah target ini terlaksana, Dana pun siap menghadapi kejutan Fernando berikutnya.
"Bagus, dan kamu ... kamu itu seorang CEO, bersikaplah dengan baik jangan seperti wanita rendahan," ucap Fernando kepada putrinya Fawn.
Fawn menelan salivanya dengan susah payah, ada rasanya nyeri dalam hatinya saat terucap dari mulut Ayahnya mengatakan 'seperti wanita murahan' kepada Fawn.
Selain itu juga dada yang terasa ada yang mengganjal, ingin sekali dia berkata juga mengeluh kepada Ayahnya.
Karena Fernandolah Fawn seperti ini, dia butuh sandaran rangkulan di saat dia kehilangan arah, namun Fernando memang kurang peka kepada siapapun termasuk Fawn anaknya sendiri.
Setelah berucap seperti itu, Fernando meninggalkan ruangan itu, entah maksudnya apa Dana dan Fawn pun tidak mengerti.
Tapi pandangan Fernando sempat melihat pada tumpukan berkas yang sedang Dana cek.
Mungkin niat hati ingin mengecek pekerjaan putrinya malah melihat adegan manja sang putri kepada pria yang di pandang rendah namun bergaya elegan.
Di dalam lift Fernando menghubungi seseorang, "Cari tahu asisten putri saya yang bernama Dana, siapa dia sebenarnya?" ucap Fernando kepada anak buahnya.
Lalu menutup teleponnya begitu saja, dan berlalu menuju tujuannya.
Sedangkan Dana berisitirahat sejenak di ruangannya dengan memesan sebuah coklat panas untuk menenangkan kepenatannya.
Selama menunggu pesanannya datang, Dana mengecek kepergian Fernando, dia ingin tahu tujuannya apa, dan apa yang akan di lakukan Fernando terhadap dirinya.
Namun seketika Dana membelakkan kedua bola matanya, rasa kaget menyelimuti dirinya, karena Fernando telah menyuruh seseorang untuk menyelidiki siapa dia.
Ada rasa tegang dalam hatinya takut ketahuan siapa dia, dan siapa saja keluarganya.
Sungguh Dana tidak ingin keluarganya sekarang dan juga adiknya terancam.
Dana pun dengan secepatnya mengunci handphonenya agar tidak dapat di deteksi oleh orang lain. Di tutup semua aplikasi yang berhubungan dengan keluarganya.
Dan sebelumnya Dana telah mengirim pesan kepada Jae juga Rofik dan Shifa akan kabar ini.
Jelas mereka tidak diam, begitu juga Rofik, langsung mengirim anak didiknya kelapangan juga di perbatasan agar bisa menjaga dari datangnya mata-mata Fernando.
Dan Rofik pun mengirim anak didiknya untuk mendatangi tempat Dana bekerja hanya untuk berjaga-jaga dengan jarak aman untuk memantau Dana agar selamat dari anak buah Fernando.
Setelah mengirim pesan kepada Rofik, Jae dan juga Shifa, mereka pun mengabarkan kepada Naya juga Sylvia jika Dana sementara waktu akan menutup pesan dan tidak menerima pesan atau telepon dari mereka sampai semua di katakan aman.
Kembali Dana menghela nafas panjang, dia lelah sangat lelah, untungnya Damar adalah teman baiknya dan telah bekerja sama dengannya, Dana membuat data palsu seakan-akan dia dari tempat panti asuhan yang selama ini tinggal bersama Damar.
Ada rasa syukur dan juga panik kala mendengar dirinya akan di cari tahu jati dirinya.
Dana hanya mampu berdoa agar semua berjalan sesuai rencananya dan aman dari terbongkarnya segala masalah ini.
Dana memijit pelipisnya, dengan menutup matanya sambil tertunduk, lagi dan lagi saat seperti itu datang Fawn.
"Dana ..., apakah kamu sehat?" tanya lembut Fawn dengan memegang bahu Dana.
"Eh Fawn ... aku baik-baik saja hanya sedikit lelah," kilah Dana padahal lebih dari itu dia rasakan.
"Kita istirahat yu, kita cari makan enak dan menyegarkan," ajak Fawn yang merasa kini hanya Dana teman satu-satunya dan dialah asistennya untuk menjaga agar Fawn selalu aman.
Dana menganggukkan kepalanya, dan bangkit dari kursinya, namun sebelumnya dia menyuruput minuman yang telah dia pesan kepada OB.
Fawn tersenyum, ingin hati bermanja dengan memeluk lengan Dana, namun kata-kata Ayahnya begitu terngiang dan sulit di lupakan bahkan terlalu menusuk ke dalam hatinya.
Hingga membuat Fawn menjaga batasannya, tapi entahlah jika suatu saat ketika mereka kembali berdua, apakah Fawn dan Dana mampu bertahan?, hanya mereka yang tahu.
Apalagi Dana seorang pria normal dengan jauh dan terhenti komunikasi dengan kekasihnya, apakah mampu menahan segala godaan yang di berikan Fawn? bahkan pernah melihat tubuh Fawn tanpa selesai pakaian.
Mampukah Dana hanya bersikap dengan niatan untuk melaksanakan aksinya? siapa yang tahu, hanya kekuatan iman yang mampu mencegahnya.
Dana tahu pekerjaannya harus selalu menemani Fawn ke mana pun Fawn beranjak. CEO baru dan polos seperti Fawn pasti banyak yang mengejar dengan segala tipu daya dan intrik pastinya akan sangat mudah membodohi Fawn.
Apalagi saat ini Fawn sangat labil, Dana tidak menginginkan perusahaannya jatuh lagi ke yang lain, cukup Fernando dan hanya Fernando yang mesti dia hentikan jangan menambah kepalanya semakin berat dengan menambah orang lain dalam perusahaan ini.
Semakin membuat Dana ingin melindungi Fawn, dan itu sangat terasa oleh Fawn. Baru kali ini, ada pria tulus seperti Dana, membuat Fawn semakin mengagumi Dana.
Tiba di sebuah restoran ternama, Fawn memesan makanan mewah, untung saja Dana pernah memakan semua ini dengan Ibunya dulu, membuat Dana tidak kampungan dan memalukan.
Dana memakan dengan gaya khas orang kaya di mana caranya begitu elegan dengan sendok, garpu juga pisau saling bertautan dalam sebuah menu makanan yang tersaji.
Dana lupa jika dia sedang menyamar jadi orang miskin, hingga membuat Fawn mengerutkan keningnya, karena Dana begitu lihai dengan menggunakan alat itu.
Siapa Dana kenapa seperti terbiasa dengan hal ini? sedangkan aku tidak yakin jika Dana berasal dari orang berada. pikir Fawn.
"Kenapa?" tanya Dana tanpa melirik Fawn karena Dana menyadari jika dirinya begitu pandai dalam menggunakan alat makan yang ada di hadapannya, padahal dirinya sekarang sedang menyamar jadi orang miskin yang sangat membutuhkan pekerjaan ini.
Fawn terkesiap kala Dana bertanya, bahasa tubuhnya terlihat gugup, namun Dana tersenyum memahami yang ada di pikiran Fawn.
"Kamu merasa aneh dengan table manner yang saya lakukan begitu lihai?" tanya Dana dengan menatap ke arah mata Fawn begitu intens, membuat Fawn salah tingkah.
"Aku orangnya suka belajar, dan sekarang semua ini mudah di dapatkan dalam aplikasi media dalam handphone dapat di searching kapanpun kita inginkan," jawab Dana santai kembali menyuap makanan yang ada di hadapannya.
Membuat Fawn kembali membulatkan kedua bola matanya. Apakah Dana seorang cenayang hingga dapat membaca pikiran Fawn, itulah yang ada di benak Fawn.
"Sudahlah, jangan banyak berpikir aneh-aneh, kamu tahu aku sekarang duduk dengan siapa? jelas dengan seorang CEO dari perusahaan ternama, kalau saja aku tidak belajar table manner apakah aku tidak akan mempermalukan dirimu Fawn?" kembali Dana memberikan pertanyaan yang membuat Fawn paham dan tidak lagi merasa aneh.
Hingga akhirnya Fawn menggut-manggut memahami kenapa Dana bisa begitu pandai dalam makan ala orang kaya.
Bersambung ...