NovelToon NovelToon
Love Your Enemy

Love Your Enemy

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Konflik etika / Enemy to Lovers / Balas Dendam
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Nuansa dan Angger adalah musuh bebuyutan sejak SMA. Permusuhan mereka tersohor sampai pelosok sekolah, tiada yang luput untuk tahu bahwa mereka adalah dua kutub serupa yang saling menolak kehadiran satu sama lain.

Beranjak dewasa, keduanya berpisah. Menjalani kehidupan masing-masing tanpa tahu kabar satu sama lain. Tanpa tahu apakah musuh bebuyutan yang hadir di setiap detak napas, masih hidup atau sudah jadi abu.

Suatu ketika, semesta ingin bercanda. Ia rencakanan pertemuan kembali dua rival sama kuat dalam sebuah garis takdir semrawut penuh lika-liku. Di malam saat mereka mati-matian berlaku layaknya dua orang asing, Nuansa dan Angger malah berakhir dalam satu skenario yang setan pun rasanya tak sudi menyusun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Searching for the Impostor

“Ok.”

Han Jean mematikan rokoknya. Puntung seukuran jari kelingking, ditekan kuat-kuat ke atas asbak, hingga menekuk mengenaskan dan bara apinya perlahan padam. Suara gemerisik halus terdengar saat sisa-sisa tembakau yang hangus jatuh ke tumpukan puntung lain di dasar asbak kristal tersebut. Abu halus terbang ke udara, tersapu angin malam, berputar-putar sebelum akhirnya lenyap tanpa jejak.

Itu bukan pertanda Han Jean sudah selesai dengan keinginannya merokok. Bungkus di atas meja, diraihnya lagi, satu batang rokok baru ditarik, pemantik dinyalakan, ujungnya perlahan terbakar lalu pangkalnya menempel ke belahan bibirnya yang tebal.

Han Jean menyedot rokoknya dalam-dalam, memenuhi rongga dadanya dengan asap dan nikotin. Sensasi pahit menyergap tenggorokan. Dia menahan napas beberapa detik, membiarkan racun yang diisapnya meresap ke dalam sistem tubuh, kemudian menyemburkan asap putih ke udara. Kabut tipis mengepul di depan wajahnya, perlahan memudar dalam sergapan gelap malam. Hal itu dilakukannya berulang-ulang kali, selagi telinganya masih mendengarkan seseorang di seberang berbicara panjang lebar.

Dia menggertakkan gigi ketika sesuatu yang tidak ingin didengarnya, diucapkan dengan nada ragu-ragu dan ketakutan. Kembali disesapnya rokok untuk kali terakhir, lalu memperlakukan puntungnya sama kasar.

"Untuk sekarang, let's stick to the plan. Kita masih punya amunisi yang cukup,” katanya, memberikan perintah.

Seseorang di seberang mengiyakan patuh, kemudian telepon ditutup. Han Jean kemudian meraih iPad dari atas meja, menyalakannya. Folder penuh berisi foto dan rekaman video, diperiksanya satu-satu. Layar digeser perlahan, setiap foto dipandanginya hampir lima detik penuh, dianalisa detail-detail apa yang ada di sekitar, yang mungkin bisa dia gunakan atau justru akan merugikan. Hal yang sama dilakukannya pada rekaman video. Satu rekaman bisa diulangnya dua sampai tiga kali, dengan jumlah pause tidak menentu. Sesekali Han Jean mencubit layar, memperbesar tangkapan seraya memicingkan mata.

“They’re all perfect. It’s all about a right timing.” Dia mengambil tangkapan layar dari video yang dipause, menyimpannya di folder lain yang diberi nama Weapon.

Han Jean menyeringai saat menutup folder dengan kode akses rahasia itu, tetapi hanya bertahan beberapa detik sampai seringainnya pudar dan wajahnya berubah datar. Sorot matanya tajam menusuk ketiadaan, menyapu hening malam, membawa samar-samar bisik rencana kelam yang sudah berputar di kepalanya sekian lama.

Han Jean adalah pria dewasa, penyayang, dan penyabar. Itu di mata orang awam. Tidak akan ada yang menduga seberapa kelam dasar jiwanya, seberapa kejam dirinya bisa bertindak untuk mendapatkan apa yang diinginkan, dan menyingkirkan yang menghalangi jalan. Banyak peristiwa yang telah dilaluinya untuk sampai di titik hidupnya yang sekarang, jadi kerikil kecil pun tak akan dibiarkannya menjadi sandungan.

Dia bangkit dari kursi setelah berdiam diri selama beberapa saat, mengangkut iPad dan ponselnya di satu tangan, lalu pergi meninggalkan balkon unit apartemennya. Meninggalkan puntung-puntung rokok mengenaskan yang menjadi saksi bisu kekejian dalam balutan personanya yang menawan.

...✨✨✨✨✨...

K adalah seorang pria, tampil sehari-hari dalam wujud paling tidak mencurigakan, bekerja sebagai karyawan dengan jabatan rendah di kantor baru yang Angger bangun 5 tahun ke belakang. Penampilannya biasa saja, tidak menarik perhatian. Bukan kutu buku yang dikucilkan, bukan pula si tampan memesona yang menjadi rebutan.

Dia pendiam, namun banyak bicara dalam beberapa kesempatan. Dia pandai mengangani pekerjaan, tapi sesekali membuat kesalahan yang membuatnya dimarahi atasan. Dia menerima gaji sebagaimana mestinya, terkadang mengeluh tidak cukup dan menertawakan kemiskinan bersama rekan sejawatnya. Gerak-geriknya terlalu normal untuk mengundang kecurigaan, terlalu pandai berbaur hingga bagian spesial dalam dirinya tidak terdeteksi sembarang orang.

Sementara di belakang layar, dirinya adalah andalan, busur panah paling tajam yang selalu Angger jadikan senjata utama untuk memberantas hal-hal mengerikan. Dia adalah sepasang mata elang, hidung Bloodhound, dan telinga kelelawar; tiga indera utama yang menjadikannya tidak terkalahkan, dibandingkan tangan-tangan lain yang pernah Angger miliki sepanjang sepak terjangnya mengarungi kehidupan.

Malam itu juga, K datang ke penthouse Angger membawa hasil buruan, pada tuannya ia serahkan. Tetapi pekerjaannya tidak selesai hanya sampai di sana. Di dalam ruang kerja Angger, dirinya duduk bersisian dengan sang tuan. Dua laptop menyala di meja, bersanding dengan cangkir kopi yang tinggal menyisakan ampas hitam pekat di dasarnya.

K dan Angger memeriksa semua rekaman bersama, berhati-hati untuk tidak melewatkan apa pun. Berjam-jam mereka habiskan. Mata mulai merah, kantuk datang menyerang, otot-otot bahu menegang, semuanya diabaikan.

Hanya saja, sayangnya, tidak banyak yang bisa didapat dari rekaman-rekaman itu. Kaca mobil SUV yang hampir mencelakai Nuansa dibuat sepenuhnya gelap, membuat apa yang ada di dalamnya tidak bisa tertembus kamera apalagi sekadar mata manusia. Saat memasuki gate sebelum meluncur ke basement, hanya tangan yang terlihat menjulur keluar dari kaca jendela yang diturunkan. Tangan yang tidak jelas pula milik laki-laki atau perempuan, karena dibalut jaket hitam dan sarung tangan sintetis.

"Ha...." Angger mengempaskan punggungnya ke sofa, kepalanya mendongak, dan matanya terpejam. Dua jarinya memijat pangkal hidung keras-keras, berusaha mengenyahkan pening sekaligus rasa kantuk yang menyerang makin ganas.

"Even kita bisa lihat mukanya, tetap bakal susah buat cari tahu siapa dalang di baliknya," keluhnya. Dia membuka mata, melirik K yang masih tekun menekuri rekaman-rekaman lain di laptopnya.

Untuk beberapa lama, K tetap bungkam. Angger tidak mendesak agar perkataannya segera dibalas. Dia cukup tahu bahwa dalam diamnya, K sedang berpikir keras. Lalu ketika jadi K menekan tombol hingga video yang sedang berputar di laptopnya terpause, Angger langsung menegakkan tubuhnya, dan beringsut mendekat.

"This," kata K, seraya menjentikkan jarinya ke layar, menunjuk tangkapan gambar yang sudah sebelumnya diperbesar.

Angger mendekatkan kepalanya, dan matanya memicing. Rupanya, K memutar kembali rekaman dari gate masuk menuju basement. K mempause video pada bagian ketika si pengemudi mengeluarkan tangan untuk melakukan tap in. Di sana, terlihat bahwa kartu yang dipakai oleh sang pengemudi adalah kartu akses khusus penghuni. Satu fakta yang kini jadi masuk akal, mengapa mobil tanpa plat nomor bisa masuk ke area apartemen elit yang pengamannya tingkat tinggi.

"Dengan ini, saya bisa lacak kartu akses milik unit mana yang dipakai," ujar K, penuh optimisme.

Angger menatapnya, terdiam cukup lama, kemudian kembali menatap layar laptop.

"Lo bisa?" tanyanya memastikan.

K menyeringai, kepalanya mengangguk lembut. "Mereka mungkin pikir pekerjaannya sempurna karena nggak ada plat nomor yang bisa dideteksi," kata K, "tapi justru di situ letak kebodohan mereka. Melacak kartu akses milik penghuni, jauh lebih mudah buat saya."

"Great." Setelah berpusing-pusing dan tergulung penat, Angger akhirnya bisa merasakan dirinya disapu angin segar. "Gue percayakan ke lo. Sementara itu, gue bakal urus hal lain." Angger menepuk pundak K, kemudian bangkit dari sofa, bergerak gesit mengurus bagiannya.

Jarum pendek jam sudah menunjuk angka 2, tetapi hari itu, langkah Angger justru baru saja dimulai.

Bersambung.....

1
irish gia
lanjutttt
irish gia
baik banget sih angger..segitunya jagain nuansa
irish gia
siapakah dia
irish gia
hmmm...
irish gia
kalo himil..cerita end..nuasa pasti dipaksa kiwin sama angger
irish gia
ngakak
Zenun
cuti tiga bulan aja.
Hamil dulu tapi😁
Zenun
Masih belum bisa menjudge kalau Han Jean orang jahat
Zenun
Nuansa main asal tuduh aja nich🤭
nowitsrain: Pokoknya Angger yang salahhh
total 1 replies
Zenun
foto apan tuch?
nowitsrain: Foto xxx
total 1 replies
Zenun
mungkin dia pura-pura😁
nowitsrain: Emaknya Angger ituuuuu
total 1 replies
Zenun
Aku tahu, dalangnya adalah Han Jean
nowitsrain: Omo omo
total 1 replies
Zenun
Kira-kira siapa ya yang sedang mengincar Nuansa🤔. Apa mungkin Han Jean🤭
nowitsrain: Adalah aku ☝️
total 1 replies
Zenun
ke aku sini😁
nowitsrain: Hmmm seperti jurus silat ciat ciatt
total 3 replies
Zenun
mengcurigakan
nowitsrain: Hehehe
total 1 replies
Zenun
tapi udah kesentuh dalam-dalam
nowitsrain: T-tapi kan, Nuansa duluan 😭😭
total 1 replies
Zenun
Bekas Han Jean ngapelin nyang onoh kali😁, terus naronya asal-asalan karena Nuansa datang
nowitsrain: Upssss
total 1 replies
Zenun
Ini mah Fix, balon yang dipake Angger itu bolong
nowitsrain: Enggak kok... rill tidak
total 1 replies
Zenun
ada wanita lain kali😁
nowitsrain: Hehehe
total 1 replies
Zenun
aki-akinya ngemong, gak ikutan ngereog😁
Zenun: wkwkwkwk
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!