Sesama Author tolong saling menghargai, dilarang mampir jika hanya skip skip saja dan baca setengah-setengah, 🙏
Sebuah pernikahan harus didasari oleh kejujuran dan rasa saling percaya, tapi apa jadinya jika seorang Suami selalu berbohong kepada Istrinya dan lebih memilih menuruti semua keinginan Orang tua serta Keluarganya dibandingkan dengan keinginan Sang Istri?
Yuni selalu berharap jika Sang Suami bisa menjadi sandaran untuk dirinya, tapi ternyata semua itu hanya menjadi angan-angannya saja, karena Hendra bahkan tidak pernah membela Yuni ketika dia dihina oleh keluarga Suaminya sendiri.
Akankah Yuni bertahan apabila keluarga Sang Suami selalu campur tangan dalam rumah tangganya?
Baca kisah selengkapnya dalam Karya saya yang berjudul 'Suamiku Boneka keluarganya'.
Mohon dukungannya untuk Karya-karya receh saya, 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Hendra jadi serba salah, dia tidak tau harus berbuat apa. Di satu sisi Hendra tidak bisa tinggal terpisah dengan Yuni beserta kedua Anak mereka, tapi di sisi lain dia merasa berat meninggalkan Mama Meti, apalagi Mama Meti orangnya nekad, jadi Hendra takut jika Mama Meti sampai melukai dirinya sendiri.
"Yun, tolong mengerti posisi Mas. Tadi kamu dengar sendiri kalau Mama sampai mengancam. Mama itu orangnya nekad, Mas takut jika Mama sampai melukai diri sendiri."
"Harus berapa lama lagi aku mengerti? Apa selama ini aku kurang pengertian? Lalu bagaimana denganku? Apa Mas tidak kasihan melihat aku yang selalu jadi pihak tersakiti?" ucap Yuni.
"Mas sangat mengerti bagaimana perasaan kamu. Mas janji akan terus membujuk Mama supaya mengijinkan kita tinggal terpisah. Kamu sabar sebentar lagi ya, kamu harus ingat jika seorang Istri tidak boleh meninggalkan rumah tanpa ijin Suaminya."
"Maaf Mas, aku hanyalah manusia yang memiliki batas kesabaran. Jadi, aku akan tetap pergi dari rumah ini dengan atau tanpa ijin dari Mas, terserah jika Mas ingin memberikan aku cap sebagai Istri durhaka," ucap Yuni yang sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan keluarga Hendra.
Sebelum pergi, Yuni mengambil Denis dan Nadira terlebih dahulu, tapi saat Yuni ingin menggendong Nadira, Hendra bergegas mengambil Anak bungsunya tersebut.
"Sayang, Dira ikut Ibu dulu ya," ucap Yuni.
Pada saat Yuni ingin mengambil Nadira dari gendongan Hendra, Nadira menangis dengan terus memeluk erat tubuh Hendra.
"Yun, kamu jangan egois. Kamu lihat sendiri Nadira tidak ingin berpisah dengan Ayahnya," ucap Hendra.
Yuni beberapa kali menarik serta mengembuskan napas secara kasar supaya lebih tenang, apalagi dia takut sampai bertengkar di hadapan kedua Anaknya.
Pada akhirnya Yuni terpaksa mengalah karena tidak tega melihat Anak bungsunya yang terus menangis dalam pelukan Hendra.
Untuk saat ini aku terpaksa mengalah demi Nadira, padahal aku ingin sekali segera pergi dari rumah ini.
Entah kenapa aku memiliki firasat buruk tentang nasib rumah tanggaku. Belum juga kami terbebas dari campur tangan Keluarga Mas Hendra, sekarang hadir sosok masa lalu Mas Hendra yang berusaha merusak hubungan kami, ucap Yuni dalam hati.
......................
Satu bulan kemudian..
Hari ini Bayu pertama kali menerima gaji sebagai OB. Dia berencana ingin mentraktir Yuni makan, tapi Yuni menolaknya karena dia sudah berjanji akan mengajak Denis dan Nadira pergi ke Taman bermain.
"Yun, besok kamu ada waktu gak?" tanya Bayu.
"Memangnya ada apa Bay?"
"Hari ini kan aku pertama kali gajian, jadi kalau besok kamu ada waktu, aku ingin mentraktir kamu makan sebagai ucapan terimakasih karena selama ini kamu sudah banyak membantuku," tutur Bayu.
"Maaf ya Bay, besok aku sudah berencana akan pergi ke Taman bermain bersama Mas Hendra dan Anak-anak. Kamu juga tidak perlu mentraktir aku, mending kamu tabung uangnya untuk modal kamu nikah, atau kamu kasih sama orang tua kamu."
Bayu semakin kagum terhadap sosok Yuni, apalagi dari dulu Yuni selalu tulus dan ikhlas membantu orang lain.
"Yun, tapi kapan-kapan kalau kamu ada waktu, kamu mau ya makan sama aku? Sekalian kamu ajak Anak-anak juga, aku pengen banget ketemu sama mereka," ujar Bayu.
"Iya insyaallah," ucap Yuni dengan tersenyum sehingga membuat jantung Bayu berdetak kencang.
Deg deg deg
Kenapa jantungku selalu berdetak kencang ketika melihat Yuni? Sadar Bayu, kamu tidak boleh memiliki perasaan seperti ini, karena sekarang Yuni sudah memiliki Suami, ucap Bayu dalam hati.
Brak
Bayu yang tengah melamun terlonjak kaget mendengar gebrakan meja yang berada di sampingnya.
"Eh Kunti bogel," ucap Bayu dengan memegangi dadanya yang masih berdetak kencang.
"Saya tau kalau saya memang tampan, tapi jangan pikir karena kamu memuji saya, saya akan memaafkan kesalahan kamu yang sudah mengobrol di jam kerja," teriak Pak Komar.
"Hadeuh, PD nya kambuh. Dasar budek," gumam Bayu.
"Maaf Pak, ini masih jam istirahat. Bapak lihat sendiri sekarang masih jam setengah satu," teriak Bayu yang merasa kesal terhadap Pak Komar.
"Dek Yuni, tolong bilangin sama Anak baru supaya tidak teriak-teriak. Saya juga tidak budek," ujar Pak Komar.
"Maaf Pak, kalau begitu kami permisi dulu," ujar Yuni dengan menarik tangan Bayu untuk ke luar dari ruang OB.
Bayu senyum-senyum sendiri ketika Yuni tidak sadar sudah memegang tangannya.
"Bay, kamu jangan peduliin perkataan Pak Komar ya, dia memang seperti itu. Aku harap kamu tidak ke luar dari pekerjaan karena merasa tersinggung sama dia," ujar Yuni.
Bayu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, apalagi dia merasa bahagia karena Yuni terus menggenggam tangannya.
Aku tidak peduli dengan orang lain Yun, karena hanya kebahagiaan kamu yang aku pedulikan, dan aku akan melakukan apa pun supaya kamu selalu bahagia, ucap Bayu dalam hati.
"Ekhem, kayak truk aja gandengan. Awas lho nanti Suami kamu salah paham," sindir Heni.
"Kamu bicara apa sih Hen?" tanya Yuni yang masih belum menyadari jika saat ini dia masih memegang tangan Bayu.
"Yun, lihat tuh tangan kamu, dari tadi kamu menuntun Bayu seperti Anak kecil," jawab Heni.
Yuni melihat ke arah tangannya, dan Yuni langsung melepaskan pegangan tangannya dari Bayu.
"Astagfirullah, maaf Bay, aku tidak sengaja," ucap Yuni.
"Bilang saja kalau kamu terpesona dengan ketampanan Bayu. Ingat Yun, kamu sudah punya Suami yang tajir melintir," ucap Heni.
"Kamu gak usah bicara yang aneh-aneh deh. Aku sama Bayu adalah Teman baik," ujar Yuni.
"Iya iya, aku juga cuma bercanda, tidak mungkin juga kamu suka sama Bayu, apalagi Suami kamu seorang Manager keuangan. Seandainya saja Bayu orang kaya, pasti sudah aku embat tuh," ujar Heni dengan cekikikan.
"Hen, kamu tidak boleh menilai seseorang dari status sosialnya, apalagi Bayu adalah lelaki paling baik yang pernah aku kenal," ujar Yuni sehingga membuat Bayu salah tingkah.
......................
Yuni dan Hendra sudah bersiap untuk mengajak kedua Anaknya pergi ke Taman bermain.
Putra sulung Yuni merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa pergi liburan bersama Adik dan Kedua Orang tuanya.
"Ayah, Ibu, Denis bahagia sekali karena akhirnya kita bisa pergi liburan bersama," ucap Denis dengan terus mengembangkan senyuman.
"Maaf ya Nak, kami baru bisa mengajak Denis pergi liburan sekarang," ucap Yuni yang merasa bersalah karena tidak memiliki banyak waktu untuk kedua buah hatinya.
"Tidak apa-apa Bu. Denis mengerti kalau Ibu dan Ayah sibuk bekerja demi masa depan Denis dan Dira," ucap Denis yang sudah berpikir dewasa dibandingkan dengan Anak seusianya.
Pada saat Yuni dan keluarga kecilnya ke luar dari dalam kamar, Mama Meti sudah terlihat bersiap untuk pergi ke rumah Lisa.
"Mau kemana kalian?"
*
*
Bersambung
emang agak lain pak Ibrahim ini
semangat thor
semangat thor asli kesel banget gue sama Hendra dia itu bukan bodoh lagi iiiiiiiiihhhhhhh kesel banget awas luu Hendra habis kau