NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM RATU MAFIA

BALAS DENDAM RATU MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / CEO / Bullying dan Balas Dendam / Mafia / Balas dendam pengganti
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Ketika Violetta Quinn, saudari kembar yang lembut dan penurut, ditemukan tak sadarkan diri akibat percobaan bunuh diri, Victoria Thompson tak bisa menerima kenyataan itu begitu saja. Tidak ada yang tahu alasan di balik keputusasaan Violetta, hanya satu kenangan samar dari sang ibu: malam sebelum tragedi, Violetta pulang kerja sambil menangis dan berkata bahwa ia 'Tidak sanggup lagi'.

Didorong rasa bersalah dan amarah, Victoria memutuskan untuk menyamar menggantikan Violetta di tempat kerjanya. Namun pencarian kebenaran itu justru membawanya ke dalam dunia gelap yang selama ini Victoria pimpin sendiri; Black Viper. Jaringan mafia yang terkenal kejam.

Di sanalah Victoria berhadapan dengan Julius Lemington, pemilik perusahaan yang ternyata klien tetap sindikat Victoria. Tapi ketika Julius mulai mencurigai identitas Victoria, permainan berbahaya pun dimulai.

Victoria masuk dalam obsesi Julius.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14. AMARAH DAN PENASARAN

Keheningan di ruang tengah terasa menekan, hanya dipecah oleh suara api yang berderak pelan di perapian. Julius masih duduk santai di sofa, seolah tak ada yang perlu dikhawatirkan, sementara Victoria berdiri di hadapannya dengan sorot mata tajam.

"Aku datang bukan untuk basa-basi, Julius," ujar Victoria dingin.

"Aku tahu." Julius menatapnya, matanya yang berwarna abu-abu kehijauan berkilat samar di bawah cahaya lampu. "Tapi anehnya, aku bisa merasakan getaran amarah sekaligus rasa ingin tahu dari nada suaramu. Mana yang lebih kuat, hmm? Rasa marahmu, atau rasa ingin tahumu padaku?"

Victoria tidak menjawab. Ia melangkah lebih dekat, hingga bisa melihat pantulan dirinya di mata pria itu.

"Julius Lemington," kata Victoria pelan, "aku menemukan namamu dalam jejak digital Violetta. Namamu ada di sana bersama Leon. Jadi jelaskan ... apa hubungan kalian dengan Violetta?"

Alih-alih menjawab, Julius berdiri perlahan. Gerakannya tenang, tapi setiap langkahnya terasa berat dan terukur. Ia mendekat, menatap Victoria tanpa berkedip.

"Kau datang jauh-jauh hanya untuk menuduhku?" ujar Julius.

"Bukan menuduh. Aku ingin kebenaran," sahut Victoria.

"Dan kau pikir aku akan memberikannya begitu saja?" Julius tertawa pendek, nada suaranya serak namun dalam. "Victoria, kau selalu begitu. Kau datang membawa pisau, tapi hatimu masih menyisakan keraguan."

"Pisau?" Victoria mengangkat sebelah alisnya.

Julius menatap tangan Victoria, dan senyum tipis terlukis di bibirnya. "Ya, aku tahu kau membawanya."

Victoria tertegun sejenak. Ia memang menyelipkan sebilah pisau kecil di balik jaket, bukan untuk menyerang, tapi berjaga. Namun ketika Julius menyebutnya, tangannya langsung refleks menyentuh gagangnya.

"Lalu bagaimana kalau memang iya?" tantang Victoria.

"Kalau begitu, mungkin malam ini akan sedikit lebih menarik," kata Julius dengan senyum penuh arti.

Dalam satu gerakan cepat, Victoria mengeluarkan pisau lipat itu dan menodongkannya tepat di bawah rahang Julius. Cahaya dari perapian memantul di bilah logamnya, menari di antara wajah mereka yang hanya terpisah beberapa inci.

"Cukup permainanmu, Julius," desis Victoria. "Katakan apa hubunganmu dengan Violetta sebelum aku kehilangan kesabaran."

Tapi bukannya takut, Julius malah menundukkan wajahnya sedikit, hingga ujung pisau menyentuh kulit lehernya. Ia menatap Victoria dari jarak yang terlalu dekat, senyumnya nyaris menantang.

"Kalau kau benar-benar ingin tahu, kenapa tidak menusukku saja?" tantang Julius.

Victoria memicingkan mata. "Jangan memancingku."

"Tidak," bisik Julius rendah. "Aku hanya ingin tahu ... apakah kau cukup berani?"

Tangan Victoria bergetar halus, tapi bukan karena takut. Lebih pada ketegangan, antara amarah dan sesuatu yang tidak ingin ia akui. Julius, dengan tenangnya, justru meraih tangan Victoria dan mengarahkan ujung pisau itu ke dada kirinya sendiri.

"Di sini," kata Julius pelan, tepat di atas jantungnya. "Tepatkan di sini kalau kau ingin mengakhirinya."

"Julius, berhenti-"

"Tidak. Kau ingin jawaban, 'kan? Maka dapatkanlah dengan caramu. Tusuk aku," tantang Julius kembali.

Sorot mata Julius tak bergeming, malah semakin intens. Detak jam dinding terdengar jelas, bersaing dengan degup jantung Victoria yang melonjak cepat. Dan di momen itu, antara api dan bayangan, Victoria tahu bahwa Julius tidak akan mundur.

Victoria menarik napas panjang, lalu menurunkan pisaunya perlahan.

"Kau benar-benar gila," ujar Victoria.

"Dan kau tetap di sini, meskipun tahu aku gila," balas Julius lembut, matanya menatap dalam.

Victoria mengembuskan napas tajam, lalu menatapnya sinis. "Julius Lemington, aku sungguh tidak mengerti kenapa semua pria di keluarga ini senang bermain dengan bahaya."

"Tapi berbeda dengan Leon," ujar Julius dengan nada menggoda. "Aku tidak bermain dengan api tanpa tahu cara memadamkannya."

Sebelum Victoria sempat membalas, Julius melangkah lebih dekat dan menangkup pipinya dengan lembut. Sentuhan itu membuat Victoria tertegun.

"Kau harus lebih berhati-hati, Baby. Dunia yang sedang kau masuki ... bukan tempat untuk orang yang berjalan tanpa arah," kata Julius dengan nada sedikit serius.

Namun Victoria menepis tangannya keras. "Aku tidak butuh nasihatmu."

"Tidak, kau butuh seseorang untuk menyelamatkanmu dari dirimu sendiri," sahut Julius santai.

Amarah naik ke dada Victoria. Ia langsung mencengkeram kerah baju Julius dengan kedua tangan dan menariknya kuat-kuat.

"Cukup bertele-tele! Katakan apa hubunganmu dengan Violetta!" seru Victoria.

Untuk sesaat, Julius hanya menatap wajah Victoria yang memerah karena emosi, lalu ... senyum itu muncul lagi di bibirnya. Senyum yang berbahaya dan menyesakkan sekaligus.

"Aku suka kalau kau marah seperti ini," ucap Julius.

Dan sebelum Victoria sempat bereaksi, Julius mencondongkan tubuhnya dan mencium bibir gadis itu dengan cepat, sekilas, tapi cukup untuk membuat dunia seolah berhenti berputar.

Victoria membeku. Detik berikutnya, ia mendorong dada Julius sekuat tenaga.

"Kau-!"

Tapi Julius hanya tertawa pelan, suaranya rendah dan serak. "Aku tahu kau akan marah. Tapi wajahmu yang seperti itu ... terlalu sayang untuk dilewatkan."

Wajah Victoria memanas antara malu, marah, dan frustrasi. Ia meraih segenggam rambut Julius dan menariknya keras.

"Dasar bajingan!" seru Victoria.

Julius meringis, tapi tawa kecil masih lolos dari bibirnya. "Kalau semua bajingan bisa seberuntung aku saat ditarik olehmu seperti ini, mungkin dunia akan lebih indah."

"Julius?!"

"Aku bercanda, Victoria." Ia menahan pergelangan tangan gadis itu, kali ini dengan nada yang lebih lembut. "Kau tahu aku tidak bermaksud mempermainkanmu. Tapi aku ingin kau mendengarkan dulu sebelum menuduhku lagi."

Victoria menatapnya tajam. "Katakan."

Julius menghela napas panjang, lalu melepaskan pegangan tangannya, mengambil kembali gelas minumannya yang sempat diletakkan di meja. Ia meneguk sisa alkohol itu perlahan sebelum menatap Victoria lagi, kali ini tanpa senyum.

"Violetta dan aku ... bekerja sama," kata Julius.

Victoria mengerutkan alis. "Apa?"

"Ya. Kami berdua punya tujuan yang sama. Tapi berbeda cara," beritahu Julius.

"Tujuan apa?" tanya Victoria.

"Menjatuhkan seseorang," jawab Julius singkat.

"Siapa?" tuntut Victoria.

Julius menatapnya dalam diam selama beberapa detik, seolah sedang menimbang-nimbang seberapa jauh ia bisa bicara. Lalu bibirnya melengkung samar.

"Sayangnya, aku tak bisa memberitahumu ... belum."

Victoria mendengus, frustasi. "Kau membuatku datang ke sini hanya untuk omong kosong seperti itu?"

"Tidak," Julius menatapnya serius. "Aku ingin kau berhenti menggali yang terjadi pada Violetta. Apa pun yang kau temukan nanti, itu hanya akan menghancurkanmu. Sama seperti menghancurkan dia saat ini," lanjutnya.

"Apa maksudmu?"

Julius tidak menjawab. Ia malah melangkah mendekat, lagi-lagi dengan tatapan yang sulit ditebak, antara ketulusan dan bahaya yang disembunyikan rapi.

"Victoria," ucap Julius pelan, "ada hal-hal yang bahkan aku ... tidak ingin kau ketahui. Karena begitu kau tahu, kau tidak akan lagi bisa memandang siapa pun dengan cara yang sama."

"Aku tidak peduli."

"Ya, kau peduli," Julius membalas cepat, suaranya nyaris seperti desisan. "Kau hanya belum sadar saja. Tapi kalau kau terus maju, kalau kau terus membuka lembaran itu ... kau akan kehilangan segalanya."

Victoria menatapnya lama, lalu tersenyum getir. "Aku tidak selemah itu."

Ucapan itu membuat Julius terdiam. Untuk pertama kalinya malam itu, ekspresinya berubah lembut, seolah kata-kata itu menembus lapisan tenang yang selalu ia pertahankan.

"Kau salah, Victoria," kata Julius akhirnya. "Masih ada hal yang bisa hilang darimu."

"Seperti apa?" tanya Victoria.

Julius menatapnya lama, lalu membisik perlahan, "Dirimu sendiri."

Hening.

Suara perapian, detik jam, dan desiran hujan di luar jendela seolah bersatu menjadi satu irama yang menegangkan. Victoria mencoba membaca ekspresi Julius, tapi pria itu kembali menegakkan tubuh, menyembunyikan perasaannya di balik senyum samar.

"Pulanglah," ujar Julius lembut.

Victoria menatapnya tak percaya. "Setelah semua ini? Setelah aku datang dan-"

"Ya," potong Julius cepat. "Sebelum aku berubah pikiran dan memutuskan untuk tidak membiarkanmu pergi."

Nada suaranya pelan, tapi ancaman di dalamnya terdengar nyata. Meski begitu, Victoria tidak bergeming. Ia menatap Julius tajam, lalu menggeleng perlahan.

"Tidak. Aku tidak akan berhenti," tolak Victoria.

Mata Julius berkilat. "Kau sungguh keras kepala."

"Dan kau terlalu banyak rahasia," ujar Victoria tak mau kalah.

Keduanya saling menatap lama. Lalu Julius tersenyum kecil, entah sedih atau puas, sulit dibedakan.

"Baiklah, Victoria. Kalau begitu ... aku akan memberimu satu kebenaran. Tapi hanya satu," ujar Julius.

Victoria menahan napas. Julius menunduk sedikit, mendekatkan wajahnya hingga hanya ada jarak tipis di antara mereka. Suaranya turun menjadi bisikan, namun setiap katanya terdengar jelas.

"Violetta, melakukan sesuatu untuk melindungimu," ungkap Julius.

Victoria menatapnya bingung. "Apa maksudmu?"

Julius menatap mata Victoria dalam-dalam sebelum berbisik, "Violetta melindungimu dari seseorang."

Victoria tertegun. "Siapa?"

Julius menatapnya lama, lalu tersenyum samar, senyum yang membuat bulu kuduk berdiri.

"Nama itu ... sudah terlalu dekat denganmu, Victoria," ujar Julius.

Dan sebelum Victoria sempat bertanya lagi, Julius berbalik, berjalan perlahan menuju jendela besar, membiarkan cahaya api memantul di punggungnya.

"Pulanglah. Aku tidak ingin kau melihat sisi burukku karena setiap kali aku mengingat orang itu, aku ingin sekali berlari ke tempatnya dan menghancurkannya," kata Julius pelan, tanpa menoleh.

Victoria menatapnya sekali lagi, mencoba mencari celah di balik kalimat itu, tapi yang ia dapat hanya dinding misteri yang lebih tinggi. Akhirnya ia berbalik, melangkah menuju pintu dengan langkah tegas ... meski hatinya berdegup tak karuan.

Saat ia menutup pintu di belakangnya, suara Julius terdengar samar, nyaris seperti gumaman, "Aku tidak ingin kau takut padaku, Victoria. Tidak ingin."

Malam itu, ketika mobil Victoria meninggalkan gerbang Lemington Estate, pikirannya penuh dengan satu pertanyaan yang menggantung; Siapa yang dimaksud Julius?

Dan kenapa kata-katanya terasa seperti pisau yang diarahkan langsung ke jantung Victoria sendiri?

1
Miss Typo
awas Julius nanti ditelan Victoria hidup² 🤣
makin seru Victoria luar biasa mendalami peran nya hehe
semoga rencana Julius dan Victoria berhasil
Miss Typo
semangat Victoria kamu pasti bisa 💪
semangat juga thor 💪
Archiemorarty: Siapp 🥰
total 1 replies
Miss Typo
good Victoria
Miss Typo
bisakah Victoria bebas dari Sean yg gila itu, dan kapan waktunya kalau menang bisa?
Sean obsesi bgt ke Victoria
Ima Ima wulandari
Bagus banget
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya kak 🥰
total 1 replies
Jelita S
wah ternyata Victoria lebih licin dari belut y thor🤣🤣🤣🤣🤣
Archiemorarty: Ohh...tentu 🤭
total 1 replies
PengGeng EN SifHa
Q bacanya kok nyesek sampek ulu hati thooorr...

boleh nggak sih ku gempur itu retina si sean thooorr ??😡😡😡😡
Archiemorarty: Silahkan silahkan 🤣
total 1 replies
Jelita S
lnjut thor
Archiemorarty: Siap kakak 🥰
total 1 replies
Miss Typo
hemm semuanya akan berakhir
LB
pada akhirnya mereka tetap lebih bodoh dibandingkan sikopet 😮‍💨
Archiemorarty: Hahahaha...
total 1 replies
Pawon Ana
kenapa para psikopat diberi otak genius sih...🤔😔
Archiemorarty: Karena dia jenius itu makanya jadi sikopet karena gx sesuai kehendak dia jadi cari cara biar bisa sesuai 😌
total 1 replies
Pawon Ana
percayalah jika kau masih bisa bersikap tenang dan berfikir bijak saat berhadapan dengan sumber trauma, itu luar biasa ✌️💪
Archiemorarty: Benarr setujuu 🤭
total 1 replies
Jelita S
lnjut thor😍😍
Archiemorarty: Siap kakak
total 1 replies
Miss Typo
badai baru di mulai dan kapan ya
badai pasti berlalu
Miss Typo
gmn cara menyingkirkan Sean? dan pasti tidak akan mudah dan Victoria semoga kamu bisa menghadapi Sean bersama Julius
Miss Typo: semangat
total 2 replies
Miss Typo
Victoria semangat-semangatnya balas perbuatan Kelly, eh orang yg membuatnya trauma muncul.
semangat Vivi, pelan-pelan pasti kamu bisa .
Julius selalu bantu Vivi biar dia kuat dan bisa menghadapi semuanya
Miss Typo: cemangat juga buat othor 💪
total 2 replies
Pawon Ana
hal yang sulit adalah ketika bertemu dengan seorang atau sesuatu yang pernah menjadi trauma
Archiemorarty: Bener itu...😌
total 6 replies
Jelita S
good job victoria🤣
Deyuni12
misi berlanjuuut
Pawon Ana
ini masih jauh dari jalan untuk menjangkau Sean 😔
Archiemorarty: Ndak juga 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!